Winter
January 30, 2017Harus bekerja di saat mendekati masa ujian itu benar-benar melelahkan.
Soobin akan dengan otomatis kehilangan lebih banyak waktu tidur. Mengerjakan tugas yang sudah menumpuk, mempelajari materi yang akan muncul dalam ujian. Saat-saat seperti ini adalah waktu yang bisa membuat Soobin kehilangan kewarasan.
Sialnya lagi, meski sudah bersusah payah belajar sampai otaknya mau meledak pun, nilai Soobin masih tidak bisa mencapai target yang diharuskan. Seperti ujian harian kemarin misalnya, padahal sudah semalaman suntuk Soobin belajar sampai merelakan waktu tidurnya, tapi tetap saja nilai yang keluar tidak sesuai dengan harapan.
Soobin ingin menyerah saja rasanya. Lalu Pak Kim malah menuntutnya untuk belajar lebih rajin. Soobin juga ingin, tapi otaknya itu tidak mampu. Terlebih karena Soobin harus menggunakan sebagian waktunya untuk bekerja, mencari uang agar bisa terus tinggal di kota ini. Bagaimana dia bisa fokus?
Akhir-akhir ini kedai ayam milik bosnya sedang mengalami peningkatan pelanggan, racikan ayam goreng yang baru sedang digandrungi oleh banyak orang. Setiap hari selalu sibuk, tidak ada waktu santai-santai saat di tempat kerja.
Sebab itu pula, Min Yoongi Sajangnim—pemilik kedai ayam, selalu mewanti-wanti Soobin untuk jangan terlambat datang ke kedai di sore hari, sebab di jam-jam itulah pelanggan akan sangat membeludak. Apalagi saat sudah memasuki jam makan malam, tubuhnya akan terus bergerak tanpa henti melakukan semua pekerjaan.
Tentu saja hal itu membuat Soobin tidak bisa menuruti perintah wali kelasnya—untuk berhenti dulu bekerja dan fokus belajar saja. Saat ini, keberadaan Soobin di kedai sedang sangat-sangat diperlukan.
Sepulang sekolah, seperti biasa Soobin akan pergi ke asrama terlebih dulu sebelum berangkat ke tempat kerja. Langkahnya terayun lemas, kehilangan banyak energi sebab begadang semalaman. Soobin tidak bisa menyalurkan keinginan untuk tidur saat di sekolah karena banyak hal yang harus dikerjakan.
Soobin yakin sekali kalau dirinya sekarang terlihat seperti zombie. Bagian bawah matanya terlihat menghitam, melangkah lamban sambil tertunduk lemah. Terlihat tidak hidup, tapi masih terus berjalan.
Begitu sampai di asrama, Soobin menemukan Yongbin sedang bersantai sambil memainkan game di ponselnya.
"Oh, kau sudah pulang?"
Soobin tidak menanggapi, segera melemparkan ranselnya ke sembarang arah. Membuka padding dan seragam, berniat menggantinya dengan pakaian untuk bekerja.
"Ya ampun. Kau terlihat seperti mayat hidup." Itu komentar Yongbin saat melihat Soobin melakukan aktivitasnya dengan keadaan mata yang hampir tertutup.
Soobin berusaha menyadarkan diri, sambil kepalanya menoleh kesana-kemari mencari sesuatu. Sebelum suara Yongbin menyela lagi, "kau mencari apa?" tanyanya.
"Pakaianku, untuk bekerja," jawab Soobin enggan.
"Bekerja apa, hari ini kan jadwalku untuk menggantikanmu."
Baru saat itulah Soobin sadar. Ah, benar. Soobin sudah berjanji akan membiarkan Yongbin bekerja menggantikan dirinya di hari-hari tertentu, dan hari ini adalah jadwalnya. Lalu Soobin juga baru sadar kalau Yongbin sudah mengenakan pakaian yang dicarinya barusan.
"Ah, kau benar. Aku lupa." Soobin menjawab, saking lelahnya suara Soobin jadi terdengar seperti orang mabuk.
"Kau benar-benar butuh istirahat. Tidurlah. Aku akan berangkat sekarang." Yongbin beranjak dari posisinya.
Tanpa tunggu lama, Soobin langsung menenggelamkan diri di kasur, menyelimuti tubuhnya dengan selimut hangat. Matanya langsung tertutup secara otomatis begitu kepalanya menyentuh bantal. Dia sudah tidak sabar untuk menyelam ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfiction[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...