November 2016
Alarm berbunyi.
Pagi pukul enam, Yongbin terbangun.
Dia beranjak duduk, meraih ponselnya untuk mematikan suara berisik itu. Sebelah matanya masih tertutup, remang-remang memandang bayangan seseorang di hadapannya.
"Yongbin Hyung. Selamat pagi."
Mengusap-usap matanya untuk menjernihkan penglihatan, Yongbin kemudian berakhir melamun saat si sumber suara yang barusan menyapa, tersenyum cerah padanya.
"Ayo bangun. Hyung harus berangkat sekolah. Soobin Hyung tadi bangun pagi sekali dan sudah berangkat kerja. Hyung juga harus segera bersiap-siap, jangan melamun terus, nanti kesiangan lho."
Bersikap seolah tak mendengar ujaran itu, Yongbin bergerak turun dari ranjang untuk memulai harinya.
"Hyung hari ini tidak sarapan?"
Pertanyaan itu terdengar saat Yongbin berjalan melewati area dapur, di mana para penghuni rumah sedang melahap makan pagi.
"Hyung harus sarapan dulu, setidaknya minum susu. Nanti kalau Hyung sampai pusing dan pingsan saat sedang belajar, bagaimana?"
Yongbin memutar tubuhnya, menghampiri yang lain di meja makan. Otomatis melewati bayangan yang sedari tadi tak berhenti mengoceh di belakangnya. Dia menenggak segelas susu, sudut matanya memeriksa reaksi seseorang yang kini tersenyum puas saat Yongbin berhasil menelan habis susu hangat itu. Menyimpan gelas kosong di meja, dia lantas mengucapkan salam pamitan pada dua orang yang lebih tua di tempat itu secara asal-asalan.
"Tidak makan dulu?" Namjoon bertanya.
"Iya. Hyung harus makan dulu."
Yongbin menggeleng, "aku sedang piket, harus buru-buru." Kemudian berjalan keluar, menemukan reaksi kecewa dari sosok kecil itu.
Dia berjalan menuju halte bus, masih ditemani kicauan tak kenal lelah di sampingnya. "Hari ini apa yang akan Hyung lakukan setelah pulang sekolah? Belajar lagi, atau jalan-jalan lagi? Hyung akan mengunjungi Soobin Hyung 'kan hari ini? Kalian jangan sampai bertengkar seperti waktu itu ya, nanti aku sedih."
Dia sampai di sekolah dan memulai kegiatan belajarnya. Seharian berada di sana, Yongbin mencari-cari sosok itu yang tak terlihat di mana pun. Sebenarnya, sejak Yongbin mulai belajar di kelas pagi tadi, sosok itu memang sudah berpamitan pergi.
"Aku akan menengok Soobin Hyung dulu. Hyung belajar yang giat, ya. Nanti kalau sempat, aku akan datang lagi. Hyung jangan lupa makan siang," katanya. Hingga sore hari, sampai jadwal belajarnya telah berakhir, dia masih belum datang dan terlihat oleh matanya.
Yongbin sekarang tidak tahu apakah dia harus merasa khawatir atau tidak. Dia masih belum mengerti apa yang sedang terjadi. Selama satu minggu ini, sejak sosok bayangan adiknya itu terlihat dan mengikutinya ke mana pun, Yongbin terus mengabaikannya, menganggap semua itu hanya halusinasi yang dibuat otaknya saja.
Dia kebingungan, apakah itu benar-benar Beomgyu yang arwahnya tidak bisa pergi ke akhirat, atau itu memang hanya imajinasi dirinya saja yang sudah terlanjur gila dan kesepian hingga bisa membayangkan sang adik menemaninya setiap saat. Namun mau dianggap hanya halusinasi pun, semakin hari, keberadaan sosok Beomgyu itu malah terasa semakin nyata.
Beomgyu tahu kebiasaan-kebiasaan Yongbin yang selalu dia lakukan setiap harinya, dia tahu semua kegiatannya, hingga apa yang dia suka dan tidak suka. Dia juga tahu semua hal tentang Soobin—yang bahkan Yongbin tidak ketahui. Seolah Beomgyu selalu ada di sana memerhatikan setiap gerak-gerik mereka selama ini.
Sore ini dia mendatangi asrama Soobin. Hari Jumat adalah hari istirahat bagi saudaranya, dia tak perlu pergi ke kedai ayam hari ini, meskipun masih perlu pergi kerja di tempat pengisian bensin saat malam hari. Setidaknya ada waktu kosong yang bisa Soobin gunakan untuk istirahat dan belajar mandiri. Jadi Soobin pasti akan ada di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfic[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...