33. Call It Passive or Aggresive

1.8K 305 151
                                    

"Controlling? Oh no, Joevian. You misunderstand me. I see the potential in you like no one does. Remember, I'm not controlling you, i'm perfecting you."

"All i want is to guide you, shaping you like an artist shaping its masterpiece. Wouldn't it be heartbreaking if you ended up like a meaningless blank canvas?"

"That's called growth. It might feel uncomfortable for now, but you're on the journey to find the true layers of yourself. And only with me you can do that, only me can help you to achieve that."

"You will thank me later, but for now, stop contacting other people that seek to corrupt you, okay? You need me. You only need me."

Matanya terbuka.

Bulir-bulir keringat memenuhi bagian atas kepalanya.

Cengkraman erat tangan imajinatif di lehernya membuat dada naik turun dengan nafas terengah-engah.

Saliva ia telan untuk menggerus rasa kekeringan yang menerpa tenggorokannya saat ini.

Joevian berhasil melewati mimpi buruk entah ke berapa hidupnya saat ini. Perlahan ia menopang tubuh bagian atas dengan siku di kasur, mata menyipit merasakan matahari masuk ke dalam kamarnya.

Ini masih pagi kelihatannya. Itu berarti masih tak berapa lama sejak Joevian bisa tertidur, tapi itupun harus bangun cepat karena resahnya.

Alasan yang membuat Joevian menjadi pribadi yang mengalami insomnia. Bangun atau tidur rasanya Joevian tidak pernah bisa berjauhan dari mimpi buruknya.

Terakhir ia tertidur nyenyak dan melupakan segalanya adalah ketika tertidur tak sengaja dengan Raine. Saat bangun ia ingat menghirup wangi mawar yang menenangkan.

Saat ia bisa menelan bulat gengsinya, mungkin Joevian bisa bertanya dan membelinya agar bisa tertidur dengan lelap.

Setelah menenangkan diri sambil terdiam layaknya patung hiasan di tengah kegelapan kamarnya. Ia menoleh kearah dimana jendela berada.

Kakinya dibawa berdiri lalu menghampiri di mana matanya memandang.

Saat ia bawa netranya keluar, melewati jendela kamarnya untuk melihat bagaimana cahaya matahari menghiasi langit pagi dengan uraian aksen merah muda juga keemasan di mana-mana.

Rasanya menenangkan, kegelisahannya pun ikut menyurut, begitu juga dengan rasa takut yang selama ini Joevian berhasil sembunyikan dengan baik.

Knock knock

"Rise and shine, Joevian. Let's have breakfast together," Terdiam beberapa saat suara halus yang menyamai ketukan pelan tadi kembali bicara, "Cuma kalau kamu sudah bangun ya."

Kikuknya Raine bisa terdengar. Perempuan itu pasti masih tidak berani membuka pintu kamar Joevian saat tak ada sahutan yang terdengar.

Mau bagaimana, sang pemilik kamar sibuk memikirkan sejak kapan ia mulai menyukai matahari seperti ini.

Raine tahu kalau dia sudah dewasa saat media sosial yang paling sering ia periksa adalah e-mail.

Ia bahkan seperti punya rutinitas sendiri. Menurutnya apapun yang ia baca di e-mail nanti selalu mengundang reaksi meledak-ledak baik secara positif atau negatif.

Jadi, meski ia terlihat rapi dengan celana jeans berwarna biru dan atasan lengan panjang stripe serta rambut yang di kepang. Sebenarnya hawa di dapur penthouse jauh lebih menegangkan daripada kelihatannya.

AlleureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang