Kediaman Alarie terdiri dari dua bangunan megah yang saling berpadu melalui koridor outdoor yang mempesona.
Setiap langkah yang diambil oleh Raine menuju ruang paling ujung terasa seperti mengikuti jejak masa lalu.
Di sana, seperti butik gaun-gaun indah, dia mencoba gaun pengantinnya. Sofa beludru merah muda mengelilingi Raine, dan aksen emas menghiasi setiap sudut ruangan.
Jendela besar terbuka lebar, membiarkan sinar matahari masuk dan memandikan gaun putihnya dalam cahaya lembut yang memantul indah. Suasana hangat dan menenangkan menyelimuti ruangan, seolah alam turut merestui momen penting ini.
Namun, semua keindahan itu hancur oleh ucapan tajam dari sang pengantin wanita. "Why everything is so covered up?" gumaman Raine ketika melihat pantulan penampilannya di cermin.
Ibu Raine, dengan wajah galak, menegurnya, "Mind about what you said!"
Dengan cemberut, Raine memutar-mutarkan badannya, bertanya mengapa gaun-gaun dengan potongan lebih terbuka yang ia coba tidak ada yang berhasil menjadi pilihan untuk hari pernikahannya.
Gaun putih tradisional yang dikenakannya memiliki korset yang memperlihatkan lekuk badannya dengan sempurna. Lengannya terbalut kain terawang dengan motif yang dijahit secara teliti oleh tangan-tangan terampil.
Tudung yang Raine kenakan bergaya tradisional, dengan simbol-simbol keluarga Alarie yang dijahit halus pada kain tersebut.
"Kenapa protes? Gaun ini sudah yang paling cantik dan modest. Simbol-simbol Alarie sebagai detail dari gaun ini menambah nilainya."
Raine menatap Leah yang berdiri di sampingnya. Ibunya selalu tampil serius, mungkin karena pekerjaannya yang menuntut ketegasan.
"Mom, pilih satu. Aku atau Alarie? Kayaknya mom lebih menyayangi keluarga ini daripada putrinya sendiri." Raine bertanya tanpa berpikir panjang.
Dua kali. Leah menampar dahinya lagi, kali ini lebih keras. Suara Raine yang mengaduh terdengar lebih lantang.
"Kamu atau Alarie? Sebentar lagi kamu akan menjadi Alarie." Tangan Leah menyusuri simbol-simbol keluarga Alarie yang dijahit dengan hati-hati pada gaun Raine. Matanya mencerminkan pikiran yang mendalam. "Mom keras karena tahu pernikahan kamu dengan Joevian akan membawa perubahan besar. Raine, kamu harus siap."
Suasana kini terasa lebih berat. Raine memandangi ibunya dengan penuh makna.
Tumbuh dalam keluarga ini, mengabdikan banyak waktu untuk Alarie, membuat pernikahan dengan Joevian menjadi momen yang mengkhawatirkan bagi kedua orang tuanya.
Kecenderungan mereka selalu mengusahakan yang terbaik untuk Alarie.
Raine mengelus pundak ibunya dengan lembut. "I promise I will be the finest woman of Alarie the world will ever see."
Ucapan setengah bercanda itu ditujukan agar bisa memecah raut tegang di wajah Leah. Berhasil. Kini perempuan paruh baya itu tertawa kecil, membelai lembut surai pirang milik putrinya.
"Gaun yang kamu pakai untuk Alleure Night nanti pasti lebih terbuka, jadi sabar."
Istilah asing itu membuat Raine memandang ibunya dengan bingung. Dan hal itu membuat ibunya menampilkan ekspresi terkejut.
"Raine, kamu bahkan belum tahu tentang Alleure Night? Tradisi paling pivotal bagi semua keturunan Alarie setelah menikah?"
Jantungnya berdebar ketika tahu bahwa ia tidak tahu apa-apa.
Ia dengan berani menikahi keluarga ini tanpa tahu apa-apa.
Semua terjadi begitu cepat—mulai dari permintaan agar Raine mau menikah dengan Joevian, mereka tinggal bersama—sampai sekarang, satu hari sebelum pernikahan, Raine baru diberi tahu tentang tradisi Alarie lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alleure
RomanceHollywood's fallen prince, Joevian Earl Alarie, returns home. Binds him to Raine Grace Arabella, whose life intertwined with Alarie's saga her whole life, once again.