92

171 21 0
                                    

"Yugyeom! Syukurlah, ternyata kau," pekiknya.

"Ada apa?" tanya Yugyeom sambil mencengkeram bahu Lisa keras-keras karena cemas dan ingin menenangkan Lisa. "Wonwoo bilang Mingyu menghilang dan kau melihat seorang pria bersembunyi di balik pepohonan."

"Aku menemukan mug bir Mingyu di sana dan sebuah pistol tergeletak di tanah di dekatnya," Lisa memberitahu, suara dan tubuhnya gemetar hebat. "Dan aku melihat seorang pria yang rasanya mirip dengan orang yang berusaha membunuh Mingyu pada malam kami bertemu."

"Kembalilah ke lapangan dan tetap berada di tempat terang!" kata Yugyeom tegas. Sambil mengambil pistol dari tangan Lisa, ia membalikkan badan dan berlari menyusuri jalan setapak, menghilang dalam hutan yang lebat.

Lisa tersandung sebuah akar pohon yang besar yang melintang di jalan ketika berlari pulang ke lapangan, bermaksud mencari pertolongan, bukan bersembunyi di tempat aman. Dengan panik ia melihat sekelilingnya mencari Seungkwan atau Wonwoo, tapi tak melihat satu pun. Ia berlari langsung ke arah salah satu penyewa pondok yang sedang beristirahat sejenak dari kontes menembak dan tertatih-tatih berjalan ke meja bir dengan riang gembira seperti juga teman-temannya. "Your Grace." seru pria itu, mencopot topinya lalu membungkuk.

"Berikan pistolmu kepadaku!" pinta Lisa dengan terengah-engah, kemudian tanpa menunggu pria itu menyerahkannya, ia mengambil pistol itu dari tangan pria yang terkejut tersebut. "Apakah pistol ini terisi penuh?" tanyanya dari atas bahu, mulai berlari ke arah jalan setapak.

"Tentu."

***

Dengan napas tersengal-sengal karena berlari menyusuri jalan setapak menuju pondok di tengah hutan, Yugyeom menempelkan telinganya ke pintu, mendengarkan suara. Tak mendengar apa pun, dengan hati-hati ia memutar pegangan pintu, dan ketika pegangan itu tak mau bergerak, ia mundur dua langkah lalu mendobrak pintu itu dengan bahunya dengan kekuatan penuh sehingga pintu itu terbuka lebar. Ia kehilangan keseimbangan karena pintu tersebut bisa terbuka dengan mudah, dengan terhuyung-huyung ia masuk ke pondok, tersandung sebuah badan, lalu ketika diam tak bergerak, mulutnya ternganga karena kaget. Ibunya sedang duduk tegak di kursi di hadapannya. Dan di sebelah wanita itu, duduk di meja, tak lain adalah Mingyu. Tangannya memegang pistol.

Pistol itu diarahkan tepat ke jantung Yugyeom.

"A-apa yang sebenarnya terjadi?" cetus Yugyeom sambil terengah-engah.

Kedatangan Yugyeom menghancurkan secercah harapan Mingyu bahwa sepupunya dan Lisa tidak bersekongkol untuk menghabisi nyawanya pada pesta ini. Dengan suara lembut namun penuh ancaman ia berkata kepada Yugyeom, "Selamat datanga ke pestaku, sepupu. Aku yakin kita masih menunggu satu tamu lagi malam ini agar pesta kita meriah, bukankah begitu, Yugyeom? Istriku?"

Sebelum Yugyeom dapat menjawab, Mingyu menambahkan, "Jangan terburu-buru, dia pasti akan mencarimu, mengira aku sudah dilenyapkan dengan sukses, ya kan? Aku yakin begitu," suaranya yang lembut tiba-tiba berubah ketus. "Aku melihat tonjolan di sakumu yang aku yakin adalah pistol. Lepaskan jasmu dan lempar ke lantai."

"Mingyu..."

"Lakukan!" bentak Mingyu kasar, dan Yugyeom perlahan-lahan mematuhi.

Setelah Yugyeom menjatuhkan jasnya ke lantai, moncong pistol Mingyu bergeser sedikit ke kiri, menunjuk kursi yang terbaring miring di dekat jendela yang tertutup. "Duduk. Dan kalau kau bergerak sedikit saja," ancamnya dengan ketenangan yang menakutkan, "Aku akan membunuhmu."

"Kau gila!" bisik Yugyeom. "Kau pasti gila. Mingyu, demi Tuhan, katakan padaku apa yang terjadi."

"Tutup mulutmu!" bentak Mingyu, kepalanya dimiringkan ke arah bunyi langkah di undakan depan pondok. Lebih dari pada siapa pun, amarahnya tertuju kepada wanita yang selama setahun lebih ini dicintainya, penipu licik yang membuatnya percaya bahwa wanita itu mencintainya, perempuan yang berbaring dalam pelukannya dan menyerahkan tubuhnya yang penih gairah kepadanya. Gadis bertelanjang kaki yang cantik, tertawa, dan tak terlupakan yang membuatnya percaya bahwa surga adalah piknik di pinggir sungai. Dan sekarang, pikirnya, dengan amarah yang nyaris tak tertahankan, wanita itu akan jatuh dalam genggamannya.

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang