20

8K 780 52
                                    

"Tidak ada yang berubah." Kiev bersuara saat mereka sampai di halaman rumah keluarga Syzren. Sebuah rumah megah dengan desain Eropa bercat putih

"Ada orang yang membersihkannya setiap hari." Stevens menimpali ucapan Kiev dan menggenggam tangan yang sedikit lebih kecil darinya itu.

"Welcome in Syzren." Stevens tersenyum manis dan menarik pelan tangan Kiev.

"Apa yang ingin kau lakukan dirumah ini?" Tanya kiev saat keduanya berjalan menuju rumah yang jauh di depan sana.

"Entahlah, mungkin bersantai di taman dan melakukan seks?"

"Bisakah kita serius?"

"Aku benar benar serius." Jawab Stevens dan mendapatkan delikan tajam dari Kiev. Keduanya berjalan menyusuri jalan utama yang dihiasi rumput tinggi khas taman.

"Rumahnya benar benar kosong." Stevens kembali berucap, kini pandangannya menatap rumah yang semakin dekat.

"Tidak ada kehidupan disana, semua keluargaku sudah meninggal dan hanya aku yang masih menyandang nama Syzren." Lanjut Stevens, bisa Kiev rasakan genggaman tangannya semakin mengerat.

"Disana hanya ada kenangan ibuku saat dia sakit."

"Ibumu luar biasa." Suara Kiev membuat Stevens menoleh.

"Ibuku meninggal saat melahirkanku, aku seperti kutukan untuk semua orang karena aku satu satunya orang yang memiliki kekurangan." Lanjut Kiev, keduanya masih berjalan pelan.

"Sejak saat itu ayah membesarkanku dengan penuh kasih sayang sehingga aku tidak merasa kesepian meskipun aku tidak memiliki ibu. Dan... disaat keluarga ibuku menyalahkanku tentang kematiannya, ayahku lah yang melindungiku dari kata kata mengerikan mereka. Mungkin itu sebabnya ayah menganggap aku seperti anak kecil sampai sekarang.." Kiev tertawa kecil, mengingat perlakuan ayahnya saat itu.

"Lalu bagaimana dengan sekolahmu?" Stevens kini menarik Kiev untuk duduk di kursi taman. Steve tidak ingin kehilangan moment berharga ini

"Tentu saja di rumah, aku membaca buku di malam hari dengan penerangan kecil."

"Beruntung kita sampai disini sore hari." Stevens mengusap rambut Kiev

"Lalu apa yang kau lakukan di Itali?" Kini Kiev bertanya, dan Stevens tampak berpikir.

"Tidak banyak, aku hanya bertarung setiap malam dengan Redhyer dan aku bersekolah di siang hari."

"Redhyer? siapa dia?"

"Seseorang yang berharga untukku, dia sahabat sekaligus kakakku. Itulah yang dia katakan.." Stevens tertawa kecil mengingat kata kata Azor terakhir kali.

"Lalu?"

"Ya, hanya seperti itu dan aku selalu berdebat dengan Reger."

"Siapa lagi dia?"

"Temanku..." Ekspresi wajah Stevens berubah

"Sepertinya lebih dari teman." Pancing Kiev dan menatap lurus ke depan.

"Kami tumbuh bersama.."

"Jadi kau pernah memiliki perasaan kepadanya?"

"T-tidak, bukan begitu."

"Jujurlah padaku sebelum aku membunuhmu." Kiev menatap Stevens tajam membuat Stevens menghembuskan nafas dalam.

"Baiklah, aku ingin kita memulai hubungan tanpa ada kebohongan disini." Stevens kembali melirik Kiev, sedikit takut melihat tatapan membunuh dari mata hazelnya.

"Kami tidak memiliki hubungan yang spesial, hanya saja dia selalu ada disaat aku membutuhkannya dan akupun melakukan hal yang sama."

"Itu lebih erat." Suara Kiev dingin

𝐑𝐎𝐒𝐋𝐀𝐕𝐄:𝐒𝐓𝐄𝐕𝐄𝐍𝐒-𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang