END

987 283 56
                                    

Puluhan pria berbaju hitam itu kini berjajar rapih. Sebuah peti mati perlahan melewatinya membuat semua orang menunduk.

Salju mulai turun seolah tak menerima pemakaman itu diadakan di penjara Gregor. Sedangkan Azor tampak menatap tajam peti mati yang melewatinya tanpa tangis sedikitpun.

Berbeda dengan Azor, Joen kini menangis saat melihat seorang pria berdiri di tengah pemakaman memakai jas putih pernikahannya.

Hari pernikahan yang seharusnya menjadi sakral kini berubah menjadi pemakaman. Kiev berdiri dengan bunga Rose ditangannya persis seperti seorang pengantin yang sudah menikah.

Altarnya berubah menjadi pemakaman, tamu yang harusnya berteriak bahagia kini terisak. Janji pernikahan yang harusnya ia ucapkan kini menjadi sebuah doa peristirahatan.

Darah mulai menetes dibawah kakinya saat ia kembali menangis. Tidak ada yang mendatanginya karena semua orang tahu seberapa sakitnya seorang pengantin didepan sana.

"Aku berjanji tidak akan melihat dunia lagi Steve.."

Kiev mengangkat bunga mawar ditangannya dan bersiap menusukkan tangkai Bunga itu ke mata hazelnya.

"KIEV!"

Suara semua orang saat melihat Kiev akan menusuk matanya sendiri.

"KIEV!"

Tangan Kiev bergetar, rasanya terlalu menyedihkan saat ia mendengar suara Stevens yang ikut meneriakkan namanya bersama orang orang ini.

"KIEV!"

"JANGAN BERSUARA! aku mohon jangan bersuara!"

"AKU BENCI MENDENGAR SUARA STEVENS DIANTARA KALIAN!" Kiev bersimpuh dengan menutup kedua telinganya.

"Aku mohon." Kiev memohon agar suara Stevens segera menghilang dari telinganya.

"Kiev.." sebuah usapan pelan terasa dipunggungnya.

"Pergi, apa yang harus aku lihat saat kau tidak ada lagi di dunia ini."

"Kiev.."

"Jangan membuat hatiku semakin sakit. Aku mohon pergi sebelum aku ikut mati."

"Aku akan menyiksa diriku sebelum aku menyusulmu Steve.."

"Kieviee~.."

"PERGI! PERGI!"

"Buka matamu Kiev.."

Kiev perlahan membuka matanya, ia kini dikeliling oleh semua orang yang tadi berjajar rapih. Yang bisa ia lihat hanyalah baju hitam yang mengingatkannya pada kesedihan yang mendalam.

"Kenapa..." Suara Kiev dan berusaha berdiri

"Kenapa kalian mengelilingiku.."

"Kiev.."

"Joen, apa kau mendengarnya?"

"Kiev.."

"Dengar, itu suara Stevens. Kau mendengarnya? Apa kalian mendengarnya?" Tanya Kiev, tapi mereka hanya menatapnya dalam diam.

"Aku mohon katakan sesuatu! Apa aku sudah mati?" Kiev menatap peti yang tak kunjung di kuburkan, ia mulai merasa pening saat salju terus turun diatas kepalanya.

"Kiev..."

"APA! KENAPA KAU TERUS MEMANGGILKU!" Teriak Kiev dan berbalik, membentak suara Stevens yang terus memanggilnya.

"KENAPA SUARAMU TERDENGAR SEPERTI SUARA STEVENS! ITU MENYAKITKAN.."

Teriaknya kembali masih dengan mata terpejam.

𝐑𝐎𝐒𝐋𝐀𝐕𝐄:𝐒𝐓𝐄𝐕𝐄𝐍𝐒-𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang