"Joevian. My place, 8pm. You'll come?"
Begitu memarkir di samping mobil SUV berwarna obsidian black, Joevian tau Maeven akan menyusul
lalu menggantungkan lengan di pundaknya seperti sekarang."I'll have to see." Balasnya, melepas kacamata lalu melihat sekeliling. Akhirnya ia sadar bahwa para perempuan ini tidak berhenti memekik senang sejak di parkiran sampai mereka berhasil masuk ke dalam gedung fakultas.
"Apa?" Tanya Maeven, mendekatkan telinga.
"Gue harus liat dulu."
Joevian melakukan pengulangan meski enggan, menurutnya salah Maeven yang daritadi tebar pesona sampai mengabaikannya.
Satu bangunan dibuat ribut karena Joevian dan Maeven berjalan bersama, banyak yang mengeluarkan ponsel hanya untuk mengambil foto dan menyebarkannya ke teman-teman lain yang tidak cukup beruntung diberkati pemandangan ini.
"Joevian."
Belum sempat orang di depannya, Greg, bicara. Joevian sudah langsung mengerti apa yang diperlukan.
Dengan cepat ia pergi menuju arah perpustakaan kampus bersama Greg, lalu disusul oleh teman satu kelompok mereka yang lain. Meninggalkan Maeven yang terlihat sudah mulai terbiasa dengan Joevian dan anti basa-basinya. Bahkan untuk sekedar berpamitan.
"I heard exciting news from friends in MUBS." Awali Greg, sedikit kepayahan mengikuti langkah Joevian yang cepat.
"Katanya, proposal tahun ini dapat pemberitahuan bakal di proses. Ini proposal pertama yang tembus proses awal di Perusahaan Alarie."
Kabar itu disampaikan dengan gembira, Joevian hanya diam dengan ekspresi lurus tanpa memberi reaksi apapun.
"Do you, by chance, talk to—,"
"No." Jawabnya cepat.
Joevian masih kesulitan memproses keanehan apa yang terjadi pada dirinya belakangan ini. Semua hal begitu menyimpang dan seakan membuatnya kesulitan untuk berhenti.
Ia sadar bahwa perilakunya diluar kebiasaan, tapi Joevian hanya akan termangu menyesali seperkian waktu, lalu kembali dapat dorongan menuju arah yang masih asing tapi terus memanggil dirinya ini.
Greg selanjutnya tetap bicara yang tidak bisa Joevian proses sempurna karena kepalanya sedang tidak di tempat. Tapi kalau tidak salah, ada sesuatu tentang terima kasih, pencapaian, dan hal yang disampaikan dengan suka cita.
Langkahnya melambat saat melihat rambut pirang yang begitu familiar. Kali ini tidak membelakangi pintu masuk perpustakaan.
Sehingga dari tempat Joevian berdiri, Raine duduk di salah satu meja bersama teman-teman kelompoknya, tampak begitu transparan menunjukkan kesalnya.
Tanpa sadar Joevian ikut mengernyit, bertanya-tanya apa yang terjadi sampai Raine kelihatan begitu merah padam akan amarah.
Ekspresi ini pernah Joevian lihat saat perilaku dinginnya memaksa Raine bicara panjang lebar tentang posisinya, dan kemarahannya sangat tersampaikan.
"I'm just asking you to do your part right, Sophia. Ini bahkan gak keluar dari hal yang kita setujui secara kolektif sebelumnya."
"I never said yes."
"But you don't say no too!" Kesal Raine dengan wajah memerah dan nada bergetar, perempuan itu masih bisa tampak terkejut ketika sadar Joevian mengambil tempat duduk di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alleure
RomanceHollywood's fallen prince, Joevian Earl Alarie, returns home. Binds him to Raine Grace Arabella, whose life intertwined with Alarie's saga her whole life, once again.