"This bitch is leaving."
"Yeah, this 'girl' is leaving."
Janice mengarahkan ibu jarinya pada Raine yang kemudian mengoreksi ucapan sahabat perempuannya yang bicara sangar dengan mata sembap.
Hal ini dimulai saat Raine dan Janice turun ke lantai tiga, dimana ruangan berkumpul mahasiswa yang tinggal di bangunan ini tersedia.
Mereka adalah dua diantara sekian banyak yang jadi reguler disana.
Kadang melingkar di lantai vinyl cokelat muda untuk bergosip atau menonton TV dengan cemilan masing-masing.
Atau sekedar bersantai di sofa abu-abu andalan mereka yang sudah menampung semua tangisan, hardik, ataupun tawa.
Kadang juga Raine akan membawa permainan kartu yang membuat semuanya dengan rapi mengembalikan buku di rak yang menempel pada dinding, memilih untuk bermain-main.
Ketika melihat Raine datang sambil
menyeret koper besar dengan pakaian lengkap rapi, semuanya bangkit dari posisi masing-masing.Tatap yang ia terima beragam, tapi mayoritas seakan bertanya,
"Mau kemana dengan koper sebesar itu? Kelihatannya pergi lama minimal satu minggu, sebentar lagi kan kuliah mulai?"
Baru Janice, yang dua hari ini dengan Elise dan Jade, menemani Raine berkemas mulai bicara sambil menunjuk kearah temannya.
Sontak, ramai suara teriakan berdatangan. Ada yang menutup laptop keras-keras lalu sedikit berguling agar bisa duduk tegap, ada juga yang kini merangkak kearah keduanya lalu memegang kaki Raine dengan tampang menyeramkan.
Yang membuat Raine terkesiap adalah suara tumpukan cemilan yang gugur di lantai secara dramatis. Datangnya dari Willow, salah satu teman kumpul-kumpulnya, yang kini berdiri mematung, kelihatan terluka.
"Anjing...." Kata kasar itu ia ucapkan dengan wajah pias dan nada lirih, ingin menangis.
Willow, berdiri dengan tangan terkepal, kini mulai kepayahan untuk mengatur emosinya.
"Anjing... Sialan... Biadab... Bang—,"
Segera Raine mendekat lalu menutup mulut Willow sebelum temannya itu mengucapkan kata kasar lainnya. Willow memang terkenal aneh, tapi baru kali ini ia menahan tangis dengan mengucapkan sumpah serapah.
Tangannya terkena lelehan air mata Willow, Raine terlihat khawatir sekaligus haru jika kepergiannya yang penuh salah paham ini, meninggalkan rasa sedih yang besar.
"Hey, hey, hey, Willow? I'm not leaving Macquarie nor Sydney okay? Calm down." Permintaan terakhir Raine sampaikan dengan sedikit berbisik.
Setelah melihat Willow mengerjapkan mata berkali-kali. Raine perlahan membuka mulut temannya dengan waspada, takut jika ledakan emosi susulan datang.
"Beneran kan? Gak pergi dari sini? Terus kenapa kata Janice bitch you're leaving?"
Entah berapa banyak lagi kata kasar yang selalu membuat Raine terganggu ini akan hinggap di telinganya.
Dengan wajah berkerut Raine menyeka telapak tangan pada sisi kemeja yang ia pakai sebagai luaran saat ini.
Ia memandangi semua temannya bergantian. Lalu menuju tengah ruangan sambil kembali menyeret koper, memilih duduk di sofa meski dibelakangnya ada beberapa perempuan muda yang terlihat begitu penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alleure
RomanceHollywood's fallen prince, Joevian Earl Alarie, returns home. Binds him to Raine Grace Arabella, whose life intertwined with Alarie's saga her whole life, once again.