Di ruangan klinik sekolah yang tenang dan sederhana, Jay Park duduk di ranjang, wajahnya masih menunjukkan bekas-bekas ketegangan dari serangan panik yang baru saja melanda.
Tiba-tiba, pintu klinik terbuka perlahan, dan Jang Wonyoung melangkah masuk dengan langkah tenang. Dia membawa sebotol air yang diberikan kepada Jay.
"Kau sudah lebih baik?" tanya Wonyoung.
Jay meneguknya sebotol air dengan perlahan, merasakan dinginnya air yang menyegarkan tenggorokannya yang sangat kering. "Hm... Terima kasih,"
Wonyoung duduk di kursi di samping ranjang. "Kenapa kau tidak bercerita soal ini pada yang lainnya?"
Jay menggelengkan kepalanya, "Kau tahu, semua orang punya urusan dan bebannya sendiri-sendiri."
Wonyoung mengangguk, memahami perasaan Jay. "Kejadian yang pernah kau alami dulu berdampak besar pada kondisi psikismu. Bahkan itu mengganggu aktivitas sehari-harimu."
Jay menatap Wonyoung dengan tatapan serius. "Tolong jangan katakan ini pada siapapun..."
"Sudah berapa lama kau meminum obat penenang?" Wonyoung bertanya.
Jay menjawab, "Sudah beberapa bulan ini semenjak kejadian itu..."
Wonyoung terdiam sejenak, matanya menatap kosong ke jendela yang menghadap ke halaman sekolah. "Apa diagnosis dari psikiater?" tanyanya dengan lembut, walaupun dia sudah bisa menebak jawabannya.
"PTSD. Post Traumatic Stress Disorder..." Jay menjawab, suaranya penuh keputusasaan.
Mendengar jawaban itu, Wonyoung tampak terdiam, Potongan memori masa lalu yang suram mulai membanjiri pikirannya.
"Ada apa?" tanya Jay yang menyadari perubahan ekspresi di wajah Wonyoung.
Wonyoung menggeleng pelan. "Tidak apa-apa,"
Jay menaikkan alis kanannya, bingung dengan reaksi Wonyoung.
Wonyoung menghela napas panjang.n "Aku dulu adalah pejuang PTSD. Aku pernah mengalami sebuah masalah psikis yang sama akibat kematian ibuku. Aku pernah berada di fase menyakiti diriku sendiri..."
Jay bertanya pelan, "Lalu bagaimana kau melewatinya?"
Wonyoung menatap kedua mata Jay. "Park Sunghoon waktu itu adalah satu-satunya orang yang kupunya. Dia membantuku banyak hal waktu itu. Bahkan keluarganya begitu baik padaku."
(FLASHBACK)
Di sebuah rumah sakit jiwa yang sunyi, suasana terasa dingin. Di pojokan kamar rawat, seorang gadis kecil duduk dengan tubuh kecilnya yang terlihat sangat rapuh.
Jang Wonyoung, saat itu baru berusia sepuluh tahun, tampak sangat berbeda dari anak-anak seusianya. Rambutnya yang hitam legam tampak kusut dan tidak terawat, mengurai tak beraturan di sekeliling wajahnya yang pucat.
Wonyoung duduk membelakangi jendela yang menghadap ke taman kecil di luar ruangan, matanya kosong menatap dinding seolah sedang berusaha melawan sesuatu yang tidak terlihat. Dia tampak sangat tertekan dan terasing dari dunia di sekelilingnya. Suasana di sekitar ruangan terasa dingin dan sepi.
Pintu ruang rawat terbuka perlahan, dan Park Sunghoon yang sebaya dengan Jang Wonyoung melangkah masuk. Dia membawa sebuah mainan kecil di tangannya, sebuah boneka beruang berbulu lembut.
Sunghoon menghampiri Wonyoung dengan langkah hati-hati, mencoba untuk tidak mengganggu ketenangan yang rapuh di ruangan itu. Dia meletakkan boneka beruang di atas lantai di depan Wonyoung, lalu duduk beberapa langkah darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hierarchy | ENHYPEN x IVE | 2024 | 17+
FanfictionDi salah satu sekolah di Seoul, SMA Seongju, siswa-siswa dielompokkan ke dalam empat strata berdasarkan tingkat sosial dan akademik mereka. Namun, sistem ini menciptakan ketegangan dan konflik yang mendalam di antara siswa. Ketika sebuah misteri bes...