Summer, 2017
Ketika berusaha mengingat sesuatu tapi ingatan tidak juga muncul, rasanya sangat menyebalkan. Apalagi jika yang dilupakan adalah hal penting. Dan yang hilang itu pun bukan hanya satu, tapi seluruh ingatan selama masa hidupnya. Benar-benar membuat frustasi.
Itu yang Soobin rasakan saat ini. Dia hanya bisa bergeming heran pada Yerin yang menangis sembari memandang ka arahnya. Meminta maaf.
Mata itu terus menatap, Soobin jadi penasaran apakah gadis itu sungguh bisa melihatnya, dia tak tahan untuk bertanya, "kau bisa melihatku?"
Pertanyaan itu dijawab dengan anggukan.
Soobin terlonjak setelahnya. Bagaimana mungkin, kenapa tiba-tiba Yerin bisa melihatnya?
"Maafkan aku Soobin, aku salah, aku sungguh minta maaf."
Gadis itu terus memohon maaf, Soobin tidak mengerti kenapa, gadis itu tidak punya salah apapun padanya-setidaknya itu yang dia ingat. Soobin kembali menghampiri gadis itu, mencoba menenangkan lagi, walaupun dirinya belum bisa mengerti apapun yang terjadi. "Hei. Berhenti meminta maaf, kau tidak salah apa-apa."
Gadis itu menggeleng. Isaknya semakin besar saja, "maaf, aku sudah menyebabkanmu meninggal."
Soobin terdiam di tempat atas pengungkapan gadis itu. Apa maksudnya? Gadis itu yang membuat Soobin meninggal?
Soobin menunggu gadis itu melanjutkan perkataan, tapi Yerin hanya terus menangis tersedu-sedu. Itu membuat hatinya sakit.
Masih dalam keadaan bingung, Soobin mendudukkan diri di bangku, memegang kepalanya pusing, menggali ingatan di dalam otak. Kapan? Apa tepatnya yang membuat dia meninggal, kenapa gadis itu berkata kalau dialah penyebabnya. Ingatan itu tak muncul mau sekeras apapun dia berpikir.
Lalu belum saja menemukan jawaban dari pertanyaan dalam benak, Soobin sekarang harus menyaksikan gadis itu beranjak dari duduknya, gelisah, matanya menatap sekeliling seperti sedang mencari. Napas memburu Yerin bahkan bisa dia dengar dengan jelas.
"Choi Soobin, jangan pergi."
Soobin mendekati gadis yang sekarang terlihat kebingungan, "apa maksudmu? Aku ada di sini."
Meskipun Soobin sudah ada di depannya, kepala gadis itu tidak berhenti, menoleh ke segala arah, terus mencari.
Sekarang Soobin sadar kalau gadis itu tak bisa melihatnya lagi. Menyaksikan Yerin yang terus mencari sosok Soobin sambil menangis seperti itu benar-benar membuat hatinya pedih. Soobin jadi ingin menangis juga rasanya.
Apa yang harus dia lakukan? Padahal dia sudah memutuskan untuk meninggalkan gadis itu sendirian, tapi menemukan Yerin meraung kesakitan, menjerit memanggil namanya, Soobin jadi ingin berada di sisi gadis itu selamanya.
Yerin terduduk, terus terisak memegangi dadanya. Sesaat kemudian, kesadaran gadis itu pun menghilang, tubuh itu perlahan tergeletak di lantai.
Soobin otomatis menghampiri dengan panik, "Yerin, bangun!! Park Yerin!!" Soobin ingin menolongnya, tapi bahkan untuk menyentuh saja dia tidak bisa.
Pemuda itu beranjak, menatap sekeliling, mencari seseorang yang bisa menolong gadis itu. Dia segera berlari ke luar, menembus pintu, menerjang apapun di depannya demi menemukan siapa saja. Berlari sekuat tenaga.
Dia sampai tidak menyadari bahwa dia baru saja melewati seseorang yang sedang berlari kencang ke arah berlawanan, menembus badan Soobin. Soobin baru bisa berhenti saat Ahjussi tiba-tiba ada di hadapannya.
"Ahjussi... Apa yang harus aku lakukan. Yerin pingsan, aku tidak bisa menyentuhnya," ujar Soobin terengah, pemuda itu tidak sadar kalau pipinya sudah dibasahi air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfiction[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...