38

161 24 0
                                    

Terkejut mengetahui pelukisnya seorang wanita dan nada suara Yugyeom yang ketus, Lisa ragu-ragu sejenak lalu memutuskan melupakan masalah itu dan perlahan-lahan membalikkan badan di depan Yugyeom.

"Coba lihat aku, Yugyeom. Menurutmu apakah dia akan senang kalau melihatku saat ini?"

Menahan dorongan untuk memberitahu Lisa bahwa Lady Una melukis foto itu ketika sedang menikmati afair kilatnya dengan Mingyu, Yugyeom mengalihkan pandangannya dari lukisan itu dan melakukan permintaan Lisa. Apa yang dilihatnya membuatnya terkesiap.

Di hadapannya berdiri dengan anggun seorang yang cantik berambut coklat gelap, memakai gaun seksi dengan leher rendah dari bahan sifon  berwarna hijau tua yang memiliki nuansa warna yang sama dengan warna matanya. Gaun itu membalut dadanya yang penuh secara diagonal lalu memeluk pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang membulat. Rambutnya yang mengilat berwarna coklat gelap disisir ke belakang menjauhi dahinya, menjuntai dalam gelombang di atas pundaknya hingga ke punggung. Berlian yang diikat dengan logam mengilat berkelip-kelip bagai bintang di atas kain satin. Berlian-berlian itu menghiasi lehernya yang panjang dan ramping dan berpendar di pergelangan tangannya juga. Namun, wajah Lisa lah yang membuat napas Yugyeom tercekat.

Meskipun Lisa Kim tidak memiliki kecantikan yang sesuai dengan standar tradisional kalangannya yang lebih menyukai rambut pirang dan kulit yang berwarna putih pucat membosankan, Lisa adalah salah satu mahluk paling menggiurkan dan menggoda, meski tanpa harus melakukan apa pun, yang pernah dilihat oleh Yugyeom.

Di bawah bulu matanya yang lentik, ada mata yang bisa memukau atau meluluhkan itu sedang menatap jail ke arah Yugyeom, sama sekali tidak menyadari efek yang ia timbulkan pada orang lain. Bibirnya yang ranum dan merah jambu mengundang untuk dicium, namun senyumnya yang kaku memperingatkan siapa pun agar tidak mendekat. Pada saat yang sama Lisa bisa tampak menggoda namun tak tersentuh, polos namun sensual, hal-hal yang bertolak belakang itu yang membuatnya begitu menarik. Serta, ketidakpahamannya bahwa ia menarik, mebuat Lisa semakin atraktif dan menggemaskan.

Pipi Lisa yang bertulang tinggi dan halus itu sedikit memucat ketika menunggu pria yang terdiam dihadapannya itu untuk mengatakan apakah Mingyu akan senang dengan penampilannya malam ini. "Apakah seburuk itu?" tanyanya, berkelakar untuk menutupi kekecewaannya.

Sambil menyengir lebar, Yugyeom meraih kedua tangan Lisa yang memakai sarung tangan dan berkata tulus, "Mingyu akan terpukau melihat penampilanmu malam ini, begitu pula para bangsawan ketika mereka mendaratkan pandangan mereka kepadamu. Maukah kau menyisakan dansa untukku? Waltz?" Imbuhnya sambil menatap mata Lisa yang besar itu.

Di kereta dalam perjalanan ke pesta dansa, sang nenek memberikan satu pesan terakhir kepada Lisa, "Kau tidak perlu mengkhawatirkan dansa waltz itu, sayangku, begitu pula segala basa-basi sosial yang akan kau lakukan malam ini. Meskipun demikian," wanita itu memperingatkan dengan nada mengancam, "aku harus mengingatkanmu sekali lagi agar tidak membiarkan pujian Yugyeom," ia berhenti sejenak untuk melirik cucunya, "tentang kecerdasanmu membuatmu terlena sehingga mengatakan sesuatu yang menunjukkan bahwa kau kutu buku dan pintar. Kalau kau mengatakan itu, tidak akan ada yang tertarik padamu, aku berani menjamin. Seperti yang telah ku katakan berulang-ulang, pria tidak suka wanita berpendidikan tinggi."

yugyeom meremas tangan Lisa untuk memberi dukungan sementara mereka turun dari kereta. "Jangan lupa untuk menyisakan satu dansa untukku nanti malam," ujarnya sambil tersenyum melihat mata Lisa yang bercahaya.

"Kau boleh menghabiskan semua jatah dansaku, kalau kau mau." Lisa tertawa lalu menyelipkan tangannya di lekuk tangan Yugyeom, tidak menyadari bahwa kecantikannya telah mempengaruhi pria itu.

"Aku terpaksa ikut mengantri," Yugyeom terkekeh, "Meskipun begitu, malam ini akan menjadi malam yang paling menyenangkan setelah bertahun-tahun."

Dalam setengah jam pertama di pesta dansa, apa yang diperkirakan Yugyeom terbukti benar. Yugyeom dengan sengaja mendahului kedua wanita yang tadi berangkat bersamanya untuk masuk ke ruang dansa, sehingga ia bisa menyaksikan neneknya dan Lisa dengan megah masuk ke dalam ruangan. Dan itu memang layak ditonton. Sang nenek berjalan masuk ke ruang dansa layaknya seekor ayam betina yang melindungi anaknya, dadanya dibusungkan, punggungnya tegak lurus, dagunya terangkat menantang siapa saja yang berani mempertanyakan penilaiannya dengan memberi dukungan berisiko itu pada Lisa atau menghina wanita itu.

