Tubuhnya gemetaran.
Meskipun sudah berkali-kali menenangkan diri, Soobin masih tidak bisa mengatur napasnya agar bisa keluar dengan teratur—dia lupa caranya bernapas, Soobin tak hentinya merasa sesak.
Menjadi satu-satunya orang yang mengenal identitas sang korban kecelakaan, Soobin diharuskan untuk ikut saat tubuh Yerin dibawa ke ambulan oleh para petugas medis.
Di sepanjang perjalanan, Soobin tak bisa menghentikan rasa panik. Tangannya gemetaran memegangi ponsel—dia berusaha menelepon wali kelasnya perihal kecelakaan yang terjadi. Saat panggilan sudah tersambung, Soobin malah tidak bisa berbicara apapun sampai salah satu petugas itu harus menggantikan dirinya menyampaikan informasi tentang keadaan Yerin, meminta sang wali kelas untuk menghubungi keluarga korban, dan segera datang ke rumah sakit.
Dan di sinilah Soobin sekarang, terduduk resah di ruang tunggu, terisak sendirian. Gadis itu sudah dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan. Sementara Soobin harus menunggu di luar, menanti kabar baik dari gadis yang sedang ditangani oleh para tenaga medis di dalam sana.
Beberapa waktu kemudian, Pak Kim dan seorang wanita datang padanya dengan ekspresi cemas. "Bagaimana keadaan Yerin?" Wanita itu bertanya begitu sampai di hadapan Soobin.
Soobin hanya bisa menggeleng lambat. Terlalu lemah untuk menjelaskan apa-apa.
Wanita itu berjalan mendekat ke ruang operasi. Berusaha mengintip ke dalam, meskipun Soobin yakin sekali hal itu tak akan menghasilkan apapun.
Pak Kim segera menghampiri Soobin, "bagaimana denganmu, kau baik-baik saja?" tanya pria itu khawatir, apalagi saat melihat keadaan Soobin yang terus gemetar hebat seperti ini.
Soobin tidak menjawab pertanyaan itu. Dia memegangi kepalanya dengan kedua tangan. "Ini semua salahku," lirih Soobin pelan. "Yerin mengalami kecelakaan karena salahku."
"Hei!" Pak Kim mengguncang tubuh Soobin. "Kenapa kau malah menyalahkan diri sendiri? Tenanglah, Yerin akan baik-baik saja."
Soobin meremas rambutnya frustasi. Seharusnya dia datang lebih cepat, mencegah Yerin pergi mengikuti Yongbin yang gadis itu kira sebagai dirinya. Ini semua salahnya. Kalau saja dia menceritakan tentang saudara kembarnya pada gadis itu, mungkin semua ini tidak akan terjadi.
Ketiganya kini duduk bersebelahan. Soobin masih menangis, Pak Kim berusaha menenangkan, sementara wanita yang ternyata adalah bibi dari Yerin menggigiti kukunya resah.
Pintu ruang operasi terbuka, seorang dokter dan beberapa perawat muncul dari sana. Ketiga orang itu langsung berdiri menghampiri secara bersamaan.
"Bagaimana keadaannya?"
Dokter tidak langsung menjawab, dia menatap satu persatu orang-orang itu, lalu berucap setelah satu helaan napas, "kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Dan untunglah kami berhasil menyelamatkan nyawanya, hanya saja..." Dokter kembali memeriksa reaksi ketiga orang itu, menunduk sebentar lalu melanjutkan, "ada kerusakan di bagian otak yang menyebabkan pasien harus mengalami koma, dan kami tidak tahu kapan pasien akan bangun."
Informasi itu tidak membuat Soobin tenang sama sekali. Meskipun dokter berkata kalau Yerin masih hidup, gadis itu hanya bisa terbaring di rumah sakit tanpa bisa melakukan apa-apa, tertidur dan entah kapan bisa bangun lagi. Dengan kata lain, jika seperti itu keadaannya, maka Soobin sudah merebut kehidupan Yerin.
Soobin merasa lemas di seluruh tubuh. Dia tidak bisa memikirkan apapun selain menyalahkan diri sendiri. Bahkan dia tidak sadar tubuhnya sudah ditarik Pak Kim untuk pergi dari area rumah sakit. Pria itu memaksa tubuh Soobin untuk bergerak, mendorong masuk ke dalam mobil, mengantarkan Soobin pulang ke asramanya karena sudah larut malam. Dan membiarkan Yerin ditinggal sendirian bersama sang bibi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfiction[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...