Spring. March 13, 2017.
Tidak ada yang bisa mengalahkan pemandangan laut di pagi hari.
Matahari baru saja naik. Sehabis menampilkan kolaborasi warna jingga, merah, nila, hingga keunguan yang memanjakan mata, kini hamparan langit itu mengubah warnanya menjadi biru muda, seakan sedang berlomba-lomba menunjukkan siapa yang lebih cantik di antara dirinya dan luasnya samudra. Potongan awan altocumulus putih berjajar rapi menutupi sebagian ruas langit dari arah timur, terlihat layaknya kapas kecil yang beterbangan. Kamera mana pun sepertinya tidak akan bisa menangkap keindahan panorama tersebut sebagus netranya menatap mereka sekarang.
Soobin membuang napas, satu kali lagi, entah kenapa merasa tidak asing dengan pemandangan di hadapannya kini. Namun memangnya kapan dia pernah menyaksikan pemandangan seperti ini sebelumnya? Sejauh yang Soobin ingat, ini pertama kalinya dia mengunjungi pantai saat pagi hari.
Sebelum kemari, Soobin menyempatkan diri mengetuk toko bunga yang masih tutup. Dia tak bisa datang tanpa membawa apa pun, memutuskan untuk membeli sedikit hadiah dengan sisa uang tunai yang dia pinjam dari Jimin. Untungnya si pemilik toko bermalam di tempat yang sama, Soobin jadi berhasil membawa dua buket bunga kecil di tangannya.
Berjalan pelan menghampiri ombak, Soobin kemudian terduduk di sisi pantai, menyimpan satu buket bunga di atas pasir yang lembab. Lantas dirinya bergumam lirih penuh rasa rindu, "Yongbin." Seolah sedang memanggil sosok itu dari lautan sana.
Sekarang Soobin mengerti, alasan kenapa dulu Yongbin bilang ingin abunya disebarkan di tempat ini jika ajal menemui. Bukan semata hanya karena pantai ini merupakan tempat favoritnya, tapi sebab anak itu ingin kembali bersama adik kecil mereka. Ah, begitu ternyata.
Masih dengan gerakan pelan, dia menyimpan satu buket lagi di samping bunga yang dia persembahkan untuk Yongbin. "Beomgyu," ucapnya sendu. Cairan kesedihan yang susah payah dia tahan langsung meluncur membasahi wajah begitu dirinya menyebutkan nama itu.
"Sepertinya aku harus merelakan kalian mulai sekarang." Soobin lantas terisak pedih, menunduk menutupi wajah, menahan erangan hebat yang mulai keluar dari mulut. Tak pernah sekali pun terlintas di benak untuk menyatakan perpisahan pada mereka. Namun rupanya masa-masa seperti ini harus dia lalui juga.
Mengangkat wajah, Soobin menghapus butiran air mata, masih tersedu-sedu mengungkapkan, "maafkan aku. Seharusnya aku ikut pergi bersama kalian." Dia memegangi dadanya yang terasa nyeri. "Tapi seperti yang kau bilang, Yongbin, mungkin ada alasan kenapa aku masih dibiarkan hidup. Jadi aku akan mencoba menjalaninya sebaik mungkin. Itu yang sebelumnya kau katakan, bukan? Yang datang di mimpiku itu betulan kalian, 'kan?"
Soobin mengingat-ingat kembali mimpinya yang samar, dia yang menghabiskan waktu bersama Beomgyu, dia yang melakukan perpisahan dengan mereka berdua. Walaupun hanya bunga tidur, Soobin memutuskan untuk percaya bahwa kehadiran Yongbin dan Beomgyu di sana merupakan mereka yang sesungguhnya.
"Beomgyu, selamat ulang tahun. Kita belum sempat merayakan ulang tahunmu yang ke empat, ya? Waktu bergulir cepat sekali. Kau pasti sudah mau menyusul tinggi Hyung dan Yongbin Hyung saat ini. Maafkan Hyung karena sudah melupakanmu. Hyung janji tidak akan melakukannya lagi, Hyung akan terus mengingatmu mulai dari sekarang." Suara Soobin tercekat, dia berhenti sejenak mengatur napas. "Kau tak usah cemas, pergilah dengan tenang bersama Yongbin Hyung. Hyung akan mencoba ikhlas dan melanjutkan hidup di sini meski harus tanpa kalian. Itu yang kalian harapkan, bukan? Agar aku tetap hidup? Kalian jangan khawatir, aku akan berusaha sebisa mungkin."
Meskipun sudah berkata begitu, tetap saja, jantung Soobin terasa seperti dihantam gada yang terbuat dari baja. Dia mengerang pelan, susah payah melanjutkan, "semoga di akhirat nanti kalian mau memaafkanku dan menerimaku kembali bersama kalian. Jadi untuk sementara waktu aku akan berupaya menerima perpisahan ini, sampai saat yang ditentukan dan kita bisa bertemu lagi nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfiction[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...