"Aku tidak bisa membantu apapun selain menyarankanmu untuk mencari tahu."
Perkataan Ahjussi itu terus terngiang dalam otak Soobin. Mencari tahu tentang siapa dirinya. Tentang sebab ia mati. Siapa orang yang belum mengikhlaskan kematiannya. Semua hal itu membuat kepalanya seakan mau meledak.
Soobin sebenarnya belum memutuskan apakah dia akan benar-benar meninggalkan dunia ini dan pergi ke alam baka—dia tidak tahu bagaimana caranya sih. Tapi untuk saat ini, yang pasti ingin Soobin lakukan adalah tetap menjaga Yerin, memastikan gadis itu baik-baik saja dan berhenti menyakiti diri sendiri.
Ternyata fakta bahwa dirinya kini seorang arwah, memiliki sisi positifnya juga. Dia jadi bisa memperhatikan Yerin lebih dekat. Dia jadi bebas mengikuti Yerin kemana pun tanpa harus takut ketahuan dan membuat gadis itu merasa tidak nyaman.
Tapi itu tidak membuat dia otomatis mengikuti Yerin saat gadis itu hendak ke toilet. Walaupun tidak mengingat apapun, Soobin masihlah pemuda yang tahu tata krama dan privasi orang lain—dia bukan orang mesum. Jadi meskipun kadang merasa khawatir Yerin akan melakukan hal aneh di dalam toilet, dia tetap membiarkan gadis itu sendirian di dalam sana.
Kemarin malam dia mengikuti gadis itu ke perpustakaan lagi. Yerin membaca banyak sekali buku sampai Soobin takjub sendiri melihat Yerin membaca buku-buku tebal itu, tidak hanya satu gadis itu bahkan membawa belasan buku ke meja perpustakaan di pojokan sana.
Soobin tidak akan pernah kuat melakukan hal itu, dia hanya ingin menemani saja, duduk di samping gadis itu. Jika biasanya dia akan sembunyi di saat-saat seperti ini, kali ini Soobin bisa dengan leluasa berada dalam jarak dekat dengan Yerin. Senang sekali rasanya.
Dia terus memperhatikan gadis itu sampai tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, hari sudah gelap saja, namun Yerin masih enggan beranjak dari posisi membacanya.
"Hei. Ini sudah larut. Kau sebaiknya pulang." Soobin berucap lembut pada gadis itu, mengusap kepalanya pelan, berusaha mengaitkan rambut Yerin yang menghalangi wajahnya ke belakang telinga, tentu saja aksinya itu tidak menghasilkan apapun.
Yerin beranjak, melangkahkan kakinya ke rak buku lagi. Menyimpan buku-buku yang telah dia baca. Selesai melakukan hal itu dia kembali melihat-lihat sebentar, lalu berjinjit mengambil buku yang berada di posisi rak paling atas. Dia membuka buku tersebut sambil berdiri, dan secara tiba-tiba penerangan di perpustakaan mati begitu saja.
Seakan tidak asing lagi dengan situasi seperti ini, Yerin segera mengorek saku celana trainingnya untuk menemukan ponsel di sana. Ah sudah jam sepuluh ternyata. Dia tidak sadar kalau sudah selarut ini. Pintu perpustakaan pasti sudah dikunci, dia tidak akan bisa pergi.
Yerin menghela napas. Well, hari ini dia harus menginap lagi di tempat gelap itu. Dia berjalan menuju tempat semula, langkahnya diterangi oleh cahaya lampu dari ponsel, tangannya yang lain membawa satu buku.
Kali ini Yerin tidak duduk di bangku, dia memutuskan untuk duduk berselonjor di lantai. Cuaca masih panas, lantai yang dingin itu bisa sedikitnya meredakan rasa panas di tubuh. Dia kembali membaca—diterangi lampu di handphone. Dan Soobin akan selalu setia menemani gadis itu.
"Kali ini apa yang kau baca?" tanya pemuda tersebut. Dia ikut berselonjor di samping Yerin, mendekatkan dirinya pada gadis itu untuk melihat apa yang dibacanya.
"Ohh. Novel fantasi lagi? Kau sungguh menyukai hal-hal seperti itu ya?" Dia tertawa sendiri, merasa gemas dengan kebiasaan gadisnya.
