72

152 20 1
                                    

Lisa makan dalam suasana hening yang kikuk di meja yang diterangi cahaya lilin di seberang Mingyu. "Apakah kau tidak suka anggurnya?" tanya pria itu.

Lisa terkejut mendengar nada suara yang dalam itu dan sendoknya berkelontangan di atas mangkuk porselen yang halus. "Aku... Aku tidak peduli pada minuman, Your Grace."

"Mingyu," pria itu mengingatkan.

Lisa menelan, tak mampu memaksakan nama itu keluar dari bibirnya. Ia melirik ke arah strawberry merah yang montok di dalam mangkuknya lalu meletakkan sendoknya, perutnya terasa melilit karena tegang memikirkan apa yang ia tahu akan terjadi satu jam dari sekarang.

"Kau makan sangat sedikit," mingyu memperhatikan, suaranya dalam dan parau.

Lisa nyaris tak bisa bernapas mendengar apa yang dianggapnya usaha yang disengaja dan tak diduga Mingyu untuk mempesona dan membuatnya terlena, ia lalu menggeleng. "Aku tidak begitu lapar."

"Kalau begitu," kata Mingyu sambil meletakkan serbetnya ke samping, "apakah sebaiknya kita tidur, sayang?" Seorang pelayan maju ke depan untuk menarik kursinya ke belakang, dan Lisa lekas-lekas mengambil garpu. "Sepertinya aku masih bisa makan sedikit daging unggas," katanya segera.

Mingyu dengan sopan kembali meletakkan serbet di pangkuannya, tapi Lisa berani bersumpah ia melihat mata pria itu berkilat geli.

Lisa berusaha mengulur waktu dan berlama-lama memotong daging unggas yang lembut itu menjadi potongan kotak-kotak kecil yang pas untuk satu suapan lalu mengunyah setiap potongan itu sampai lumat nyaris menjadi bubur. Ketika potongan geometris terakhir telah hilang dari piringnya dan garpunya telah diletakkan, Mingyu mengangkat sebelah alis ke arahnya, bertanya apakah ia sudah selesai.

Lisa dengan panik melihat pelayan yang terdekat, "Aku.... Aku sekarang ingin menikmati asparagus lezat buatan juru masak," katanya dengan putus asa, dan kali ini tak dapat dipungkiri lagi seulas senyum tampak di bibir Mingyu. Ia menghabiskan asparagus itu diikuti sepinggan kecil kacang polong saus krim, ayam isi apel, roti isi daging lobster, lalu blueberry.

Ketika Lisa meminta blueberry, Mingyu terang-terangan menunjukkan kegeliannya. Sambil bersandar di kursi ia memperhatikan usaha keras Lisa untuk menelan blueberry terakhir, seulas senyum menari-nari di mulutnya yang seksi.

Berhati-hati agar tidak menatap mata Mingyu, Lisa berhasil menghabiskan blueberry, tapi ketika ia sudah selesai makan perutnya bergemuruh karena diisi begitu  banyak makanan.

"Ingin makan yang lain agar lebih kuat, sayangku?" usul Mingyu. "Sedikit bolu coklat?"

Mendengar Mingyu menyebut makanan penutup Lisa langsung bergidik dan ia lekas-lekas menggeleng.

"Sapi saus anggur?"

Lisa menelan ludah lalu berkata lirih, "Tidak, terimakasih."

"Tandu?" usul Mingyu sambil menyeringai jahil, "untuk membawamu ke atas?"

Sebelum Lisa dapat menjawab, ia dengan penuh tekad meletakkan serbetnya dan berdiri, berjalan mengelilingi meja untuk membantu Lisa bangkit. "Kalau kau terus makan seperti itu," ujarnya untuk mengolok-olok Lisa ketika mereka menaiki tangga yang panjang dan berkelok, "kau tak lama lagi akan terlalu gemuk untuk menaiki tangga ini. Aku terpaksa memasang katrol dan kotak kayu untuk mengangkatmu ke balkon."

Dalam situasi lain, Lisa mungkin akan tertawa mendengar guyonan itu, tapi ketegangan dan kegugupannya malam ini telah menghilangkan selera humornya. Ia tahu Mingyu berusaha membuatnya santai namun sangat sulit untuk berterimakasih kalau Mingyu sendiri yang membuatnya merasa gelisah. Terlebih lagi, ia tidak dapat mengerti mengapa pria itu tak malu membayangkan apa yang akan mereka lakukan nanti. Lalu ia teringat akan reputasi pria itu sebagai perayu wanita dan seketika menyadari mana mungkin pria itu malu atau gugup melakukan sesuatu yang telah dilakukannya ratusan kali dengan puluhan wanita!

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang