29

5K 675 54
                                    

"Kiev..."

Kiev menatap sekilas kedatangan Stevens dan kembali menatap bunga mawar ditangannya.

"Ayo kita bicara." Ajaknya dengan nada serius.

"What?" Tanya Kiev dengan alis kanan yang terangkat, ekspresi wajahnya terlihat dingin membuat Stevens mengambil nafas dalam.

"Hah..." Hembusan nafas berat terdengar, Stevens mendekat ke arah Kiev.

"Apa yang terjadi Kiev?.." Tanyanya dengan suara lembut, tangan kanannya menarik pinggang Kiev pelan guna mengikis jarak diantara mereka berdua

"Tidak ada yang terjadi." Jawab Kiev dengan memalingkan wajahnya

"Tatap aku."

Kiev menggertakan giginya, "Apa yang ingin kau dengar?" Tanya Kiev sembari menatap Langsung mata coklat Stevens.

"Yang ingin aku dengar adalah apa yang mengganggu pikiranmu."

"KAU!" Teriaknya dan mendorong tubuh Stevens.

"Kau yang mengganggu pikiranku!" Mata hazelnya bergetar, "aku mulai bertanya tanya apakah kau hanya mempermainkan ku selama ini?!"

"Apa?" Kedua alis Stevens menukik, rahangnya mengeras saat air mata terlihat menggenang di pelupuk mata indah Kiev.

"Kita sudah membicarakan ini sebelumnya! Dan kau lagi lagi meragukanku?"

"Apa menurutmu aku akan mempercayai mu begitu saja?" Kiev mendengus, telunjuknya mulai menekan dada bidang Stevens.

"Hanya karena kita pernah melakukan seks dan hidup bersama. Apa menurutmu aku akan mempercayai mu?"

"Kiev.." desis Stevens

"Aku sekarang berpikir apakah kita hanya sebatas partner seks?"

"KIEV ROSLAVE WISE!"

Suara Stevens menggema di seluruh ruangan, urat di lehernya terlihat menandakan amarah yang tak tertahankan lagi.

"Aku tidak ingin berdebat apalagi meninggikan suaraku saat berbicara padamu. Tapi.." Stevens mengusap wajahnya kasar

"Bagaimana bisa?" Lanjutnya dengan nafas berat, "Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Apa hanya aku yang menganggap hubungan kita serius meskipun kita belum meresmikannya?"

Kiev menelan ludahnya, ekspresi wajah Stevens benar benar terlihat menyeramkan.

"Dan apa kau bilang tadi? Partner seks?! Kata kata itu bahkan tidak pernah terlintas di pikiranku! Hanya karena aku belum siap apa kau pikir aku hanya mempermainkan mu?"

"Aku tidak ingin terburu buru dan berakhir memiliki keluarga yang gagal. Aku hanya belum siap Kiev.. apa kau tidak bisa menungguku sampai hari itu tiba?"

"Pada akhirnya kau memiliki banyak alasan untuk menekan perasaanku." Jawab Kiev membuat air mata lolos begitu saja, tangannya meremas kuat mawar yang sedari tadi ia genggam.

"Sampai kapan aku harus menunggumu? Kau memintaku untuk menunggumu sampai kau sembuh. Lalu aku? Apakah aku yang perlahan akan terluka saat menunggumu Stevens?" Kiev menatap tepat mata Stevens yang perlahan kembali melunak.

"Kiev..."

"Mari kita akhiri ini Steve.."

"Kiev.." suara Stevens bergetar, matanya membelak sempurna.

"Aku tidak bisa menunggu orang sepertimu." Kiev kembali memalingkan wajahnya, "saat aku menunggu aku mungkin kehilangan perasaanku."

"Tidak Kiev..."

𝐑𝐎𝐒𝐋𝐀𝐕𝐄:𝐒𝐓𝐄𝐕𝐄𝐍𝐒-𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang