38

846 189 6
                                    

"BERGERAK SEKARANG! PASTIKAN TIDAK ADA YANG TERLEWAT!"

Teriak Stevens menggema di bukit terakhir yang diduga tempat pembunuh itu tinggal.

Bukit yang kini menjadi gunung es itu mulai di geledah oleh puluhan polisi, tak jarang mereka terjebak di tumpukan salju yang dalam, meskipun begitu semua kendala itu tak menghentikan pencarian mereka.

Beberapa jejak kaki yang di duga milik pelaku itu juga perlahan di temukan, membuat harapan semakin besar jika inilah pencarian terakhir mereka.

Kepercayaan diri yang semula hilang kini kembali saat sang Chief ikut turun dalam misi, membuat mereka yakin sepenuhnya jika mereka bisa menangkap pembunuh itu dengan mudah.

"Bagian Utara tidak ada apapun." Teriak Alger, hingga sebuah gumpalan salju tiba tiba jatuh diatasnya membuat semua orang mendongakan kepala.

"Itu dia!" Teriak salah satu polisi saat melihat pria berpakaian serba hitam berlari ke puncak bukit.

Tanpa menunggu waktu yang lama Stevens berlari mengejar pembunuh berantai itu, beberapa polisi mulai memanggil pasukan lain dan sisanya ikut mengejar dibelakang Stevens.

"Arrgh.."

Stevens menoleh saat polisi yang mengikutinya terjatuh saat menginjak batu es yang cukup tajam.

"Pergilah Chief, kami akan menyusul." Ucapnya saat Stevens akan membantunya, dia tidak bisa menghambat misi karena terjatuh.

"Jaga dirimu."

Polisi itu mengangguk dan Stevens kembali naik, dengan kegigihan yang luar biasa dia akhirnya bisa naik keatas bukit.

"Sial." Desis Stevens saat pembunuhan itu semakin jauh dari penglihatannya, tanpa ia sadari ia berlari sendirian tanpa orang lain dibelakangnya.

"Mari selesaikan ini bajingan."

Dor

Stevens melepaskan pelurunya kelangit pertanda ia berhasil naik.

"Kemana bajingan itu pergi." Stevens kembali berjalan, matanya menatap waspada keseluruhan penjuru, tak lupa ia mengisi pistolnya dengan peluru sebelum bergerak lebih jauh lagi.

"Bagaimana kau bisa mengejarku sejauh ini?" Seorang pria keluar dengan pakaian serba hitamnya, ditangannya ia juga memegang sebuah pistol yang kini diarahkan pada polisi di depannya

"Menyerah atau mati?" Tanya Stevens dan ikut mengarahkan pistolnya ke kepala pembunuh.

"Aku pernah melihatmu sebelumnya." Pembunuh itu bergerak maju dengan tawa kecil yang membuat Stevens menatapnya tajam.

"Kau menggendong seseorang saat itu, tubuhnya putih."

Genggaman tangan Stevens mengerat, rahangnya mengeras saat ia tahu siapa yang pembunuh itu maksud.

"Aku menginginkannya." Dengan berani pria itu berjalan mendekat, "untuk di bunuh." Lanjutnya membuat tatapan Stevens semakin mendingin.

"Lalu kenapa kau tidak melakukannya dan malah membunuh seekor kucing?"

"Aku sudah mengincarnya sejak lama. Saat acara amalpun aku memperhatikannya, tapi KAU! KAU MENGHANCURKAN SEMUANYA!"

Teriaknya seperti kehilangan akal membuat Stevens tertawa. "Bajingan gila." Desis nya dan meludah.

"Dia seperti porselin putih bukan? Putih tanpa noda, kau tidak akan bisa menyentuhnya dengan tangan menjijikan itu."

DOR

"Arrgh.."

"Berani beraninya kau menginginkan apa yang menjadi milikku." Stevens mendekat, ia kembali mengarahkan pistolnya.

𝐑𝐎𝐒𝐋𝐀𝐕𝐄:𝐒𝐓𝐄𝐕𝐄𝐍𝐒-𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang