25. Luminescence of Alarie: Where Souls Intertwine

1.6K 294 235
                                    

Pintu itu terbuka ke koridor yang remang-remang, dindingnya dihiasi permadani kuno, dan udara dipenuhi aroma lavender dan perkamen tua. Cahaya lembut dari lentera tersembunyi memancarkan sinar keemasan yang hangat, menciptakan suasana yang terasa magis dan intim.

Saat mereka berjalan, koridor itu melebar menjadi sebuah ruangan yang nyaman. Lukisan besar nenek moyang Alarie dari generasi sebelumnya hingga sekarang berjajar di dinding, bersama dengan rak yang penuh dengan artefak misterius dan buku-buku tua. Sebuah sofa beludru yang mewah bersda di tengah, mengundang mereka untuk duduk dan berbagi momen tersembunyi ini jauh dari dunia luar.

"Di arah sana juga bakal ada lorong lain yang bisa bawa kita langsung ke ruangannya dad," Joevian menunjuk dengan ibu jarinya.

Jantung Raine berdebar kencang saat dia menyadari pentingnya tempat ini. Ini lebih dari sekadar ruangan rahasia; ini adalah tempat perlindungan.

Joevian, yang sekarang mengenakan pakaian formal setiap kali mengunjungi mansion Alarie, tampak sangat cocok dengan tempat kuno namun abadi ini.

"Wah, ruangan ini gak cuma indah, tapi tersembunyinya juga apik banget," gumamnya.

Raine telah menghabiskan begitu banyak waktunya untuk menjelajahi koridor luas mansion ini selama masa kecilnya, namun dia tidak pernah tahu tentang tempat rahasia ini.

"Tempat ini adalah jantung dari Alarie. Gak semua orang dapat akses ke sini gitu aja, jadi pasti semuanya diperhitungkan matang-matang," kata Joevian, matanya juga menatap sekeliling.

"Kamu sering gak habisin waktu di sini?" tanya Raine, terlihat penasaran.

"Kalau ngerasa perlu istirahat dari semuanya dan semua orang," Joevian mengangkat bahu. "Kecuali mom sama dad, karena mereka juga tau tempat ini."

Raine mengangguk, masih terpesona dengan kekaguman. Dia mempererat genggamannya pada buket lavender.

"Syukur aja ya kamu gak punya teman masa kecil gitu, kalau punya, coba bayangin deh. Misal kalian mutusin main petak umpet, dengan mansion Alarie yang se luas ini aja rasanya udah ngos-ngosan. Terus ada ruangan rahasia lagi?"

'Apa lagi dari Alarie yang belum aku tahu?' Pertanyaan itu tetap terngiang di ujung lidahnya, lalu segera menguap ke udara saat dia berbalik menghadap Joevian. Pria itulah misteri terbesar dari Alarie yang belum dia pecahkan.

Raine memutuskan bahwa menjelajahi ruangan ini akan lebih bermanfaat, bukan hanya untuk meredakan ketegangan saat sendirian dengan Joevian seperti ini, tetapi juga untuk memanjakan mata dan hatinya dengan setiap detail memukau yang akan menyebabkan sakit hati jika sengaja dilewatkan.

Tempat ini indah—jika itu adalah pujian tertinggi yang bisa seseorang berikan untuk menggambarkan suasana dan tempat seperti ini.

"Aku boleh tahu, gak?" tanyanya, suaranya lembut tetapi penuh rasa ingin tahu.

"Hm?" jawab Joevian, memiringkan kepalanya sedikit.

Raine menempatkan dirinya di atas sofa beludru, membuat dirinya lebih nyaman. Dia menjalankan jarinya di sepanjang kain mewah, merasakan tekstur yang nyaman di bawah ujung jarinya.

"Apa tujuan dari ruangan ini?" tanyanya, rasa ingin tahunya jelas dalam nada suaranya.

Matanya tidak pernah lepas dari Joevian, mengikuti setiap gerakannya. Dia berjalan di sekitar ruangan dengan anggun yang tampak hampir dipelajari, jejak langkahnya menelusuri jalan yang sama yang dia ambil beberapa saat sebelumnya.

"Alarie adalah keluarga tua, lo mungkin sudah tahu tentang itu," kata Joevian. Kata-katanya mengingatkan Raine pada percakapan yang dia bagikan dengan Monica sebelum pernikahan, membuat pipinya memerah karena malu saat mengenang.

AlleureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang