Memiliki berbagai aktivitas yang harus dikerjakan, membuat Soobin tidak sempat banyak berinteraksi dengan orang-orang, bahkan dengan teman-teman di kelas yang setiap hari dia temui, tidak ada satu pun dari mereka yang sempat mengobrol lama dengannya. Soobin jadi sedikit sekali mengenal semua orang di sekitarnya, kecuali para atasan di tempat kerja, wali kelas, dan Yerin. Selain itu tidak ada lagi orang lain yang berinteraksi baik dengan Soobin.
Meski ada di kota yang sama, Soobin juga tidak pernah sekali pun bertemu langsung dengan keluarga angkat Yongbin. Hanya sekali itu saja dia pernah bertemu mereka, dahulu saat mereka datang untuk menjemput Yongbin di panti asuhan.
Satu-satunya interaksi yang dia lakukan dengan anggota keluarga itu hanyalah dengan wanita yang selalu menelponnya, atau lebih tepatnya mengancam Soobin agar tidak mengganggu kehidupan Yongbin. Sisanya, tidak ada interaksi sama sekali.
Malam ini, di malam yang sangat-sangat melelahkan untuknya, Soobin tiba-tiba menerima dua orang tamu tak dikenal. Mereka mengaku sebagai utusan dari wanita itu, Kim Sohwa, ibu angkat Yongbin yang bahkan namanya saja baru dia dengar.
"Nyonya meminta kami untuk menjemputmu," tutur pria itu.
Soobin bertanya-tanya, urusan apa lagi yang wanita itu inginkan darinya sampai harus repot-repot menjemput Soobin.
"Kenapa aku harus ikut? Apa yang dia inginkan dariku?"
"Beliau berkata, ini soal tuan muda Yongbin."
Yongbin? Apakah dia sudah kembali?
"Ada yang ingin beliau bicarakan denganmu, jadi tolong kerja samanya dan ikut dengan kami."
Soobin termenung sebentar, dia tidak bisa menolak untuk ikut, apalagi kalau hal ini menyangkut Yongbin. Soobin ingin memastikan kalau saudaranya itu baik-baik saja. Walaupun terasa agak aneh sebab kini mereka ingin bertemu Soobin secara langsung. Membicarakan sesuatu? Apa itu?
Meskipun masih dengan isi kepala yang penuh pertanyaan, Soobin tetap suka rela mengikuti dua orang itu masuk ke dalam mobil, membawanya ke sebuah area perumahan yang tak pernah dia datangi selama hidupnya di kota ini.
Mobil yang Soobin tumpangi kini masuk melewati gerbang tinggi, lalu berhenti tepat di halaman sebuah rumah berwarna putih. Soobin melangkah mengikuti dua orang tadi untuk masuk ke dalam rumah. Inikah tempat tinggal wanita itu? Jika begitu, Yongbin juga tinggal di sini?
Soobin berjalan sambil melihat-lihat. Jadi seperti ini ya rumah yang selama ini saudaranya tinggali. Rumah yang besar, luas, dan memiliki furniture lengkap. Terlihat begitu mewah. Berbeda jauh sekali dengan panti asuhan atau asrama sempitnya. Pasti nyaman sekali di sini. Syukurlah Yongbin bisa merasakan tinggal di tempat seperti ini.
Langkah Soobin harus terhenti tatkala dua orang di depannya tiba-tiba berdiri di tempat, Soobin hampir menabrak punggung mereka sebab terlalu fokus melihat sekeliling.
"Kami sudah membawanya, Nyonya," ucap salah satu dari mereka sembari menundukan kepala pada seorang wanita yang tengah duduk di sofa, menghadap ke sebuah perapian yang membelakangi mereka bertiga.
Di kursi sebelahnya seorang pemuda tengah duduk sambil memegangi kepala, terlihat gusar. Kemudian pemuda itu mendongak untuk menatap Soobin. Soobin bisa menemukan keterkejutan di mata pemuda itu saat melihat ke arahnya. Apa yang salah?
"Baiklah. Tinggalkan kami," titah wanita itu, dari suaranya yang sudah sering Soobin dengar di telepon, Soobin yakin sekali bahwa dialah Kim Sohwa.
"Baik," balas dua pria tadi, lantas pergi ke luar dari ruangan tersebut setelah menunduk satu kali.
"Kau bisa duduk." Satu perintah dia utarakan lagi, kali ini tentu saja untuk Soobin.
Soobin berjalan menghampiri, agak kikuk karena setiap gerak-geriknya terus diamati oleh pemuda bermata sipit itu. Meski demikian dia akhirnya berhasil duduk di hadapan mereka berdua, kini sudah bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfiction[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...