(FLASHBACK)
Malam itu di Kota Seoul, langit menjerit dengan gemuruh petir dan hujan deras yang membanjiri tanah. Hujan, yang turun dengan lebat sejak sore hari, membasahi jalanan kota, menciptakan genangan air di setiap sudut.
Di SMA Seongju, sebuah gedung sekolah yang biasanya ramai dengan aktivitas siswa, kini tampak sunyi dan hening. Di dalam keheningan itu, kaca jendela sebuah kelas menjadi kanvas bagi tetesan hujan yang turun deras, membentuk jejak-jejak basah.
Namun, ketenangan malam itu tiba-tiba pecah oleh Hwang Haein yang masih mengenakan seragam sekolah, muncul dari balik jendela yang basah. Langkahnya tampak tergesa-gesa dan penuh ketegangan. Dalam pelukannya, dia memegang seorang bayi yang terbungkus dalam kain berdarah. Seragam putihnya yang biasanya bersih dan rapi kini tercemar oleh noda merah, memperlihatkan betapa mendalamnya kekacauan yang melanda dirinya.
Haein berlari dengan tekad melalui derasnya hujan, menembus jalanan yang licin dan gelap. Setiap langkahnya meninggalkan jejak di genangan air, dan kain yang membungkus bayi itu tampak semakin basah oleh hujan yang tak henti-hentinya turun. Wajahnya penuh dengan kecemasan dan ketakutan, seolah-olah dia melarikan diri dari sesuatu yang jauh lebih menakutkan daripada hujan deras di malam yang gelap ini.
Di kejauhan, dari sudut yang gelap dan tersembunyi, sebuah cahaya kecil menyala. Sebuah ponsel mengeluarkan kilatan cahaya kamera, menangkap momen misterius ini dengan satu klik.
Seseorang yang tidak dikenal, yang tidak tampak dalam kegelapan malam, menyaksikan adegan tersebut dengan penuh perhatian dan keingintahuan. Foto yang diambil merekam gambar Haein yang melarikan diri dengan bayi dalam pelukannya.
Ketika foto tersebut dikirim dan dibagikan, kekuatan gambar itu mulai terasa. Di era digital ini, sebuah gambar bisa menyebar dengan cepat, mengungkapkan cerita yang mungkin lebih gelap dan kompleks daripada yang terlihat. Semua orang tahu bahwa sebuah gambar dapat menghancurkan hidup seseorang dalam sekejap, membuka pintu bagi spekulasi, rumor, dan kemungkinan konsekuensi yang tak terduga.
Sementara itu di dalam sebuah ruang kelas yang sudah tidak terpakai lagi, seorang siswa perempuan tampak sibuk membersihkan bercak-bercak noda darah yang mencemari lantai dan dinding.
Gadis ini, yang mengenakan seragam sekolah yang ternoda oleh darah, menunjukkan tanda-tanda kelelahan dan kesakitan yang mendalam. Dengan tangan gemetar, dia menyeka noda-noda darah yang masih menempel, berusaha keras untuk menghapus jejak dari malam yang penuh kekacauan ini. Dia baru saja melahirkan di sekolah malam ini, tanpa bantuan atau dukungan dari siapapun.
Setiap gerakan yang dia lakukan menunjukkan betapa beratnya situasi yang dia hadapi—dia baru saja melahirkan seorang bayi dalam kondisi yang sangat sulit. Dia memegang perut bagian bawahnya dengan lembut, merasakan nyeri yang masih membekas setelah proses melahirkan yang baru saja terjadi.
Gadis itu terus berusaha membersihkan setiap bercak darah dari seragam dan lantai, berharap bahwa dia bisa menyembunyikan jejak dari kejadian malam ini. Ketidakpastian dan rasa takut mengisi pikirannya.
Bayi yang baru saja lahir adalah rahasia besar yang harus dia sembunyikan dari dunia luar. Dia tahu betul bahwa jika berita ini tersebar, itu bisa menghancurkan masa depannya dan menimbulkan dampak yang tak terduga bagi orang-orang di sekelilingnya.\
Namun, kini bayi tersebut sudah tidak ada padanya. Bayi itu dibawa pergi oleh Hwang Haein keluar menembus hujan lebat.
(FLASHBACK SELESAI)
-
Di sudut bilik toilet sekolah yang remang-remang, Lee Bora menggenggam test pack pendeteksi kehamilan dengan tangan bergetar. Dia sudah berada di sana dalam waktu yang cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hierarchy | ENHYPEN x IVE | 2024 | 17+
FanfictionDi salah satu sekolah di Seoul, SMA Seongju, siswa-siswa dielompokkan ke dalam empat strata berdasarkan tingkat sosial dan akademik mereka. Namun, sistem ini menciptakan ketegangan dan konflik yang mendalam di antara siswa. Ketika sebuah misteri bes...