***
Terlihat oniel yang mengendap endap turun kebawah lengkap dengan pakaianya yang sudah rapi. Malam ini ia berniat untuk pergi keluar karna merasa bosan dirumah, apa lagi setelah tadi sempat terjadi perseteruan antara ia dan ibunya.
Dengan tarikan pelan, oniel membuka pintu agar tak menimbulkan bunyi yang mungkin bisa membangunkan ibu atau orang rumah lainya.
Setelah berhasil keluar dengan aman, ia pun segera menuju garasi dimana mobilnya terparkir disana. Setelah semuanya dirasa aman, ia pun segera keluar dari area rumah dengan mobilnya itu.
Kini mobil yang oniel gunakan terlihat berjalan dengan tenang ditengah ibu kota yang sudah nampak sepi itu karna saat ini sudah sangat larut malam.
Oniel mengendarai mobil itu sendirian dan hanya ditemani oleh alunan music yang ia putar untuk menghilangkan keheningan yang menyelimutinya.
Setelah beberapa saat berkeliling ibu kota jakarta, oniel pun akhirnya menepikan mobilnya tepat disebuah cafe yang masih buka.
Ia melangkahkan kakinya masuk kedalam cafe tersebut dan terlihat cafe yang lumayan sepi karna hanya ada beberapa pengunjung saja.
Oniel pun duduk di meja yang ada dipojok belakang dekat dengan jendela. Ia duduk sendirian disana diantara beberapa orang yang tak ia kenali sama sekali.
Sambil menunggu minuman yang ia pesan tadi, oniel pun nampak mengeluarkan sebungkus rokok lalu mengambil satu batang dan membakarnya.
"Huftt.." suara hembusan nafas oniel disertai dengan segumpal asap yang keluar dari mulutnya.
Pandangan oniel nampak menatap jauh keluar jendela itu, ia melihat bayangan dirinya ada dikaca jendela tersebut.
Beginilah diri oniel yang sebenarnya, ia selalu menutupi apa yang ia rasa tak pantas untuk ditunjukan pada saudara saudaranya. Justru bagi oniel, ia lebih terkesan seperti membohongi dirinya sendiri karna ia selalu ingin terlihat baik dan penurut seperti yang selalu ia tunjukan selama ini.
Terkadang ia merasa iri terhadap kembaranya yang bisa dengan sesuka hati menunjukan sifat dan kenakalanya pada saudara dan orang tuanya. Ia juga ingin seperti kembaranya itu, namun sepertinya nyalinya tak sebanyak dan seberani seperti saudara kembarnya itu.
Ia terlalu takut untuk berbuat sesuka hatinya, karna sejak awal oniel selalu terkekang tidak seperti kembaranya yang terkesan lebih dibebaskan dalam segala hal.
Bahkan oniel juga terkekang atas apa yang menjadi keinginanya, dan semua itu dikarenakan ketakutanya untuk membantah atau melanggar semua kekangan dari orang tuanya itu, terlebih ibunya.
Sebenarnya oniel kerap merokok atau keluar malam seperti ini, itu semua oniel lakukan saat ia sudah muak dengan ekspetasi ibunya yang selalu menuntut oniel untuk menjadi lebih baik dari kembaranya itu.
Oniel selalu dituntut untuk giat belajar, berprestasi, baik dan banyak lagi tuntutan dari ibunya itu hingga membuat oniel kerap merasa frustasi dan muak dengan semua itu.
Dan lama kelamaan, kakaknya pun mulai ikut memberikan tuntutan pada oniel hingga membuat oniel semakin terkekang.
Sebenarnya shani bukan bermaksud seperti itu, ia hanya berfikir jika nantinya oniel juga akan meneruskan salah satu perusahaan orang tuanya. Maka itu shani selalu mengajarkan oniel untuk bersikap baik dan rajin dalam belajar.
Lantas bagaimana dengan gita? Bukankah nantinya dia juga harus meneruskan perusahaan ayahnya? Lalu mengapa hanya dia saja yang dituntut untuk selalu terlihat senpurna?
Rasa iri akan kebebasan itu sedikit berubah menjadi kekesalan dalam hatinya, namun ia selalu memendam itu semua hingga membuat oniel selalu terlihat baik baik saja didepan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Bintang Bintang
RandomTentang kehidupan mereka yang biasa biasa saja.. Kalian baca sendiri aja lah.