81

303 26 6
                                    

Saat itu telah tengah hari ketika mereka berkuda pulang ke kandang. Tak memperhatikan lirikan sembunyi-sembunyi Smarth dan puluhan penjaga kandang dan pengurus kuda, yang amat sangat penasaran ingin tahu hasil jalan-jalan pagi hari mereka. Lisa meletakkan tangannya di bahu Mingyu lalu tersenyum ketika pria itu menggendongnya untuk turun dari pelana.

"Terima kasih untuk hari yang menyenangkan ini," kata Lisa ketika Mingyu menurunkannya perlahan-lahan ke tanah.

"Kembali," jawab pria itu, tangannya berlama-lama di pinggang Lisa, menahan tubuh wanita itu beberapa senti dari tubuhnya.

"Kau mau melakukannya lagi?" ajak Lisa, memikirkan memancing.

Mingyu terkekeh geli dan dalam. "Lagi," janjinya dengan suara parau, memikirkan saat bercinta tadi. "Dan lagi... Dan lagi..."

Pipi Lisa yang halus merona merah jambu seperti mawar, namun saat menjawab matanya bersinar-sinar, "maksudku apakah kau mau pergi memancing lagi?"

"Apakah lain kali kau akan membiarkanku menangkap ikan yang lebih besar?"

"Tentu saja tidak," jawab Lisa, wajahnya berseri senang, "tapi sepertinya aku mau bersaksi untukmu kalau kau ingin memberitahu semua orang mengenai paus yang lolos dari pancingmu itu."

Mingyu menegadahkan kepala dan tertawa terbahak-bahak.

Suara tawanya menggema ke seluruh kandang ke tempat Smarth yang berdiri di samping pengurus kuda, mengawasi sang master dan istrinya yang belia. "Apa ku bilang, dia pasti bisa." kata Smarth sambil menyikut si pengurus kuda dan mengedipkan mata. "Tuh kan dia membuatnya lebih bahagia daripada dulu." sambil bersenandung riang, ia mengambil sikat dan mulai menyikat bulu kuda jantan berwarna cokelat.

Sang kusir kereta berhenti sejenak dari pekerjaannya memoles baju kuda dari perak untuk memperhatikan kedua sejoli itu, lalu ia menundukkan kepala untuk melanjutkan pekerjaannya, tapi ia sekarang mulai bersiul dengan riang.

Penjaga kandang meletakkan garunya dan memperhatikan sang tuan dan istrinya, dia pun mulai bersiul sambil mengambil tumpukan jerami berikutnya.

Mingyu meletakkan tangannya di bawah siku Lisa dan menemaninya berjalan pulang ke rumah, namun tiba-tiba ia berhenti dan membalikkan badan karena halaman kandang sepertinya dipenuhi lagu tak jelas dan tak senada yang disenandungkan atau disiulkan para pelayan yang sedang mengerjakan tugas dengan penuh semangat.

"Apa ada yang tidak beres?" tanya Lisa, mengikuti arah tatapan Mingyu.

Keningnya sedikit berkerut kebingungan, lalu ia mengangkat bahu, tak dapat memastikan apa yang sebenarnya menarik perhatiannya. "Tidak," jawabnya sambil mengarahkan Lisa untuk berjalan ke rumah. "Tapi aku sudah bermalas-malasan sepanjang hari ini dan aku harus bekerja dua kali lebih keras hari ini dan besok untuk menebusnya."

Kecewa, namun masih penuh tekad, Lisa berkata riang, "Kalau begitu aku tidak mau menyusahkanmu dengan gangguan yang menyenangkan, sampai lusa."

"Gangguan seperti apa yang ada dalam benakmu?" tanya Mingyu sambil menyeringai.

"Piknik."

"Sepertinya aku bisa mencari waktu untuk itu."

***

"Silahkan duduk, Cheol, aku akan selesai beberapa menit lagi," kata Mingyu siang harinya tanpa mau repot-repot mengangkat kepala dari membaca surat yang dikirim agen bisnisnya di London.

Tak terpengaruh oleh sikap meremehkan kliennya, dan dengan tepat menerjemahkannya sebagai keengganan sang tuan rumah untuk memerlukan jasanya, sang detektif, yang selama di estat ini menyamar sebagai asisten juru sita, duduk di depan meja kerja Mingyu yang besar.

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang