Winter. January 30, 2017
Mengendarai motor di cuaca yang hampir membekukan seluruh kota memang memerlukan kehati-hatian dan kesabaran yang tinggi. Telapak tangan akan mudah dingin, sarung tangan sangat wajib dipakai, helm dan penutup telinga juga diperlukan. Jaket tebal, kaus kaki, lalu sepatu hangat sudah tak perlu ditanyakan lagi.
Yongbin telah siap dengan semua perlengkapan itu kala dia sampai di kedai dan Yoongi Sajangnim memberinya tugas untuk mengantarkan ayam milik pelanggan. Hari ini betul-betul sibuk, pesanan tak berhenti datang. Yongbin tidak bisa menghitung berapa banyak dia bolak-balik keluar masuk kedai selama empat jam terakhir.
Melelahkan sekali rasanya. Mencari uang ternyata sesulit ini. Dia tidak bisa membayangkan harus terus melakukan kegiatan ini setiap hari, pasti bakal kewalahan.
Dan, iya, itulah yang dialami Soobin selama ini. Tidak hanya memaksakan diri bekerja di tiga tempat sekaligus, kakaknya itu juga mesti bekerja menembus udara dingin. Belum lagi mesti menyisakan waktu untuk belajar sebab sebentar lagi masa ujian akhir semester akan segera menghampiri. Waktunya dipenuhi dengan berbagai kegiatan. Kalau tidak ada Yongbin, Soobin mungkin tak akan sanggup lagi. Yongbin merasa bangga sendiri dengan keputusannya membantu menggantikan Soobin di hari-hari tertentu seperti sekarang ini, memberikan saudaranya sedikit waktu agar bisa beristirahat.
"Soobin! Cepat kemari! Ada pesan antar lagi!"
Teriakan Yoongi Sajangnim itu membuat Yongbin terkesiap. Dia baru saja keluar dari toilet, dan dia sudah dipanggil lagi. Tidak bisa protes, Yongbin segera menghampiri si Bos seraya membalas, "baik, Sajangnim."
Yoongi menyodorkan dua kresek ayam padanya. "Antarkan ke alamat ini," titah pria itu, sembari juga menunjukkan sebuah kertas berisi untaian alamat. "Hari ini sibuk sekali, sialan. Uangku bertambah banyak sih, tapi tanganku hampir patah rasanya." Lagi-lagi atasannya itu meloloskan sebuah keluhan, sambil tubuhnya sibuk melakukan pekerjaan ini itu. Yongbin hanya tertawa saja mendengarnya, tidak merasa aneh lagi dengan Yoongi Sajangnim yang memiliki mulut lancip. Pasalnya yang dikatakan Yoongi itu tidak salah, tangan Yongbin pun nyaris patah saking dingin dan penatnya. Hari ini memang sesibuk itu.
Yongbin langsung keluar dari kedai tanpa perlu berpamitan lagi. Kemudian memasukan dua keresek pada kotak yang merekat di ujung jok motor yang dia gunakan untuk mengantar ayam, motor yang dinamai sebagai si Hitam. Tangannya kini melepaskan topi yang dipakai, hendak menggantinya dengan sebuah helm.
Belum sempat memasangkan helm ke kepala, Yongbin lantas dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang entah berasal dari mana, tiba-tiba menghampiri dan menyapanya ragu.
"Choi Soobin?"
Yongbin menoleh. Matanya memicing menatap orang tersebut. Siapa? Kenalan Soobin?
Dia menatapnya lebih dalam, lalu seolah tersadarkan, matanya langsung terbuka lebar. Gadis yang dilihatnya ini—kalau dia tidak salah ingat—adalah gadis yang sudah menggagalkan rencana bunuh dirinya tempo hari. Benar, Yongbin yakin sekarang, dia adalah gadis aneh itu.
Yongbin berdecak, entah kenapa rasa kesal langsung menggerayangi diri kala sadar bahwa gadis yang membawanya kembali ke kehidupan itulah yang sedang berada di hadapannya kali ini. Tanpa sadar Yongbin langsung berujar ketus, "kau? Apa yang kau lakukan di sini? Mengikutiku lagi? Kau ini penguntit atau apa?" Pertanyaan tanda tak suka dan penuh kecurigaan itu dia beberkan.
Padahal gadis itu sudah menyelamatkan hidupnya, tapi tidak tahu apa sebabnya Yongbin malah merasa terganggu dengan kehadiran gadis tersebut. Mungkin karena rasa dongkol akibat gagal menghentikan hidup waktu itu masih sedikitnya tersisa di dalam benak hingga saat ini, walaupun dia sendiri sudah menyesali perbuatan bodohnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fiksi Penggemar[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...