"Sejak kapan kita suka minum soda rasa buah-buahan gini?"
Cola berdiri sambil memegangi kaleng besar soda berasa buah-buahan campuran. Ia menatap sekeliling, dimana teman-temannya yang lain juga tampak menunggu atas pilihan minum tidak biasa mereka.
Raine takut bicara, takut membuat suasana lebih canggung. Sejauh ini semua tampak tidak biasa bagi mereka semua, mulai dari cara berpakaian yang tampak rapi, bagaimana teman-temannya tidak meluangkan waktu untuk memeluk ataupun menyapa Raine dengan cara biasa, sekarang mereka di ruang makan sambil memandang minuman asing ini.
"Aku sulit keluar rumah karena pemberitaan yang semakin liar, jadi untuk minuman dan makanannya itu aku nitip," Raine berucap, tidak sepenuhnya berdusta.
Mungkin ia memang sengaja meninggalkan cerita bahwa Raine sudah mengomeli Joevian karena membelikan ia dan teman-teman wanita dewasa muda ini minuman kekanakkan. Atau bagaimana kepalanya ingin meletus saat Joevian menyahut,
'Bahkan tadi aku mikirnya mau minta Flynn belikan susu sapi.'
Tampaknya pertemanan mereka dianggap begitu kekanakkan. Raine bahkan hampir menyebut nama Eric yang sering memberi mereka wine, tapi urung karena tahu dirinya akan dibuat pusing jika Joevian tidak suka lagi.
"Titip sama siapa, Raine?" Willow bertanya seraya mengaduk-aduk salad di mangkok lalu menaruhnya di tengah meja makan.
Tubuhnya mengerut, tertatih mencari jawaban sedang matanya dengan liar memandangi satu persatu dari temannya.
Celaka.
Raine akan menanggung rasa canggung lagi dan kali ini berkelanjutan.
"Raine?"
Dari tempat mereka berada, Raine mendengar suara pintu yang terbuka lalu diiringi suara maskulin yang akhir-akhir ini menjadi begitu familiar baginya.
Raine membuka mata lebar-lebar, mempertanyakan keputusan Joevian yang muncul di tengah acaranya, bahkan kini berdiri di ambang ruang makan.
Saat Joevian menatap satu persatu wajah shock teman-temannya, Raine berdiri sambil menahan nafas, perutnya sakit sekali ketika ditempatkan pada posisi serba salah ini.
Tidak berapa lama, Joevian mulai menyapanya.
"What are you doing here?" Bisik Raine sambil menghampiri, suaranya dibuat sekecil mungkin.
"Ini," Joevian mengangkat dua botol vintage champagne yang terkenal akan nilainya. "Minuman yang tepat untuk selebrasi perempuan dewasa muda."
Raine menyipitkan matanya, Joevian dengan sengaja mengulang isi omelannya dalam panggilan telfon mereka tadi.
Mencibir sesaat tanpa bisa mengatakan apapun sadar ada teman-temannya, Raine mengambil alih botol tersebut lalu lebih mendekatkan diri, "Makasih," Ucapnya pelan, melirik sesaat lewat ujung mata, terlihat waspada, "tapi ngapain kamu yang antar ke sini coba? Kenapa gak minta tolong Flynn aja kayak tadi?"
"Mereka mungkin teman-teman kamu, tapi mereka tamu kita, jadi sudah sepantasnya buat meluangkan waktu buat ke sini dan menyapa," Ucap Joevian.
Raine mendengkus tidak percaya mendengarnya. Tidak pernah Raine bayangkan Joevian akan punya niat untuk memberi kesan pertama yang baik sebagai tuan rumah. Ini pasti kesuksesan pembelajaran di kediaman utama Alarie.
Berakhir ia kini kembali meluruskan tubuh menghadap ke arah teman-temannya yang terlihat begitu terpana. Raine sempat terdistraksi saat Joevian kembali mengambil botol dari genggamnya, lalu dengan satu tangan lain memandu Raine untuk mendekati meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alleure
RomanceHollywood's fallen prince, Joevian Earl Alarie, returns home. Binds him to Raine Grace Arabella, whose life intertwined with Alarie's saga her whole life, once again.