Kemunculan mereka secara harfiah 'menghentikan pertunjukan' selama semenit penuh, lima ratus bangsawan yang paling berpengaruh, apatis, dan modern berhenti berbicara dan terkesima melihat wanita ningrat paling dihormati, paling menakutkan, dan paling berpengaruh di seantero Inggris melindungi seorang wanita muda yang tak dikenal oleh siapa pun. Para tamu mulai berbisik-bisik dan kacamata dinaikkan sementara perhatian mereka beralih dari sang Nyonya Kim ke wanita jelita yang berdiri di sebelahnya, yang sama sekali tidak mirip dengan gadis kurus yang hadir pada saat upacara pemakaman Mingyu.

Di sebelah Yugyeom, seorang bangsawan mengangkat alisnya yang angkuh lalu berbicara dengan nada malas, "yugyeom, apakah kau akan memberitahu kami mengenai identitas wanita cantik berambut coklat gelap yang berdiri di sebelah nenekmu?"

Yugyeom menatap orang itu tanpa ekspresi. "Janda mendiang sepupuku, Nyonya Kim muda dari keluarga Kim."

"Kau bercanda!" seru pria itu, ungkapan yang mirip rasa terkejut yang pernah ditunjukkan wajahnya yang biasanya tampak bosan. "Mahluk mempesona ini pastilah bukan burung gereja lugu, menyedihkan, dan lusuh yang ku lihat saat upacara pemakaman Mingyu!"

Berusaha keras menahan rasa kesalnya, Yugyeom berkata, "Waktu terakhir kali kau melihatnya dia masih sangat muda dan sedang berduka sehingga tidak sedang dalam kondisi primanya."

"Semakin tua dia semakin bagus," ujar pria itu datar seraya menaikkan kacamatanya dengan gaya menilai dan mengarahkannya ke Lisa, "Seperti anggur. Sepupumu memang ahli dalam menilai anggur dan wanita. Wanita itu sesuai dengan perkiraan Mingyu. Apakah kau tahu," pria itu melanjutkan berbicara dengan suara bosan, kacamatanya masih terarah ke Lisa, "bahwa pacar Mingyu yang cantik itu selama ini tidak mau mengajak siapa pun naik ke ranjangnya? Sungguh sulit dicerna akal sehat, bukan? menyadari bahwa wanita simpanannya ternyata lebih setia daripada istrinya sendiri."

"Apa maksudmu?" cecar Yugyeom.

"Maksudku?" tanya pria itu, menoleh sinis kepada Yugyeom. "Tidak ada apa-apa. Tapi kalau kau tidak ingin kalangan bangsawan menarik kesimpulan yang sama seperti yang baru saja ku lakukan, ku sarankan kau berhenti menatap janda Mingyu secara posesif seperti itu. Dia tidak tinggal bersamamu, ya kan?"

"Tutup mulutmu!" sergah Yugyeom.

Seketika berganti suasana hati, pria itu tersenyum lebar tanpa sakit hati. "Mereka akan mulai berdansa. Ayo kenalkan aku pada wanita itu. Aku meminta hakku untuk dansa pertama." Yah bagaimana pun ia memang penyelenggara pesta. Tentu ia berhak lebih dari siapa pun.

Yugyeom ragu-ragu, menggertakkan gigi dalam hati. Ia tak punya alasan untuk menolak memperkenalkan pria itu, lagi pula, kalau ia tidak menuruti permintaannya, ia tahu dengan baik, pria itu bisa dan akan berbalik arah dengan mempermalukan Lisa. Atau lebih parah lagi, mengulangi pembicaraan yang tadi dilakukannya. Dan pria itu adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam lingkup pergaulan Yugyeom.

Yugyeom memang telah mendapatkan gelar Mingyu, namun ia sendiri pun tahu dirinya tidak memiliki keangkuhan dan rasa percaya diri yang membuat Mingyu menjadi orang paling berpengaruh di antara para bangsawan. Sang nenek, Yugyeom tahu, dapat memaksa semua bangsawan untuk tidak merendahkan Lisa, dan wanita tua itu dapat menjamin Lisa akan diterima oleh orang-orang yang sebaya dengannya. Tapi sang nenek tak dapat memaksa generasi Yugyeom untuk menerima Lisa seutuhnya. Begitu pula Yugyeom. Namun pria yang sedang berbincang dengannya ini bisa. Para bangsawan generasi muda takut pada lidah tajam pria ini dan bahkan teman-teman Yugyeom pun tidak ingin menjadi bahan olok-olok pria berlidah tajam ini.

"Tentu saja," Yugyeom akhirnya setuju.

Tanpa banyak basa-basi ia memperkenalkan sang tuan rumah kepada Lisa, lalu mundur dan memperhatikan pria itu membungkuk anggun lalu meminta agar diperbolehkan berdansa.

Ketika dansa itu nyaris selesai barulah Lisa mulai relaks dan berhenti menghitung langkah di dalam hati. Malah ia baru saja akan memutuskan bahwa dirinya tidak salah hitung dan menginjak kaki pasangan dansanya yang elegan namun bertampang bosan sampai pria itu membuatnya nyaris melakukan kesalahan.

"Coba katakan kepadaku, Sayang," ujar pria itu dengan nada sinis, "bagaimana kau bisa mekar begitu indah padahal kau tinggal bersama Nyonya Kim yang dingin?"

Musik bertambah keras menandakan dansa waltz itu hampir selesai, dan Lisa yakin dirinya tidak salah dengar. "Maaf apa kata anda?"

"Aku menyatakan kekagumanku atas keberanianmu karena  berhasil melewatkan setahun penuh bersama ratu es yang paling terkenal sangat dingin, Nyonya Kim. Aku berani berkata aku bersimpati kepadamu atas penderitaan yang kau rasakan selama setahun ini."

Something Wonderful (GYULIS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang