30

5.2K 632 84
                                    

Hujan deras rupanya tak kunjung mereda, awan mendung yang semakin menghitam seolah ikut menutupi kesedihan. Sedangkan air hujan seolah ikut menangis bersama seorang pria yang tengah menatapnya.

Mata hazel yang tengah menatap kosong itu sesekali berkedip, dinginnya hujan tak membuatnya bergeming dari lamunan.

Netra indahnya terus menatap keluar sana, berharap seseorang berlari dari luar gerbang untuk menemuinya. Tapi... Sudah dua Minggu lamanya pria yang ia tunggu tak kunjung datang.

Ia hanya menghabiskan waktunya dengan menatap kedepan sana setiap harinya. Sembari terdiam ia memikirkan bagaimana jika kekasihnya kembali datang? Akankah ia langsung lari kedalam pelukannya? Atau justru kembali mendorongnya menjauh?..

Perasaan menyesal terkadang hinggap di hatinya, menyesal karena mengambil keputusan tergesa gesa. Tapi berkat keputusan itu ia mengatuhi seberapa pengecutnya pria yang ia cintai selama ini.

Tok

Tok

Suara ketukan di pintu berhasil membuat lamunannya terganggu. Kiev berjalan pelan dan membuka pintu

"Kiev.."

Suara wisel pertama kali dan hanya dibalas deheman oleh Kiev.

"Kau mendapatkan lamaran dari rekan bisnis ayah."

"Apa?" Alis kanannya terangkat

"Lusa kau akan bertunangan denganya." Putus wisel membuat Kiev membelak.

"T-tap.."

"Ayah tidak menerima alasan apapun. Kau sudah menyetujuinya bukan? jika ada orang yang ingin menikahimu kau akan langsung menerimanya."

"Ini terlalu cepat ayah! Aku bahkan tidak mengenalnya!"

"Besok dia akan datang, dan lusa acara lamaran akan diselenggarakan. Jadi persiapan dirimu Kiev."

"Ayah!"

"Tidak lagi Kiev, kali ini biarkan aku yang mengurus semuanya."

"Setidaknya beritahu aku seperti apa dia? Apa dia tua sepertimu?"

"Ya, sedikit."

"Ap-."

Wisel pergi begitu saja meninggalkan Kiev yang berdiri diambang pintu. Tangannya gemetar mendengar kabar pertunangannya sendiri.

Ini terlalu cepat baginya, memang benar dia mengatakan hal semacam pernikahan. Tapi apa bisa secepat itu ia bertunangan? Patah hati rasanya belum sembuh sepenuhnya dan dia akan bertunangan dengan pria lain?

"Steve..apa kau benar benar melepaskanku?"

Tubuh Kiev terasa lemas, matanya mencari telpon tua yang ada di kamarnya.

Jari jari lentiknya perlahan menekan beberapa angka yang masih ia ingat dengan jelas. Setelah ia yakin dengan nomornya ia akhirnya menekan tombol untuk menghubungkannya.

Beberapa detik kemudian suara sambungan mulai terdengar, dan suara pria yang sangat ia rindukan terdengar ditelinganya.

"Halo.." suara diseberang sana dengan nada sedikit bergetar.

Kiev menelan ludahnya saat mendengar suara Stevens.

"Kiev? Apa ini kau?.." tanya Stevens membuat Kiev menahan nafasnya.

"Ya.." jawab Kiev berusaha setenang mungkin

Hening, tidak ada lagi suara dari keduanya. Mereka berdua seketika bungkam saat mendengar suara masing masing. Sampai pada akhirnya suara deheman kembali terdengar..

𝐑𝐎𝐒𝐋𝐀𝐕𝐄:𝐒𝐓𝐄𝐕𝐄𝐍𝐒-𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang