10. Laughter Trails and Framing Fails

1.5K 283 56
                                    

Bangun di Kangaroo Valley membuat Raine merasa dirinya seperti pemeran utama.

Ia bersyukur karena ayah dan ibunya selalu memperlihatkan indahnya pagi hari, sehingga Raine tumbuh menjadi pribadi yang sangat menyukai waktu tersebut.

Menurutnya, semakin pagi hari, semakin banyak kebaikan yang ditabur dari atas langit bagi semua penghuni bumi.

Buktinya, kalau ia tidur lebih lama, pasti terlewatkan pemandangan indah ini.

Melalui sliding doors yang Raine buka lebar-lebar, pemandangan hamparan hijau luas dan langit merah muda akibat matahari yang malu-malu mengintip sebelum menampakkan diri seutuhnya terlihat begitu jelas.

"Cantiknya," lirih itu keluar, lalu tak berapa lama kicauan gerombolan burung yang membentuk formasi datang setelahnya, seolah setuju dengan ucapan Raine.

Ia tertawa kecil, memilih untuk bersantai di teras bernuansa kayu. Sebelum pulang, Raine pasti akan mencoba berenang di kolam indah ini, dengan sengaja saat matahari terbenam, supaya atmosfernya terasa sempurna.

"Lain kali harus nyalain fireplace atau semua heating yang ada di rumah ini. It's freaking freezing the whole night."

Layaknya gelas pecah, kesunyian dan kedamaian yang dirasakan Raine hancur seketika telinganya menangkap suara dari arah belakang.

Joevian, masih mengenakan piyamanya, berjalan ke arah Raine dan duduk di kursi lain yang ada di teras.

"Bukannya perapian buat ruang tengah? Kalau kedinginan malam, tinggal nyalain pemanas di kamar kamu."

"Stayed out the whole night." Jelas Joevian dengan nada datar.

"Kenapa gak di kamar?"

"Gak bisa tidur, kayak biasa."

Raine baru mengetahui bahwa Joevian memiliki masalah tidur. Sejujurnya, ia merasa penasaran sekaligus berempati.

"Terus kenapa gak kamu aja yang nyalain perapian?"

"Buat apa gue ajak lo kesini kalau harus ngelakuin semua sendiri?"

"Gak tau ya? Aku juga bingung tuh kenapa harus dibawa-bawa." Balas Raine kesal.

Memangnya Joevian kira Raine dengan senang hati ikut perjalanan ini? Kangaroo Valley adalah tempat dimana neneknya tinggal; tanpa perjalanan ini pun, Raine bisa datang ke sini kapan saja.

Bibir bawahnya maju ke depan. Raine ingin menghabisi telinga Joevian dengan omelannya, tapi akhirnya dia hanya berdiri.

"Ayo sarapan. Tadi ada penjaga yang kesini buat siapin makanan," Ajak Raine sambil berlalu, setengah hati mengajak Joevian untuk bergabung dengannya di meja makan.

Joevian membuntuti Raine dari belakang. Jarak dapur sekaligus tempat makan sangat dekat. Mereka dengan segera duduk dan membuka tudung saji silver.

Ketika melihat isinya, Raine hampir secara otomatis mendongak dan mencoba menerka ekspresi Joevian. Benar saja, pria itu langsung tampak tidak suka lalu menutup tudung saji dengan kesal.

"Mereka tau kamu datang, ya?" Tanya Raine takjub.

Tersaji telur dadar dengan banyak sekali potongan paprika dan bawang bombay—dua hal yang paling tidak disukai Joevian. Raine saja merasa merinding.

Ingin memeluk siapapun yang berhasil membuat Joevian kesal seperti itu.

"Kalau tau gue datang dan bikin sesuatu yang keluar dari preferensi gue sih namanya kurang ajar. Hater. Sengaja bikin gak senang."

AlleureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang