Bab 30

395 63 5
                                    


***

Terlihat seorang gadis dengan pakaian formalnya tengah berlari tergesa gesa memasuki area rumah sakit. Gadis itu terus berlari menuju kesalah satu ruang rawat yang ada dirumah sakit tersebut.

Tanpa memikirkan pandangan orang lain padanya, atau merasa bersalah karna beberapa kali gadis itu hampir menabrak orang lain yang ada disana, gadis itu terus berlari.

Setelah sampai didepan salah satu ruang rawat, terlihat seorang gadis tengah duduk dibangku yang ada didepan ruangan tersebut sambil menangis.

"Marsha!" Panggil orang yang baru datang itu.

Marsha yang merasa dipanggil, ia pun menatap kearah sumber suara.

"Cici.." saut marsha.

Marsha langsung bangkit dari duduknya dan langsung berhamburan memeluk shani yang baru datang. Shani pun membalas pelukan marsha sambil mengusap lembut punggung adiknya itu.

"K-kak O-oniel.. ci.." ucap marsha disela tangisanya.

"Its okey.. tenangin diri kamu dulu.." ujar shani lembut sambil mengusap punggung adiknya.

Setelah beberapa saat, akhirnya marsha sudah merasa lebih tenang. Shani pun bertanya tentang keadaan oniel karna tadi marsha memintanya untuk segera pulang setelah marsha mendapat kabar dari petugas rumah sakit.

Tanpa pikir panjang, shani langsung bergegas pulang karna jujur ia sangat khawatir dengan kondisi adiknya itu. Sedari tadi ia terus berusaha untuk menguatkan dirinya agar ia tak terlihat lemah dihadapan adiknya itu.

Padahal isi hati dan fikiranya berada jauh dari kata tenang.

"Jadi gimana keadaan oniel?" Tanya shani lembut.

Marsha mengusap air matanya sebelum menjawab pertanyaan shani barusan.

"Jadi.. tadi aku dapet kabar dari rumah sakit kalo.."

Marsha menjeda ucapanya, shani pun mengusap lembut punggung adiknya itu untuk memberi kekuatan.

"Kalo.. kondisi k-kak oniel.. kritis."

Degh..

Shani yang mendengar ucapan marsha barusan, seolah darahnya berhenti mengalir, entah sejak kapan air matanya sudah mengalir membasahi pipinya.

"Kata dokter.. k-kak oniel harus segera di operasi karna-"

Marsha tak bisa melanjutkan kata katanya, suaranya tercekat seolah hilang begitu saja. Ia hanya bisa menangis sambil memeluk shani kakaknya itu.

Sedangkan shani sendiri, ya tak jauh berbeda dengan marsha, ia hanya bisa memeluk erat adiknya itu sambil menangis meski tanpa suara.

Hati dan fikiranya kini melayang layang mengingat moment kebersamaan antara dia dan adiknya itu. Ia hanya bisa berharap dan berdo'a semoga apa yang ia takutkan itu tidak terjadi dan digantikan dengan segala hal baik yang datang.

"Aku mohon tuhan.. jangan ambil adiku.." batin shani memohon.

"Sudah cukup aku merasa kehilangan.. dan jangan lagi kau mengambil alasan untuk aku terus bertahan." Lanjutnya.

"Aku bertahan disini karna adik adiku.. jika kau ambil mereka juga.. lalu untuk alasan apa aku terus bertahan didunia ini!?"

Shani tak bisa lagi menahan perasaan sakit yang muncul kembali dihatinya. Kini pertahanan yang ia bangun sedari tadi akhirnya roboh juga.

Air matanya mengalir semakin deras, suara tangisanya kini terdengar.

Meski sekuat tenaga ia menyembunyikan kesedihanya, namun kenyataan akan rasa sakit berhasil mengalahkan pertahananya.

Dibawah Bintang BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang