26

7.2K 803 77
                                    

"Jangan potong bawang, kau akan menangis nanti."

"Jangan potong itu juga, aku takut kau terluka."

"Haa.." Joen menghembuskan nafas dalam, ia berbalik menatap tiga pria dibelakangnya.

"Kau tahukan benda apa yang ada ditanganku?" Joen mengacungkan pisau, menunjuk Azor dengan benda tajam ditangannya.

"Jangan melarangku." Peringat Joen dengan mata memicing, alisnya menukik tajam.

"Lebih baik kalian berdua segera pergi, tinggalkan aku dan Kiev disini." Lanjut Joen dan mendapatkan anggukan dari Kiev sebagai tanda persetujuan agar Stevens dan Azor pergi.

Bukan hanya Joen yang merasa jengah, Kievpun merasakan hal yang sama meskipun ia tidak memasak. Karena suara berat yang saling bersahutan itu cukup membuat kepalanya pusing

"Pergi berbelanja sekarang." Perintah Joen dan meletakan pisaunya

"Sweetie apa kau serius?"

"Apa aku bercanda?"Joen balik bertanya, menahan ekspresi datar diwajahnya.

"Aku dan Redhyer tidak tahu apa apa Joe. Bagaimana caraku berbelanja nanti?" -Stevens

"Ini-.." Joen menyerahkan selembar kertas, "beli semua yang tertulis disana, jangan ada yang terlewat." Lanjut pria manis itu dengan menunjuk kertas di tangan Stevens.

"Tap-.."

"Steve." Potong Azor, ia menoleh ke arah Stevens dengan wajah dingin khas miliknya.

"Jangan menolak permintaan istiriku, aku akan mengabulkan semua yang ia minta." Azor berjalan mendekat kearah Joen

"Anything for you, My Sweetie Blue." Azor merundukan tubuhnya dan memberikan ciuman lembut di bibir tipis Joen.

Stevens yang menyaksikan ciuman tiba tiba itu seketika menggoyangkan tubuh Kiev yang ada disampingnya.

"Kieviee~ Give me a kiss."

Cup

Cup

Cup

"Fuck!"

Kiev mendorong wajah Stevens, tangan kanannya berusaha melepaskan dua tangan besar yang memegangi wajahnya

"Segera pergi sebelum aku memb-.."

Cup

"Membun-.."

Cup

"Dasar kau birahi!" Kiev kembali mendorong Stevens agar menjauh

"Tidak berperasaan." Ucap Stevens dan kembali mendudukan tubuhnya disamping kiev

"Apa?"

"Sekali lagi." Pinta Stevens sembari mengetuk bibir bawah Kiev

"Ingin mati?"

"Haha..." Joen terkekeh, ia menelusupkan wajahnya ke dada bidang Azor guna menahan suara tawanya.

"Maaf, tapi Kiev sangat lucu. Hahaha.." Joen semakin menelusupkan wajahnya, suara tawanya yang indah menggema membuat tiga pria itu terdiam.

"Jangan lupa kau lebih lucu." Bisik Azor sembari menggigit bibir bawahnya.

"Dia benar benar seorang pria?" Bisik Kiev

"Kau bisa melihatnya nanti." Stevens balas berbisik, ia semakin mendekatkan bibirnya ketelinga Kiev. "Dan jangan jatuh cinta padanya, apalagi pada Redhyer." Lanjut Stevens sembari mengigit kecil daun telinga Kiev

𝐑𝐎𝐒𝐋𝐀𝐕𝐄:𝐒𝐓𝐄𝐕𝐄𝐍𝐒-𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang