Sejak ia membuka mata, bangun dari tidurnya, Raine sudah dihantui rentetan telfon dari sang ibu yang lebih mengganggu daripada alarm pagi biasanya.
Masih dengan keadaan setengah sadar, piyama dengan dua kancing atas terbuka—pasti efek gerah yang ia rasa ditengah tidur—juga, rambut pirangnya yang berbentuk sembarangan.
Kalau ibunya melakukan panggilan video, sudah pasti teriakan yang dikeluarkan akan lebih nyaring daripada suara dering ponsel sekaligus alarm pagi jadi satu.
'Harus SOPAN baik dari cara berpakaian atau bersikap di depan Alarie.'
Kemungkinan Leah akan bicara seperti itu. Tidak tahu kalau mereka berdua untuk bertemu saja enggan, apalagi untuk menunjukkan sikap sopan santun.
Dengan jengkel, Raine mengangkat panggilan ibunya dengan loudspeaker yang dinyalakan.
Konklusi dari pembicaraan itu adalah ada laporan bahwa dua hari belakangan, Tuan Muda Joevian, selalu membeli makanan di luar. Dan ibunya murka tentang fakta lalainya Raine dalam memperhatikan hal tersebut.
Jadi pagi ini, setelah selesai membuat sarapan untuk mengisi perut berharga pewaris Alarie, Ia pergi ke pasar dengan menggunakan transportasi umum.
Meski tidak berhenti merasa dongkol, Raine membenahi topi rajut di kepalanya sambil tersenyum menatap sekeliling.
Ada rasa nostalgia melihat jalanan Sydney dari jendela bus yang membawanya saat ini. Perasaan rindu meski ia masih menjalani harinya sebagai Raine Grace Arabella.
Saat ia menikahi Joevian nanti. Saat ia resmi menjadi bagian dari Alarie. Dimana meski sekarang dirahasiakan, saat jadi publik nanti, Raine kemungkinan besar akan dikekang oleh peraturan yang lebih ketat.
Yang mungkin tak mempersilahkannya melakukan hal-hal seperti ini.
'Sudah lah Raine, gak perlu dipikirin sekarang.'
Mantranya untuk menghalau perasaan sedih.
Raine tidak bisa berhenti merasa bimbang sepanjang jalan.
Bahkan saat tangannya memeluk belanjaan dan masuk ke dalam unit tempat tinggalnya bersama Joevian, ia harus bertahan dengan pikiran yang terbang ke segala arah.
Ketika memasuki area dapur, ia melihat sarapan yang disediakan untuk Joevian sudah tak ada lagi. Matanya menelisik ke tempat untuk menaruh piring yang sudah di cuci
Oh, pria itu masih punya kemampuan untuk mencuci piringnya sendiri.
Karena sudah menaruh barang-barang diatas marble kitchen island, tangannya yang bebas kini menarik topi rajut untuk dilepaskan, matanya menangkap ada pesan baru dibawah pesan yang ia tinggalkan untuk Joevian.
"Aku bakal pergi ke market buat beli keperluan di dapur atau rumah. Maaf karena sarapannya sederhana...
Juga maaf karena kemarin.
—Raine."
"Like i give a shit.
And also, your food sucks.
—J."
Berkali-kali Raine baca pesan yang Joevian tinggalkan, bahkan sampai ia lepas dari papan tulis tempat mereka bertukar pesan.
Jika secara umum ada konsep tentang lima tahap kedukaan. Maka sekarang Raine akan memperlihatkan tahap atas rasa dongkolnya.
Pertama, baca pesan itu berulang kali.
Kedua, yakinkan hati bahwa pada akhirnya Joevian layak untuk ia caci.
Ketiga, keluarkan suara cuih dan pura-pura meludah tanpa mengeluarkan saliva sungguhan di atas tulisan tangan yang buruknya melebihi anak TK.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alleure
RomanceHollywood's fallen prince, Joevian Earl Alarie, returns home. Binds him to Raine Grace Arabella, whose life intertwined with Alarie's saga her whole life, once again.