Setelah berbaikan dengan Aeri, Yongbin jadi punya kegiatan baru. Kegiatan tersebut tak lain adalah menunggu gadis itu keluar dari gerbang sekolahnya agar bisa pulang bersama-sama.
Yayasan sekolah mereka memang sama, bahkan nama sekolahnya pun sama, tapi lingkungan sekolah mereka berada di kompleks yang berbeda, meski tidak terlalu jauh. Yongbin hanya perlu berjalan selama sepuluh menit dari kompleks sekolah pria untuk bisa sampai ke wilayah sekolah wanita.
Aeri langsung tersenyum sumringah begitu melihat Yongbin di luar gerbang, gadis itu segera menghampirinya dengan cara berlari, membuat Yongbin meringis karena khawatir gadis itu akan terjatuh.
"Padahal kau bisa berjalan pelan, kenapa malah lari-larian seperti itu?" protes Yongbin, sesaat setelah gadis itu sampai di hadapannya. "Kau harus hati-hati, kau tahu 'kan?" lanjutnya secara implisit, Yongbin takut terjadi apa-apa pada bayi yang dikandung gadis itu.
Aeri malah cekikikan. "Tidak apa-apa, dia sudah terbiasa kok." Secara tersirat juga, Aeri menunjuk bayinya.
Yongbin hanya mampu menghela napas berat, tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapi keugal-ugalan gadis tersebut. "Ya sudah, ayo, kau bilang ingin makan Jjampong kan hari ini?"
Aeri mengangguk dan mulai melangkah, Yongbin otomatis berjalan di sisinya. "Ada restoran baru di dekat pusat kota. Katanya Jjampong di sana sangat enak, aku ingin mencobanya."
Dengan waktu luang yang sedikit, Yongbin berusaha menyempatkan diri untuk mengantar-jemput Aeri. Lokasi flat gadis itu tidak terlalu jauh dari area sekolah, setiap pagi dan sore hari, mereka akan berjalan beriringan sambil mengobrol bersama. Pagi ini Aeri bilang ingin makan Jjampong sepulang sekolah, jadi sekarang mereka berangkat menuju restoran yang Aeri maksud.
Biasanya Yongbin akan langsung mengantarkan Aeri ke tempat tinggalnya, sebelum kemudian dia lanjut mendatangi tempat bimbel untuk belajar lagi. Hari ini dia punya waktu senggang lebih banyak, makanya mereka bisa makan bersama kali ini. Di kesempatan luang lainnya, mereka akan pergi berjalan-jalan di pusat kota, bermain di sana seperti menonton film di bioskop, atau hanya sekedar belanja kebutuhan sehari-hari.
Hubungan mereka sekarang terjalin kembali seperti saat mereka masih SMP. Mereka kembali menghabiskan waktu bersama layaknya anak kecil yang tidak punya masalah apa pun. Yongbin selalu ada untuk Aeri, begitu pun sebaliknya.
Seperti Yongbin yang selalu berupaya memperhatikan Aeri, gadis itu juga sebisa mungkin akan memastikan Yongbin hidup dengan baik. Yongbin itu susah sekali makan, tubuh dia sampai kurus sebab sering kali lupa mengisi perut. Dengan kembalinya Aeri—gadis yang selera makannya di luar nalar—isi perut Yongbin jadi bisa terurus lagi setiap harinya.
Dengan hadirnya Aeri juga, semangat hidupnya yang sempat menghilang, kini kembali pulang padanya. Sebab Aeri, dia tak lagi mencoba melukai dirinya kala konflik batin menghampiri.
Aeri sempat terkejut saat melihat luka-luka sayatan yang Yongbin buat di pergelangan tangannya. Yongbin tak sengaja menunjukkan luka itu saat dia terus menggaruknya karena gatal.
Aeri penasaran, kemudian menarik tangan Yongbin untuk melihat keadaannya. Dia langsung terkesiap menemukan luka menjijikan itu. "Kenapa kau melakukan ini?" Aeri bertanya sedih.
Yongbin berusaha menarik tangannya kembali, tapi berhasil Aeri cegah. Alhasil sekarang gadis itu mengusap-usap bekas lukanya dengan gerakan lembut.
"Ini bukan apa-apa kok." Yongbin langsung mengelak, takut Aeri berpikiran buruk terhadapnya.
"Jangan bohong!"
Memang tak ada gunanya berbohong di hadapan Aeri, sebab itu sekarang dia menunduk dan mengungkapkan. "Aku mendapat luka itu setelah menyayatnya sendiri. Aku sudah melakukan hal ini sejak satu tahun terakhir, hanya untuk menghilangkan stres, bukan yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfic[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...