Summer, 2017
Bodoh. Tolol. Idiot.
Soobin tidak tahu lagi istilah mana yang paling pantas untuk mendeskripsikan dirinya saat ini. Sepertinya memilih satu kata saja tak akan cukup, kedunguannya itu sudah jauh melampaui batas.
Bagaimana bisa dia melupakan hal sepenting itu? Bagaimana bisa dia tak mendapati satu memori pun tentang eksistensi si adik bungsu yang paling dia sayangi di dalam benak?
Padahal anak itu sudah berupaya keras membuat Soobin mengingat kehadirannya. Akan tetapi, seperti manusia yang sudah kehilangan seluruh sel di dalam otak, Soobin tidak bisa mencerna baik-baik apa maksud Beomgyu selama ini.
Benar-benar tolol!!
Soobin tertunduk di tanah memegangi dada, terus terisak seorang diri. Mengerang kesakitan menerima satu persatu kenangan yang terkubur dalam-dalam kini mencuat ke permukaan.
Dadanya terasa nyeri luar biasa. Terlebih saat mengingat bagaimana Beomgyu bisa menjadi seperti sekarang ini. Semua ini adalah salahnya, sebab Soobin tidak mampu menjaga sang adik. Tak heran jika Beomgyu kecewa dan tak mau mengampuninya, memang seharusnya begitu. Kendati dengan fakta tersebut pun, Beomgyu masih bersedia menemani dirinya, bahkan sampai membantu menghilangkan kesengsaraan yang Soobin rasakan. Namun kemudian Soobin malah tetap membuat anak itu kecewa.
Mengatur napas, Soobin mengangkat wajah. Dengan kaki yang tak berhenti gemetaran, dia berusaha berdiri. Tangannya bergerak mengusap mata, menghilangkan buliran air yang menghalangi penglihatan.
Pandangannya kini dia arahkan ke segala penjuru, mencari keberadaan sosok itu di tempat yang dipenuhi kegelapan. Dia tidak tahu mengapa dia ada di tempat ini lagi, tapi dia tidak peduli. Satu-satunya hal yang perlu dilakukan sekarang adalah menemui anak itu.
"Choi Beomgyu!"
Suaranya serak, habis dipakai menangis, tetap dia kerahkan untuk memanggil nama yang sudah sangat dia rindukan, nama yang dengan idiotnya malah Soobin lupakan.
"Keluar kau! Cepat tunjukkan dirimu!"
Dia melangkah agak terseok-seok. Kepalanya menengok ke sana-sini, lanjut mencari.
"Kau tidak akan keluar?!!"
Tak mendapati siapa pun menanggapi, air matanya kembali meluncur turun. Menyadari kemungkinan bahwa anak itu sudah terlalu kecewa padanya dan tak ingin menemuinya lagi.
"Kau sudah menipuku! Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau tidak muncul sekarang juga!" Soobin berteriak lantang satu kali lagi dengan kerongkongannya yang terasa seakan sedang dicekik.
"Hyung."
Seluruh tubuhnya meremang hebat begitu suara lirih itu terdengar oleh telinga. Dia cepat-cepat menoleh ke belakang, ke arah sumber suara itu berasal. Rasa tenang, sendu, dan sesal bercampur jadi satu kala menemukan sosok Beomgyu yang berdiri sambil menunduk lemah, tanpa sedikit pun senyum tergambar di bibir.
Soobin segera melangkahkan kaki, berlari mendekat, menyongsong penuh kerinduan pada sosok itu, dan tanpa sepatah kata menyalurkan rasa rindu dengan merengkuh tubuh itu seerat mungkin.
"Maaf. Maafkan aku. Aku memang bodoh."
Sembari menangis tersedu dia melucutkan kata maaf. Soobin bahkan yakin sekali kalau semua itu tidak akan cukup untuk menembus kesalahannya. Bodoh sekali. Kenapa dia tidak menyadari kalau yang selama ini berada di sisinya adalah Beomgyu?
"Kau sudah berusaha mengingatkanku selama ini, maafkan aku karena tak menyadarinya. Maaf karena sudah melupakanmu."
Soobin melepas pelukan lalu merengkuh wajah Beomgyu dengan kedua telapak tangan. Menatapnya dalam-dalam. Benar, anak ini adalah adik tersayangnya, Aga-nya, Beomgyu-nya. Kenapa dia bisa sampai selupa ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfiction[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...