32. Two Magnets : A Mystic Force

1.8K 283 194
                                    

Ini adalah hari baru bagi semua orang.

Matahari kembali terbit, tapi kali ini daripada menguarkan rasa panasnya, lembut angin serta cahayanya menyapa tiap-tiap orang dengan baik, membuat perasaan banyak orang merefleksikan hal yang sama.

Banyak tegur sapa disertai gurat senyum di antara para pelayan Alarie juga terjadi. Para anggota dapur memasak dengan perasaan senang, sesekali suara senandung beriringan dengan banyak bunyi dari sana.

Pada intinya, semua berbahagia dan tidak jauh dari senyuman.

Yang berbeda hanyalah Tuan Muda Alarie, Joevian. Pria itu kini bersandar pada salah satu sofa beludru berwarna cokelat muda, menatap lurus sambil memainkan pulpennya, tampak tenggelam dalam pemikiran yang terus mengganggu.

Menariknya adalah saat ini Joevian sedang duduk di ruangan besar yang khusus menjadi miliknya. Ruangan ini di dominasi dengan kesan putih cokelat dengan kesan stylish. Ada empat jendela besar dan tinggi yang mempersilahkan matahari masuk sebagai penerang alami.

Semua pasti ternganga berkata bahwa ruangan ini 'indah'. Tapi Joevian tidak terlihat peduli terhadap apapun, sama sekali.

"There's a trip scheduled for you over the next six months. The first three months will be an introductory tour, where both you and Mister Nicholas will visit every Alarie property and introduce you as the future of Alarie. Each visit will be brief. After that, you'll—"

Flynn yang sedari tadi berdiri di samping menghadapnya kini berhenti bicara, kepalanya perlahan terangkat dari tablet yang ia pegang, merasa ragu setelah sadar Joevian tidak mendengarkan tiap kata yang secara khusus ditulis untuk pria itu dengar.

"Is there anything else i can help you with, sir?"

Kebiasaan Joevian adalah membiarkan lawan bicaranya merasa tergantung di udara, tak lepas dalam membebaskan nafas, sampai pria itu memutuskan ingin membuka mulutnya.

Pundak Flynn sedikit lebih rileks bersamaan dengan hela nafas yang Joevian keluarkan. Pria Alarie itu berakhir menyerah atas pemikirannya yang berusaha mencari distraksi sedari tadi. Tapi berakhir ia jatuh pada lubang pemikiran yang sama.

Meski geram atas rasa kekalahannya terhadap diri sendiri, Joevian memutuskan mencari jawaban atas pemikiran yang sedari tadi memeganginya erat.

"Saya akan baca sendiri nanti," Putus Joevian. Ia terlihat tidak begitu nyaman sampai harus membenahi duduk dan menggulung lengan kemeja putihnya.

Sesaat ia terdiam, lalu menambahkan, "Bantu saya dengan hal lain. Kamu bisa duduk."

Meski ia mempersilahkan, aura kuat Joevian membuat kata-kata itu keluar selayaknya titah. Membuat Flynn tanpa bisa mengeluarkan banyak kata, duduk di sofa panjang berwarna putih gading di sebrangnya.

"Ada satu masalah yang belum bisa saya selesaikan sejak kemarin. Sejujurnya itu sangat mengganggu, jadi sekarang kita perlu tukar pikiran, perspektif objektif kamu diperlukan sejak sekarang, mengerti?"

Mendengar betapa seriusnya Joevian bicara, Flynn menaruh tablet itu di bagian sofa sampingnya. Mengangguk, ikut memperlihatkan keseriusan yang sama.

"Saya akan melakukan terbaik agar bisa memberi jawaban yang brilliant dan jauh dari ranah subjektif."

Begitu mendengar jawaban Flynn, Joevian melipat kakinya dengan cara biasa, meski kali ini lebih longgar, seakan gestur tubuhnya juga memperlihatkan kesiapan dirinya menerima pandangan Flynn.

"Kamu percaya kalau manusia bisa secara gak sadar mengatakan atau melakukan sesuatu?"

"Iya, tuan, saya percaya hal seperti itu memang bisa terjadi."

AlleureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang