"Midas touch. That's how we refer to Raine's ability on turning things into something priceless."
Joevian yang sedang mengutak-atik kamera tua kepunyaan George menoleh ke tempat pemiliknya berdiri. Tepat di samping kirinya.
Cahaya matahari pagi memantul lembut dari lensa kamera, menciptakan kilauan yang hampir magis.
Sedari tadi ia disini berusaha mencari objek foto sempurna. Joevian merasa perlu hati-hati karena tau ia hanya memiliki sedikit kesempatan sebelum roll film kamera ini habis tak tersisa.
Melupakan kejadian di sungai, Joevian dan Raine memulai hari kedua mereka dengan sarapan bersama para orang tua, lalu pergi ke Farmer's Market khas Kangaroo Valley. Pasar yang dilaksanakan satu kali dalam sebulan.
Hamparan hijau yang terlihat kosong di belakang penginapan Friendly Inn segera disulap menjadi tempat berkumpulnya masyarakat.
Para petani, peternak, serta penjual lainnya menjajakan produk fresh maupun sudah diolah secara homemade di bawah tenda-tenda berwarna cerah yang berjejer, atau dibelakang mobil milik pribadi.
Suasananya ramai, sepertinya baik penduduk lokal ataupun wisatawan ikut berpartisipasi dalam pasar para petani ini. Anak-anak berlari-larian, senyum lebar menghiasi wajah mereka, sementara orang dewasa sibuk bertransaksi dan bercengkerama.
Awalnya ia hanya ingin pergi dengan baju kaus berwarna putih, topi cokelat, celana hitam, dan sendal senada. Tapi George datang lalu memberi Joevian rompi cokelat tua untuk dipakai.
Sekarang Joevian terlihat seperti penduduk lokal.
"Do you know why?" Tanya George lagi setelah tidak mendapat respon.
Pria tua yang cara berpakaiannya begitu mirip dengan tokoh Carl Fredricksen di film Up itu memang yang paling senang mengajak Joevian bicara.
Mulai dari di kedai, perjalanan menuju Friendly Inn, bahkan saat sudah di pasar para petani, George selalu berada di sampingnya.
Ia menggeleng, masih terbuka untuk mendengar cerita tentang Raine meski ia tidak terlalu tertarik.
"Kalau kita beri Raine tepung, dia akan membawakan kue kering sebagai balasan. Beri dia kertas, akan dia isi dengan puisi atau dibuat dalam bentuk menyenangkan seperti burung kecil berisi permintaan baik bagi yang menerima. Tunanganmu itu punya kemampuan untuk mengubah segala hal menjadi jauh lebih baik." George melanjutkan dengan senyum lembut di wajahnya.
Dari tempatnya berdiri, dilihatnya Raine yang sedang mengenakan dress musim panas dengan rambut pirang yang terkepang pada satu sisi itu, terkikik senang, menertawai apapun yang sedang Eliza ucapkan.
Matanya terbelalak kemudian menurunkan kepala. Terlihat berhati-hati sambil mengucapkan terima kasih saat Kelley memasangkan topi bundar dengan lembut di kepalanya.
Ia sadari bahwa hubungan yang tidak terlalu baik antara keduanya membuat Joevian tidak pernah melihat kemampuan yang George maksud.
Tak juga Raine melakukan itu untuknya.
Sehingga yang bisa ia lakukan hanya menutup mulut, menunggu George menyelesaikan ucapannya.
"Jiwanya." Pria itu bicara dengan nada serius, jemarinya dibentuk seperti kuncup bunga yang belum mekar, lalu menaruhnya tepat di depan dada.
"Jiwanya cantik sekali, sampai kamera," Kamera serta tangan Joevian dibuat melayang, kini mengarahkan lensa kearah Raine berdiri.
"Belum berhasil menangkap cantiknya jiwa Raine."
Hal baik apa yang kiranya Raine pernah lakukan sampai seseorang bisa bicara dengan cara seperti itu?
Untuk dipandang tinggi dan dibicarakan begitu baik oleh seseorang, bahkan saat Raine sama sekali tidak sadar. Joevian merasa ada bagian dari jiwa penasarannya yang tersentil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alleure
RomanceHollywood's fallen prince, Joevian Earl Alarie, returns home. Binds him to Raine Grace Arabella, whose life intertwined with Alarie's saga her whole life, once again.