Waktu kembali berjalan. Yerin kini bersandar pada rak buku di belakangnya, matanya sayu—terlihat mulai kelelahan, dan dalam hitungan menit mata itu pun tertutup. Pencahayaan di ponsel gadis itu pun ikut redup dikarenakan baterai yang sudah habis. Di sanalah dia sendirian—berdua bersama bayangan Soobin, terduduk di tengah kegelapan malam yang kini hanya diterangi oleh cahaya bulan dari celah-celah jendela.
Posisi tidur gadis itu terlihat agak tidak nyaman, namun Soobin tidak bisa melakukan apapun untuk merubahnya. Dia sudah mencoba berkali-kali—menyentuh kepala gadis itu, menggeserkan kepala itu supaya ada di posisi yang lebih nyaman, namun usahanya selalu gagal. Soobin jengkel sekali, pada akhirnya menyerah melakukannya. Dia menghela napas dan ikut menyenderkan diri ke rak buku.
Saat itulah kepala Yerin berpindah, kepala itu dengan sendirinya menyender ke arah Soobin, tepat di atas bahu Soobin. Jika saja keberadaannya nyata, pasti kepala itu sudah bersandar di bahunya alih-alih pada sela-sela rak buku. Tapi seperti itu saja sudah membuat Soobin merasa tidak bisa bernapas. Dia tidak pernah sedekat ini dengan gadis pujaannya.
Dalam gelapnya malam Soobin masih bisa melihat wajah Yerin dengan jelas, kendati dengan posisi tidur yang seperti itu dia terlihat tenang sekali, wajah mungilnya tertimpa cahaya bulan-terlihat luar biasa cantik. Soobin memang menyukai Yerin, tapi dia tidak tahu kalau gadis itu bisa terlihat semenawan ini.
Tanpa sadar, entah mendapatkan dorongan dari mana, Soobin menoleh mendekatkan wajah, secara perlahan mengarah ke gadis itu. Dengan tempo yang masih lambat, Soobin menempelkan bibir ranumnya pada bibir manis milik Yerin.
***
Pagi sudah menyambut. Cahaya terang dari luar itu menyerang langsung ke arahnya, memaksa Yerin segera membuka mata. Seakan baru ditimpa realita, dia memegang kepala yang terasa nyeri. Ah benar, kemarin malam dia menginap lagi di perpustakaan.
Setelah mendapatkan semua kesadaran, Yerin beranjak, menyimpan buku yang tidak sempat dia selesaikan semalam ke tempat asal. Dia agak terlonjak kaget saat melihat sudah ada satu orang saja di meja tempat peminjaman buku.
Seorang murid berkacamata itu menatap Yerin aneh, "kau menginap lagi, kah?" rupanya pemuda itu tahu kebiasaan Yerin, namun Yerin hanya mengabaikannya dan melesat pergi menuju toilet untuk membersihkan diri.
Soobin terpaksa menunggu gadis itu di luar. Memang seperti inilah rutinitasnya setelah menginap di sekolah, dia akan pergi ke toilet, membersihkan diri seadanya lalu kembali ke ruang kelas untuk belajar. Tentu saja Yerin tidak melakukan kegiatan seperti ini setiap hari. Namun melihat Yerin kerap kali ada di perpustakaan sepagi itu dengan wajah kuyu sehabis bangun tidur, pemuda yang ikut klub perpustakaan tadi sampai tahu tentang kebiasaan menginap Yerin.
Sekolah kini telah usai, Yerin berjalan lesu untuk pulang ke rumah, dia tidak perlu menaiki kendaraan apapun sebab tempat tinggalnya berdekatan dengan sekolah. Pelajaran hari ini sangat menguras tenaga, dia terlihat sangat kelelahan dan ingin segera melemparkan dirinya di atas kasur.
Di sore hari seperti ini jalanan dipenuhi banyak orang. Mulai dari para siswa hingga pekerja yang baru saja menyelesaikan pekerjaan di kantor. Saat hendak berbelok menuju kompleks perumahan, gadis itu tiba-tiba saja dihadang oleh seorang nenek tua.
Nenek itu terlihat lusuh memakai pakaian yang sama tua seperti dirinya. "Aku sudah memperingatkanmu gadis muda," ujarnya, mata nenek itu tidak bisa diam, menatap sekeliling dengan gusar.
Yerin tidak menanggapi, hanya terdiam mendengar wanita itu melanjutkan, "sudah aku peringatkan untuk berhati-hati. Roh menakutkan itu masih mengikutimu." []
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfic[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...