Minggu pertama tinggal bersama orang baru pun berjalan begitu lambat.
Soobin masih tak berhenti merasa berat di pundaknya ketika dia bangun dan melihat Beomgyu ada di sampingnya. Belum melakukan apa-apa saja rasanya sudah lelah. Tapi dia harus tetap menjalani harinya mau seberat apa pun itu.
Karena di pagi hari dia harus pergi bekerja, jadwal untuk mengajari Beomgyu mengendarai sepeda pun dilakukan di sore hari. Dia berhasil menemukan tempat penyewaan sepeda, kemudian meminjam dua unit masing-masing untuk dirinya dan anak itu.
Awalnya baik-baik saja, Beomgyu sudah bisa mengendarai sepeda sendirian setelah beberapa kali Soobin tuntun. Merasa percaya diri, Beomgyu membawa sepeda ke dataran tinggi. Tapi dia masih belum stabil seperti saat di jalanan datar, dia tidak kuat membawa kendaraan itu sampai ke atas. Masih setengah jalan, sepeda yang dikendarainya pun menggelinding mundur ke belakang. Dia kesusahan mengerem, alhasil dia terjatuh hingga membuat satu kakinya terkilir.
"Kan sudah kubilang jangan pergi ke sana dulu kalau belum siap."
Sembari perlahan mengangkat Beomgyu yang terlentang di tanah, Soobin tidak habis merutuki pemuda itu. Sepedanya sudah dia amankan di sisi jalan.
Sementara Beomgyu terus merengek kesakitan. "Kakiku sakit. Aku tidak bisa berdiri."
Soobin menurunkan Beomgyu kembali ke tanah, pemuda itu menolak berdiri, sepertinya tulang kakinya memang terkilir lumayan parah. "Makanya, kita harus segera kembali biar kakimu bisa diobati."
"Tapi aku tidak akan sanggup berjalan." Tangisannya malah semakin membesar saja.
Menyimpan kedua tangan di pinggang, Soobin mendecakkan lidah, dia kebingungan. Apa yang harus dilakukannya pada bocah cengeng ini? Dia melihat sekeliling, tidak ada yang bisa menolongnya.
Soobin akhirnya berjongkok di hadapan Beomgyu, menepuk pundak satu kali meminta pemuda itu naik ke punggungnya. Beomgyu menghentikan tangis dan langsung melingkarkan tangannya di leher Soobin.
Soobin menggendong Beomgyu hingga keduanya berhasil sampai di klinik terdekat. Seorang tenaga medis segera mengobati kaki Beomgyu, selagi Soobin kembali ke tempat tadi membawa sepeda mereka, dan lalu memarkirkannya di depan klinik.
"Menyusahkan sekali." Saat berjalan pulang, Soobin berkata seperti itu tepat di depan wajah Beomgyu yang sedang dia gendong di punggung. Meski sudah diobati, kaki pemuda itu masih belum bisa digunakan berjalan. Terpaksa dia harus menggendongnya lagi.
Mendengar Soobin mengeluh tentangnya, Beomgyu dengan sengaja mencubit dada Soobin.
"Awww, sakit!!" Soobin meringis. "Kau ingin aku turunkan di sini?!" ancamnya.
Beomgyu otomatis mengeratkan pelukannya di leher Soobin. "Jangan dong, aku kan tidak bisa berjalan." Dia membela diri.
"Kalau begitu, diamlah. Berhenti bertingkah." Ucapan Soobin itu malah dibalas Beomgyu dengan cekikikan. Dasar!!!! Dia ini memang senang sekali membuat Soobin kesulitan.
Syukurlah kaki Beomgyu bisa sembuh dalam waktu beberapa hari saja. Dia kembali mengendarai sepedanya dengan bersemangat. Soobin mengingatkannya untuk lebih berhati-hati supaya dia tidak jatuh lagi.
Hari Minggu pun tiba. Di hari liburnya Soobin tidak bisa hanya bersantai di kamar. Daftar keinginan Beomgyu yang panjang itu masih harus dia penuhi. Jadi hari ini, menaiki sepedanya masing-masing, Soobin dan Beomgyu berangkat menuju tempat pelaksanaan festival es.
Walaupun musim dingin sudah ada di penghujung, tempat ini masih terus dipenuhi oleh banyak pengunjung. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk bersenang-senang dan bermain-main dengan es beku sebelum musim semi datang dan melelehkan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfiction[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...