Epilog

416 28 36
                                    

Di Pulau Jeju yang kini menjadi peradaban maju bagi kalangan atas Korea, atau yang sering disebut dengan kaum 0,01%, terdapat SMA Gyeongjin yang berdiri megah. SMA ini adalah hasil kolaborasi antara Perusahaan Korea Gyeongjin Group dan Tetsuoka Corporations, sebuah perusahaan terkemuka dari Jepang. Sekolah ini menjadi tempat bagi anak-anak kalangan elit yang ingin mendapatkan pendidikan dengan standar internasional dan fasilitas yang mewah.

Di salah satu lorong sekolah yang megah, sekelompok siswa berkumpul, berbicara dengan penuh semangat. Mereka mengenakan barang-barang mahal, yang menandakan status sosial mereka. Suara tawa dan obrolan mereka bergema di antara dinding-dinding yang dipenuhi dengan karya seni modern dan perabotan mewah.

"Empat tahun yang lalu, SMA Seongju menciptakan sistem hierarki di sekolahnya..." ujar salah satu siswa, dengan nada penuh minat.

Siswa lain menanggapi, "Ah, aku juga pernah mendengarnya. Itu membuat sekolah mereka terkenal karena sistemnya yang unik."

Seorang siswa lain, dengan senyuman lebar, menambahkan, "Sepertinya seru jika kita membuat sistem yang sama di kelas kita. Bayangkan betapa menariknya!"

"Bagaimana kalau kita punya Kelas Bangsawan dan Kelas Budak? Bagaimana?" tanya salah satu siswa dengan nada penuh antusiasme.

Semua siswa di sekitar tertawa keras, menikmati gagasan tersebut. Mereka merasa senang dengan kemungkinan-kemungkinan baru yang bisa mereka ciptakan untuk memperkuat status sosial mereka.

"Tapi, kita sudah punya budak satu di sini," ucap salah satu dari mereka sambil menoleh ke arah seorang siswa perempuan yang berdiri jauh dari kerumunan, dengan ekspresi ketakutan di wajahnya.

Salah satu siswa memanggil, "Lee Hyunseo!" Suara panggilan itu penuh dengan nada perintah.

Seorang gadis muda, Lee Hyunseo, dengan cepat mendekat, wajahnya tampak ketakutan. "A-Ada apa?" tanyanya dengan suara bergetar.

Siswa yang memanggilnya tersenyum sinis dan berkata, "Lee Hyunseo? Leeseo? Aku lebih suka memanggilmu Leeseo. Itu terdengar seperti pecundang."

Semua siswa tertawa, suasana hati mereka semakin ceria dengan penghinaan itu. Mereka merasa puas dengan tindakan mereka yang mempermalukan seseorang dari kalangan mereka.

"Sekarang, Leeseo, usap sepatuku yang kotor dengan jaket seragammu!" perintah siswa itu dengan nada dingin.

Leeseo, dengan wajah yang semakin pucat, dengan cepat jongkok dan mulai melepaskan jaket seragamnya. Dia mengelap dan menggosok sepatu siswa itu dengan penuh kepatuhan. Setiap gerakannya terasa penuh rasa takut dan penyesalan.

Seorang siswa laki-laki melangkah ke lorong. Dia melihat Leeseo yang sedang berlutut di lantai, mengelap sepatu siswa perundung dengan wajah yang penuh kepedihan.

Tanpa pikir panjang, dia berseru, "Hentikan! Apakah ini menyenangkan bagimu?!"

Satu siswa perundung, yang telah menjadi pusat perhatian kelompok, menoleh dengan tatapan sinis. "Ah, Han Yujin? Kenapa? Kau ingin menjadi pahlawan kesiangan?" katanya dengan nada meremehkan.

Leeseo, di tengah semua ketegangan ini, tetap melanjutkan pekerjaannya dengan hati-hati, meskipun wajahnya tampak semakin pucat dan gemetar.

BRAK! Tanpa peringatan, siswa perundung itu menendang Han Yujin dengan keras. Tubuh Han Yujin terjatuh ke lantai, terguling-guling dengan suara keras di lorong yang mewah.

Siswa perundung itu melangkah ke arah Han Yujin yang terbaring di lantai. Dengan penuh penghinaan, dia meletakkan sepatunya di kepala Han Yujin. "Kau mau menolong rekanmu?" katanya dengan nada menantang.

Ketika suasana semakin memanas di lorong SMA Gyeongjin, Hong Eunchae, ketua kelas yang dikenal dengan sikap tegasnya, tiba-tiba datang. Dia mengangkat suaranya, "Tolong hentikan! Pelajaran akan segera dimulai!"

Namun, teriakannya tidak dihiraukan. Tiba-tiba, suasana lorong menjadi gaduh. Semua orang mulai berbisik-bisik, suara mereka penuh dengan rasa ingin tahu dan kegembiraan.

"Sssst, Jung Ahyeon datang! Jung Ahyeon datang!" bisik-bisik mereka dengan penuh antusiasme.

Lainnya menambahkan dengan semangat, "Dia bersama Ni-ki! Nishimura Riki!"

Kedua siswa tersebut, Jung Ahyeon dan Ni-ki, tampak sangat disegani. Ketika mereka memasuki lorong, semua siswa yang sebelumnya terlibat dalam perundungan langsung terdiam, seakan mereka baru saja menghadapi situasi yang lebih besar dari sekadar kekuasaan mereka sendiri. Semua orang memberi jalan dengan hormat.

Ni-ki, dengan aura yang penuh percaya diri, berjalan mendekati Han Yujin. Dia melihat Han Yujin yang masih terbaring di lantai dengan ekspresi khawatir. "Kau baik-baik saja?" tanya Ni-ki.

Sementara itu, Ahyeon, dengan sikap yang anggun namun penuh kekuatan, mendekati Leeseo. Dia mengulurkan tangan, menawarkan bantuan. "Kau butuh bantuan?" tanyanya dengan nada yang lembut seperti malaikat.

Leeseo menatap Ahyeon dengan tatapan tajam. Dengan suara yang penuh penekanan, Leeseo bertanya, "Kau... yang membuat siswa penerima beasiswa mengalami penindasan, bukan?"

Ahyeon memiringkan kepalanya sedikit, ekspresinya tidak terbaca. Senyum tipis muncul di bibirnya, seolah-olah dia tidak terpengaruh oleh tuduhan tersebut.

Leeseo menatap Ahyeon dengan tajam di sana. Semua orang memperhatikan mereka berdua dengan ketegangan yang meningkat.

SELESAI

UCAPAN TERIMA KASIH DAN APRESIASI DARI AUTHOR KEPADA PEMBACA

Terima kasih para pembaca yang sudah mau membaca dan menamatkan cerita ini. Aku cinta kalian semua tanpa terkecuali! I love you so much much much guys!!! Cerita ini menghabiskan 432 halaman di Word dan total ada 141.675 kata. Tidak menyangka bisa berjalan sejauh ini...

Gimana ending dari cerita ini? Puas? Atau gimana nih? Dan menurut kalian keseluruhan cerita ini gimana sih? Boleh banget disampaikan ke author di sini!

SIAPA KARAKTER FAVORIT KALIAN DI CERITA INI? BOLEH YUKKK JAWAB DI KOMENTAARRR

The Hierarchy | ENHYPEN x IVE | 2024 | 17+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang