Bab 18

417 51 14
                                    

Buat kalian yang pada bingung.. mungkin bab ini bisa menjawab sedikit pertanyaan dan kebingungan kalian.

Enjoy.

***






Di sebuah rumah sakit.

Disalah satu ruangan, terlihat seseorang dengan wajah pucat dan berbagai alat medis yang tertancap ditubuhnya. Gadis itu terbaring lemah tak sadarkan diri diatas bangsal yang menotapang tubuhnya.

Hanya terdengar suara monitor yang menjadi tanda bahwa gadis itu masih bernafas meski banyak alat medis yang menancap pada tubuhnya.

Tak ada yang tau kapan ia akan bangun dari tidur panjangnya, bahkan sudah satu bulan gadis itu terbaring lemah disana. Namun kondisinya tetap sama, tak ada tanda tanda kapan gadis itu akan bangun dari komanya.

Ditengah kehenigan itu, tiba tiba pintu ruangan itu dibuka dan memperlihatkan seseorang yang masuk kedalam ruangan tersebut.

Seorang gadis dengan pakaian formalnya terlihat memasuki ruangan tersebut dan langsung menghampiri gadis lain yang terbaring lemah diatas bangsal rumah sakit.

"Gimana kabar kamu?" Ucap gadis yang baru datang itu.

"Maaf baru bisa jenguk kamu sekarang.."

"Tapi setiap cici pulang kerja pasti cici sempetin jenguk kamu dulu.."

"Macha juga selalu jenguk kamu kan?"

"Ohh iya cici mau izin sama kamu.. besok cici ada kerjaan diluar kota, jadi cici gak bisa jenguk kamu.."

"Tapi cici janji.. pas pulang nanti cici akan langsung kesini buat jenguk kamu.."

"Semoga pas cici pulang nanti, kamu udah sadar ya sayang.."

"Cici kangen banget sama kamu.. kita semua kangen sama kamu, kita bakal nungguin kamu sampe kapan pun itu.."

"Semoga kamu tetep kuat dan cepet bangun ya dek."

Shani menatap sendu wajah gadis yang ia sebut 'dek' barusan. Tiba tiba setetes air matanya turun ketika melihat berbagai alat medis yang tertancap pada tubuh gadis yang terbaring lemah itu.

"Sesakit itu kah sampai alat alat itu harus menancap ditubuhmu?" Ucap shani sedih.

"Tapi meski begitu.. cici mohon kamu jangan pernah mencoba menyerah ya sayang.."

"Kita semua akan nungguin kamu disini."

Air matanya tak bisa ia bendung lagi, kini shani sudah menangis sambil menempelkan keningnya pada punggung tangan gadis itu.

Setetes air mata terlihat jatuh dari kedua bola mata gadis yang terpejam tak sadarkan diri itu.

Ditengah tengah tangisan shani yang tak bisa ia bendung lagi, tiba tiba ia merasa ada yang menusap pundaknya dengan lembut.

Shani pun mengusap air matanya kemudian menoleh kesamping dan ia melihat seorang gadis yang lebih muda darinya berdiri disampingnya sambil mengusap pundaknya.

Gadis yang lebih muda itu langsung membawa shani kedalam pelukanya sambil mengusap lembut punggung kakaknya itu. Gadis itu terlihat mati matian menahan air matanya agar tak jatuh namun usaha gadis itu sia sia.

Setetes air matanya menetes saat mendengar tangis yang begitu pilu dari kakak tertuanya itu. Ia benar benar tak kuasa menahan tangisnya, meski sekuat tenaga ia menyembunyikan kesedihanya, namun pertahanan gadis itu tetap saja roboh.

Dibawah Bintang BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang