Prologue

4.2K 370 33
                                    

Sydney, Australia

Seorang perempuan bersurai pirang menatap lurus dengan pandang tajam, bersamaan dengan kedua tangan yang terkepal erat-erat, mengambang cukup tinggi hingga menutupi setengah wajahnya.

Ia bisa merasakan beberapa pasang mata ikut menaruh perhatian pada figurnya. Tapi rasanya ia tak boleh lengah, ingin memusatkan fokus pada sosok dihadapannya saat ini.

Yang murah hati membalas tatap sama tajamnya.

Entah sudah berapa banyak butir keringat menuruni wajahnya, tapi saat sensitif ini ia baru benar-benar merasakan sensasi bulir air membelai lembut wajah kecilnya.

"Focus, Raine!"

Sentak keras menggema, namanya menguar lantang di udara.

Ia harap detak jantung yang cepatnya mulai menyamau deru nafas ini akan segera berhenti. Sehingga ia bisa mendaratkan pukulan se intens perasaannya saat ini pada tangan pelatih.

"Keep the fire, Raine. Stay focus. Land the  hardest punch you could come up with," Seru sang pelatih, berusaha memprovokasi insting sadisnya.

"Imagine your ex's face here. Imagine you have the chance to beat the shit out of his ugly face."

Tcsh

Api yang berkobar-kobar dalam dirinya dengan segera mati begitu saja.

Raine, perempuan tadi, bahkan berhenti memasang raut keras. Wajahnya datar, lebih memilih untuk menarik diri lalu menegapkan posturnya.

Ia bisa menghitung wajah bingung pelatih juga beberapa pengunjung setia tempat khusus muay thai ini.

Juga bisa bertaruh bahwa Elise, sahabatnya, segera memukul wajahnya sedikit pelan, lalu berdiri meski kepayahan akibat menyelesaikan rangkaian olahraga sebagai pemenuhan leg daynya di ruangan sebelah.

"Mario, you should never say something about her ex. Oh my God."

Bisik Elise nyaring. Sedang Raine buru-buru melepas boxing wraps sedang boxing glovesnya sudah duluan ia apit diantara samping badan dengan lengan atasnya.

Bisik-bisik terjadi lebih lama antara Elise dan Mario.

Sedang Raine yang terlanjur kehilangan semangat melanjutkan sesi muaythainya segera mengedarkan netra.

Bolak-balik memandangi ruangan cukup luas yang berisi kurang lebih lima belas orang dengan wajah kelelahan akibat olahraga ini, hanya untuk mencari tasnya.

Setelah menemui, senyum tipis terbit.

Kebetulan sekali tasnya ia taruh di samping alas duduk yang empuk. Dan dengan segera, Raine duduk sambil meneguk air mineral dari botol minum raksasanya.

"Apa ini akhir dari perjalanan mengemban hobi ber muay thai? Kemajuan sih," Elise yang duduk di hadapannya segera membuka ponsel, wajahnya terlihat puas, "Hari ini tepat sebulan sejak lo fokus sama muay thai. Selamat."

Raine mengangkat jemarinya dengan cengiran.

"Kayaknya kemajuanku pesat ya. Lihat. Tangannya gak gemeteran segitunya lagi kayak pas awal mulai."

Pembicaraan merujuk tentang bagaimana Raine bahkan sampai harus dibantu untuk makan, karena tangannya tak berhenti kesakitan saat awal mencoba olahraga ini.

"Ya tapi keinginan lo mulai redup lagi. Sekarang kita bakal dipaksa nemenin lo cari hobi baru lagi. Please. Kali ini serius sama satu ini aja?" Pinta Elise. Terdengar desperate.

AlleureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang