Sudah enam tahun berlalu sejak kejadian naas itu terjadi. Sampai kini pun Yongbin tak pernah mampu melupakannya. Dia menyesalinya setiap waktu. Andai waktu itu dia bisa menjaga Beomgyu dengan baik, pasti sekarang mereka masih bersama-sama.
Persis seperti yang dilakukannya saat ini, di malam yang menyesakkan itu, Yongbin tidak bisa menutup matanya barang sedikit pun, padahal dia sudah sangat lelah, tubuhnya bahkan sudah berbaring di atas ranjang sejak satu jam lalu.
Rasa sedihnya menghilangkan rasa kantuk, dia terisak sendirian di antara anak-anak lain yang tertidur lelap. Soobin tidak ada bersamanya, kakak kembarnya itu sedang dalam keadaan yang sangat berantakan. Setelah mendengar kabar Beomgyu tadi, Soobin berusaha kabur ke luar berkali-kali, sampai membuat kepala panti harus mengawasinya setiap saat.
Seseorang juga tengah mengawasinya saat ini, mengusap-usap kepalanya agar dia bisa terlelap. Yongbin lanjut menangis sampai lelah, hingga tenaganya habis tak tersisa. Air mata yang turun mengantarkan dirinya terlelap tanpa sadar.
Dia baru terjaga lagi saat suara gaduh para pengurus panti terdengar di pagi hari. Matahari belum sepenuhnya muncul, semua orang masih terlelap. Pengurus yang menjaganya tadi malam tidak ada di sampingnya lagi. Yongbin beranjak bangun dan berjalan sempoyongan ke kamar mandi hendak membasuh wajah, kemudian dia malah tidak sengaja mendengar obrolan bisik-bisik para pengurus yang sedang bertugas di depan kamar mandi.
"Soobin kabur dini hari tadi. Kepala panti dan para penjaga sudah menyusulnya."
"Kira-kira ke mana dia pergi?"
"Sudah pasti dia pergi ke pantai mencari adiknya. Tubuh adiknya masih belum ditemukan sampai sekarang."
"Dia mencarinya ke pantai sendirian? Bagaimana kalau dia ikut tenggelam juga?"
"Makanya itu. Semua orang sedang panik saat ini. Kudengar mereka juga belum berhasil menemukan Soobin. Ada kemungkinan dia tenggelam juga."
Jantung Yongbin berdebar kencang. Kesadaran pun langsung menamparnya. Tanpa menunggu lebih lama, dia membawa tubuhnya berlari keluar secepat kilat. Menerjang semua hal di depannya, mengabaikan orang-orang yang berteriak memanggil namanya. Rasa panik mengerumuni diri. Tidak, tidak, tidak! Jangan pergi! Kau tidak boleh menghilang juga!
Belum sempat dia melangkah lebih jauh, Yongbin harus berhenti kala beberapa pengurus panti berhasil meraih lengannya. Dia berusaha memberontak, berteriak keras, lalu terdiam begitu menemukan kepala panti yang berjalan rusuh memasuki gerbang. Di belakangnya, seorang penjaga berjalan cepat-cepat, menggendong satu anak di tangannya.
Anak itu, tak lain adalah saudara kembarnya. Yongbin menahan napas memandang Soobin yang sudah kehilangan kesadaran. Tubuhnya basah kuyup, wajahnya pucat, percikan darah mengalir di pelipisnya.
Yongbin gemetaran. Dia takut. Dia takut jika harus kehilangan dua orang dalam satu waktu sekaligus seperti saat orangtuanya pergi. Dia takut ditinggal sendirian. Kaki Yongbin yang tak kuat menahan beban tubuh, akhirnya ambruk di tanah.
Selama satu pekan penuh—nyaris dua pekan—Yongbin sudah seperti seorang mayat hidup. Merasa tak enak tidur, tak enak makan, dia tak dapat menjalani kehidupan normalnya seperti biasa. Tentu saja, bagaimana Yongbin bisa hidup normal setelah kepergian Beomgyu? Terlebih dia yakin sekali kalau semua itu adalah salahnya. Dia terus menyalahkan diri. Meski begitu, meski sudah menyalahkan diri sebanyak air laut pun, semuanya tidak berguna, Beomgyu tidak akan pernah kembali padanya.
Dari yang Yongbin dengar, para warga di sekitar pantai masih belum menyerah mencari Beomgyu, selama tujuh hari berturut-turut mereka lanjut menyusuri pantai. Namun hasilnya nihil, sampai sekarang pun tubuh anak itu masih tidak ditemukan. Kini mereka menyerah dan meminta Yongbin untuk benar-benar merelakan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfic[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...