70

206 23 2
                                    

"Dimana Boo? Aku harus menemui yang berwajib dan menjelaskan."

"Kalau dia mengikuti perintahku, dia berada di kamarnya," jawab Mingyu datar, "merenungkan delapan perintah Tuhan."

Lisa, yang tadinya menyimpulkan suami otoriter dan berhati dinginnya pasti telah membiarkan polisi menyeret Boo yang malang ke tiang gantungan, menatapnya tak mengerti. "Kau yang melakukan itu? Menyuruhnya masuk ke kamar?"

"Aku tentunya tidak bisa membiarkan pria yang nyaris seperti ayah mertuaku sendiri digiring ke penjara, bukan?" balas Mingyu.

Benar-benar bingung melihat suasana hati Mingyu pagi ini, Lisa mulai mengamatinya lekat-lekat. "Sebenarnya, ku pikir kau akan dan dapat melakukannya."

"Hanya karena kau belum benar-benar mengenalku, Lisa." ujar Mingyu dengan nada suara yang Lisa bisa bersumpah, terdengar bersekongkol. Lalu dengan ringkas pria itu melanjutkan, "Meskipun demikian, aku bermaksud ingin memperbaikinya, mulai...." ia melihat ke atas ketika beberapa pelayan berderap menuruni tangga sambil membawa beberapa koper, termasuk koper Lisa, "satu jam lagi, ketika pergi ke kediaman orang tuaku di pedesaan."

Lisa memutar badannya, melihat koper-kopernya lalu kembali menatap Mingyu, matanya berkilat ingin menentang. "Aku tak mau pergi."

"Ku rasa kau akan setuju untuk pergi bila aku telah mengajukan persyaratan untuk kau pertimbangkan, tapi pertama-tama, aku ingin tahu kenapa Boo ingin menjual jamku.. jam kakekmu?"

Lisa ragu-ragu sejenak, lalu memutuskan ia lebih baik diam.

"Jawaban yang paling mungkin adalah kau ingin uang," lanjut Mingyu dengan nada suara blak-blakan. "Dan ku rasa aku bisa menyebutkan dua alasan mengapa kau memerlukan uang. Alasan pertama adalah kau ingin menambah uang taruhanmu terhadapku, dan itu sudah kularang untuk kau lakukan. Sejujurnya, aku tak percaya kau melakukan itu." Ia mengangkat tangan ketika Lisa tampak marah mendengar kesimpulan Mingyu bahwa dirinya akan tunduk begitu saja kepada perintah pria itu. "Alasanku tidak mempercayai kemungkinan kau ingin menambah taruhanmu terhadapku sejak kemarin tak ada hubungannya dengan laranganku. Aku hanya merasa kau tak punya waktu untuk menentangku lagi."

Senyum malasnya yang mengembang perlahan begitu tak terduga dan menular sehingga Lisa harus berusaha keras tidak balas tersenyum.

"Dengan demikian," ia menyimpulkan, "Aku berasumsi alasan kau memerlukan uang adalah sama dengan alasan yang kau berikan dua hari yang lalu, kau ingin meninggalkanku dan hidup sendiri. Ya kan?"

Mingyu terdengar penuh pengertian sehingga Lisa menarik keputusan untuk tetap diam dan mengangguk mengiyakan.

"Tepat seperti perkiraanku. Kalau begitu, biarkan aku memberikan jalan keluar dari masalahmu yang juga akan dapat memuaskan kesukaanmu dalam berjudi. Boleh, kan?" tanya Mingyu dengan sopan, memberi isyarat agar Lisa duduk di kursi di depan mejanya.

"Ya," Lisa setuju lalu duduk sementara Mingyu bersandar di meja.

Ketika Lisa telah duduk, Mingyu berkata, "Aku akan memberimu cukup uang untuk hidup mewah seumur hidupmu, jika setelah tiga bulan kau masih ingin meninggalkanku."

"Aku.... Aku tidak begitu mengerti," kata Lisa sambil mengawasi wajah kecoklatan Mingyu.

"Sederhana saja. Selama tiga bulan penuh, kau harus setuju untuk benar-benar menjadi istri yang patuh, penyayang dan setia. Selama waktu itu, aku akan berusaha keras membuat diriku sangat, boleh dikata, menyenangkan bagimu sehingga kau tidak berminat meninggalkanku. Kalau aku gagal, kau boleh pergi pada akhir bulan ke tiga. Sederhana, bukan?"

"Tidak!" cetus Lisa sebelum dapat menahan diri. Membayangkan Mingyu merayu dan memikatnya sungguh mengerikan, dan implikasi keintiman dari menjadi istri yang menyenangkan membuat wajahnya memanas.

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang