36. Bound by the Eternal Horizon

1.6K 268 277
                                    

Jauh dari garis ekuator di pesisir barat Amerika Serikat, negara bagian California tepatnya kota Los Angeles hari ini tampak seperti lukisan hidup penuh warna.

Sinar keemasan lembut matahari pada langit biru cerah yang menjadi transisi dari musim semi menuju musim panas. Di segala penjuru Los Angeles semua tampak tidak punya pilihan selain bangun dengan perasaan tenang.

Seperti yang terjadi pada mansion modern bertingkat dua ini. Karena berada di pinggir pantai, dari balkon bisa melihat bagaimana ombak mencium pasir putih.

Suaranya lembut berpadu dengan kicau burung riang. Bagi siapapun yang mendengar rasanya menenangkan, tapi tidak untuk Octavia yang baru bangun dan memasang luaran baju tidurnya, memandang tajam ke arah luar.

Perasaannya kontras dengan indah hari.

Ia benci harus kembali ke Amerika dan menunda-nunda rencananya yang masih tertinggal di Australia. Tapi mau bagaimana lagi, suaminya sudah merampungkan promotional tour serta proyek filmnya yang lain.

Menghela nafas jengah, ia melangkah keluar, membiarkan ujung robe satin yang ia pakai bersentuhan dengan lantai indah rumahnya ini.

"Morning, Love." Sapaan itu datang dari Thomas. Octavia berusaha tersenyum manis, mendekati suaminya yang duduk di sofa ruang tengah sembari menonton TV dan menghirup kopinya. Lalu memberi pelukan serta ciuman dalam.

"Morning, Love."

"Kamu kelihatan lelah," Thomas berucap sambil membenahi rambut istrinya yang menunjukkan jelas bahwa Octavia baru bangun dari tidurnya. "Kelihatan lebih jetlag daripada aku." Canda suaminya.

Octavia tersenyum kikuk sesaat.

Thomas adalah orang yang bodoh menurutnya. Bagaimana mata itu tak menunjukkan kecurigaan apapun sedang sikapnya perlu dipertanyakan. Padahal Octavia juga jetlag karena baru kembali ke Los Angeles setelah suaminya memberi kabar bahwa akan mengambil penerbangan pulang.

"I'm just tired, that's all." Ia memberi alasan.

Perlahan Octavia duduk dan meringsut masuk dalam rangkul suaminya. Wajahnya berubah menjadi muram, karena bukan di sini tempat seharusnya ia berada, bukan Thomas juga pemberi genggam yang ia inginkan sejak lama.

Octavia sudah merindukan prianya.

"Joevian?" Bisik Thomas, membuat kulit Octavia meremang seketika. Jantungnya jatuh, mengira bahwa Thomas berusaha menyelidik masuk dalam kepalanya.

Tapi saat ia menoleh, Octavia melihat tatap suaminya berlabuh ke depan, di mana televisi berada. Dan saat Octavia mengikuti, nafasnya tertahan tepat di tenggorokan.

Seperti kehilangan minat untuk menutupi sandiwara, Octavia menjauhkan tangan Thomas dengan cara lebih kasar lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. Perasaannya kalut seketika.

"...Joevian, who has been off the hollywood radar for months, was recently spotted at a campus festival in Sydney. In a surprising twist, Joevian was caught on camera kissing a mysterious girl. This moment has since become the talk of the town, sparking speculation among everyone. To add to the excitement, we have video footage taken by one of the festival attendees. Let's take a look toge—,"

Octavia mengeluarkan suara geraman begitu televisi dimatikan tepat sebelum video ditayangkan. Ia mellihat ke samping, tempat di mana Thomas terlihat begitu santai memegangi remot lalu memberi ekspresi sulit terbaca saat tatap mereka bertemu.

"Kamu belum bisa melihat Joevian dulu kan? Karena semua hal tentang dia bawa memori traumatis itu lagi, sedang kamu sudah sejauh ini berusaha menjalani kehidupan."

AlleureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang