11

18.1K 1.4K 18
                                    

"Bekas luka apa ini?"

"Itu terkena rantai panas." Jawab Stevens dan mengeratkan pelukannya.

"Lalu kau membuatnya menjadi tato? Bukankah polisi harus bersih?" Tanya kiev, tangannya masih meraba punggung lebar Stevens.

"Seseorang mengatakan aku bukan polisi sungguhan."

"Jadi kau bukan polisi?"

"Tentu saja aku polisi, ceritanya panjang."

"Singkatlah."

Stevens memutar bola matanya, "singkatnya aku polisi yang melanggar aturan."

"Kenapa kau tidak di hukum?"

"Kau ingin aku di hukum?"

Kiev mengangguk sedangkan Stevens menghembuskan nafas pasrah dan memejamkan matanya.

"Tidurlah, besok aku harus pergi ke kantor." Stevens merengkuh pinggang Kiev, "kau kurus, kenapa tidak menaikan berat badanmu?"

"Kau yang terlalu besar! Tubuhku ideal."

"Baiklah tuan ideal." Stevens menghujami wajah Kiev dengan kecupan kecupan singkat membuat Kiev menjauhkan tubuhnya.

"Selamat malam Kiev.."

"Hm."

-

"Ya, seperti dugaanku dia bukan orang biasa." Stevens menghembuskan asap rokoknya ke udara

"...."

"Aku sudah menduganya, tidak mungkin keluarga Roslave masih sama." Ucap Stevens kembali, masih dengan benda pipih yang menempel di telinganya.

"....."

"Aku harus memperioritaskan kepentingan organisasi terlebih dahulu. Masalah ini bisa ku urus nanti."

"...."

"Ya, hanya beberapa rencana lagi." Stevens mematikan sambungan telpon dan kembali menyesap rokoknya.

Stevens memejamkan mata saat hembusan angin menerpa wajahnya. Ia terlihat menikmati bagaimana angin membuat rambutnya berantakan.

Setelah cukup lama Stevens menjatuhkan rokoknya dan berbalik, di tatapnya tubuh seseorang yang kini tertidur tenang di atas ranjang.

Kakinya melangkah pelan, tatapannya terlihat dingin saat melihat pria yang beberapa jam yang lalu tidur di dalam pelukannya.

Mata brownenya melirik sebuah pintu di sisi kanan, ia kembali masuk ke dalam sana dan mendapati sebuah ruangan lain. Tanpa menunggu lama Stevens masuk kedalam ruangan tersebut dan mendapati dua orang pria berpakaian hitam yang sempat membantu Kiev tadi.

"Bagaimana bisa?!" Kedua pria itu berdiri, menatap Stevens waspada.

"Tunanganku lupa menguncinya." Stevens duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut, matanya melirik ke arah monitor cctv.

"Apa itu?" Tanya Stevens dingin saat melihat Kiev di dalam layar.

"Apa kamarnya?.."

Dua pria itu mengangguk sedangkan Stevens tertawa kecil, "jadi? Kalian melihat semuanya?" Stevens berdiri, mendekat ke arah dua pria tadi.

"Aku tanya apa kalian melihat semuanya?" Tanya Stevens dan langsung menarik salah satu dari mereka berdua.

"Y-ya."

Bugh

"Beraninya."

Bugh

Bugh

𝐑𝐎𝐒𝐋𝐀𝐕𝐄:𝐒𝐓𝐄𝐕𝐄𝐍𝐒-𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang