Mau bagaimana pun juga, sekarang Yerin sudah tidak peduli dengan apapun lagi.
Karena itu, dia tidak belajar dengan serius seperti dulu saat di sekolah. Dia juga tidak bersusah payah berusaha bersikap baik lagi pada teman-teman sekelasnya. Toh mereka juga tidak peduli padanya. Itu semua membuat Yerin semakin dikucilkan saat di kelas. Tapi sudah dia katakan tadi bukan, dia tidak peduli.
Lalu saat bertemu dengan nenek tua, dan nenek itu berkata hal-hal tak masuk akal, Yerin hanya menanggapinya dengan menyeringai.
"Kau harus berhati-hati, atau hidupmu akan hancur."
Hancur ya? Dirinya memang sudah hancur.
Yerin melanjutkan langkah, meninggalkan nenek tua itu yang terus meneriakinya untuk waspada. Gadis itu tak mau menanggapi lebih lanjut. Kalau hidup Yerin benar-benar akan hancur, biarlah itu hancur. Yerin sudah tidak peduli.
Begitu kembali ke rumah, Yerin langsung melaksanakan ritual yang biasa dia lakukan. Membersihkan diri, lalu meringkuk di atas kasur setelah meminum satu pil tidur dan pergi ke alam mimpi.
Tidur adalah hal yang paling menenangkan untuknya. Saat dia terlelap, Yerin bisa melupakan sedikit kesedihannya. Itupun kalau dia sedang beruntung, kalau tidak, dia akan kembali memimpikan kejadian hari itu, kembali merasa sedih dan membuatnya terbangun dalam keadaan sesak.
Baiklah, mari kita berdoa agar malam ini dia berhenti memimpikan hal itu. Dia hanya ingin terlelap tanpa mendapat bunga tidur apa pun, dan kalau bisa dia tidak ingin bangun lagi.
Namun meskipun sudah memakan pil yang ia yakin dapat membuat dia tertidur tanpa bermimpi apa pun, malam ini dia malah bermimpi lagi. Berbeda dengan mimpi di malam-malam sebelumnya, kali ini dia tidak kembali ke malam kecelakaan itu.
Di mimpinya kali ini, dia menemukan Soobin tersenyum menemaninya membaca buku di perpustakaan. Lalu saat dia pergi ke kantin, pemuda itu juga ikut dengannya, melahap makan siang bersama. Kemana pun Yerin pergi, Soobin akan selalu ada di sisinya. Membuntutinya seolah dia adalah bayangan gadis itu.
Mimpi yang aneh.
Yerin terbangun. Dirinya bertanya-tanya akan mimpi yang baru saja dia alami. Sangat-sangat tidak biasa. Mimpi itu terasa begitu nyata—Soobin yang mengikutinya, seakan itu pernah terjadi di dunia nyata. Namun faktanya, di dunia nyata, Yerin lah yang dulu sering mengikuti pemuda itu, bukan sebaliknya.
Itu membuat dia jadi penasaran, apa mungkin perkataan nenek itu benar? Tentang arwah yang mengikuti Yerin. Apakah ada kemungkinan bahwa arwah itu adalah Soobin yang mengikutinya seperti dalam mimpi?
Yerin tidak terlalu percaya dengan mitos sebenarnya, tapi dari buku-buku fantasi yang pernah ia baca, hal seperti arwah orang mati yang berkeliaran di dunia dan mengikuti orang yang masih hidup itu bukanlah hal asing.
Jadi di pagi hari, untuk memuaskan rasa penasaran, Yerin menghampiri nenek tersebut. Syukurlah nenek ada di tempat mereka bertemu kemarin, sedang mengorek-ngorek tong sampah di sisi sebuah toko kelontong.
Yerin menyodorkan roti lapis yang dia bawa ke nenek itu, seharusnya itu jadi sarapannya pagi ini—Bibi yang membuatnya. Tapi nenek itu sepertinya lebih membutuhkan roti tersebut dari pada Yerin.
Terbukti, tanpa rasa ragu nenek itu langsung mengambil roti di tangan Yerin dengan tak sabaran, melahapnya tanpa ampun hingga habis tak tersisa.
"Anu.. aku ingin bertanya," Yerin memberi jeda sebentar, kembali berpikir apakah harus dia menanyakan hal ini atau tidak. Lalu setelah dirinya merasa yakin, Yerin melanjutkan, "yang kau maksud dengan arwah yang mengikutiku itu, apa dia seorang laki-laki?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfiction[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...