Chapter 33 - Drowning

393 119 124
                                    

Kalau saja dia punya kekuatan untuk bisa menghilangkan sesuatu dari dunia ini, Soobin akan memilih menghilangkan kesedihan. Bukan hanya miliknya saja, tapi milik semua orang. Soobin hanya ingin tinggal di dunia yang penuh dengan kebahagiaan, terutama untuk orang-orang yang dia kasihi. Sayang sekali, hal seperti itu tidak bisa dia wujudkan.

Soobin sendiri bahkan tidak bisa mengatur kesedihan yang dia rasakan, dia ingin menghentikan itu sebentar saja agar bisa melakukan aktivitas dengan tenang, namun sekali lagi, sayang... mau berusaha sekuat apapun melupakan rasa sedih, Soobin masih terus dihantui oleh perasaan itu setiap saat.

Sebenarnya Soobin hanya ingin beristirahat saja hari ini, mengumpulkan semua energi yang habis setelah melakukan perjalanan ke luar negeri, dan tentu saja setelah menangisi kepergian saudaranya yang sangat-sangat tidak terduga. Namun pesan-pesan dan telepon dari wali kelasnya tidak bisa dia abaikan begitu saja. Pak Kim tak berhenti menghubunginya sebab hari ini ujian akhir semester akan dilaksanakan di sekolah.

Soobin terpaksa harus pergi meskipun dia yakin sekali dia hanya akan mengisi soal-soal ujian itu dengan asal. Dia tidak akan fokus, dia juga tidak sempat belajar. Tetap saja dia datang, setidaknya untuk mengisi daftar hadir supaya Pak Kim tenang. Apalagi setelah Soobin dengan seenaknya meminta izin tak masuk sekolah di hari-hari ketika dia seharusnya menghabiskan waktu untuk belajar.

Kabar baiknya, masa ujian ini hanya berlangsung selama beberapa hari saja. Jadi saat akhir pekan tiba, Soobin sudah bisa bebas dari kukungan menyebalkan itu. Sejak pagi, dia sudah pergi menaiki kereta, memutuskan kembali ke kota asalnya agar bisa menaburkan abu Yongbin dengan layak di tempat kelahiran mereka.

Selama perjalanan itu, sambil memeluk wadah abu di pangkuan, isi kepala Soobin tak hentinya memutar semua kenangan yang dia punya bersama sang adik.

"Sudah lama ya kita tidak bermain di pantai." Yongbin berujar begitu sembari menatap foto masa kecil mereka yang diambil di sebuah pantai. Waktu itu keduanya tengah berbaring di atas kasur, berusaha tidur tapi rasa kantuk belum juga menghampiri.

"Kau benar. Aku tidak pernah pergi ke pantai lagi sejak kau tinggal di sini." Setelah mengatakan hal itu Soobin malah merasa tak enak. Dia merasa seperti telah menyalahkan Yongbin, padahal bukan salahnya. "Tidak ada gunanya juga sih aku pergi ke pantai, aku bahkan tidak bisa berenang, aku datang ke tempat itu hanya untuk menemanimu," tambah Soobin.

Yongbin terkekeh pelan. "Betul. Kau hanya akan berdiam diri di sisi pantai, menyaksikanku dan anak-anak lain bersenang-senang di air."

Kenangan masa kecil saat dirinya dan anak panti lain bermain di pantai pun berputar dalam otaknya. Iya benar, Soobin hanya akan duduk di sisi pantai, tertawa sendiri menyaksikan yang lain bermain di ombak. Sebenarnya Soobin juga ingin ikut bermain, hanya saja, sejak kecil tidak tahu apa sebabnya Soobin selalu takut jika harus masuk ke dalam air. Dia terlalu khawatir akan tenggelam, sementara Soobin tidak tahu caranya berenang. Padahal mereka sudah diajarkan berenang sejak masuk sekolah dasar.

Setiap kali ada pelajaran renang, meskipun sambil gemetaran, Soobin akan berusaha semampunya, menghilangkan segala ketakutan di kepala dan mencoba masuk ke dalam air. Tetap saja, begitu dia turun ke kolam, dadanya langsung sesak, Soobin akan merasa kesulitan untuk bernapas. Kaki dan seluruh tubuhnya pun melemah, membuat Soobin akhirnya tenggelam di kolam yang hanya sampai sedadanya itu.

Soobin menghembuskan napas kesal. "Aku juga tidak habis pikir, kenapa rasanya menakutkan sekali saat menyaksikan air sebanyak itu. Dulu aku sempat iri denganmu." Soobin berkata seperti itu sebab di kelasnya dulu, Yongbin adalah anak yang paling jago berenang. "Padahal kita kembar, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa yang kau bisa."

Hopeless Shadow || TXT SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang