Toko Kue

159 15 0
                                    

Aku menaiki hoverboard ku dengan kelajuan penuh. Meliuk-liuk ke sana kemari menghindari hewan-hewan buas yang mengejar ku. Aku tertawa riang sembari merasakan hembusan angin di wajah ku. Rasanya begitu menyegarkan. Apa lagi setelah melihat hewan buas tersebut tampak kesal karena tak berhasil menyerang ku.

Aku mejulurkan lidah ku saat salah satu ular berbisa akan menggigit ku. Mengejek ular tersebut yang tidak bisa menggigit ku. Sayang sekali, kekuatan Om Rimba lebih kuat untuk menahan ular tersebut di dalam lilitan tumbuhan merambat itu.

"Lihat, kau tidak bisa menggigit ku untuk yang kesekian kalinya, wlek!" Aku tertawa lantas melajukan hoverboard ku lebih cepat hingga keluar dari hutan tempat ayah ku tinggal.

"Yuhu! Hahaha!" Aku melambaikan tangan ku kala melihat sebuah taksi. Oh, bukan! Itu bukan taksi, itu mobil milik Gempa.

Hei! Tunggu dulu. Kenapa Gempa menjemput ku?

"Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya ku mendelik ke arah Gempa. Perjalanan dari hutan hingga ke rumah menghabiskan waktu 2 jam!

"Aku ambil cuti kuliah hari ini. Masuk lah! Kau akan terlambat buka toko nanti." Aku mencebikkan bibir ku kesal dengan Gempa. Dia seperti tau aku akan pergi ke toko.

Omong-omong masalah toko, benar yang Gempa katakan. Selama 2 bulan ini aku sudah membuka toko kue di kota. Itu juga atas usul Halilintar kala itu. Yang benar saja, aku menuliskan tanda centang di depan pintu rumah ayah ku, lantas Halilintar datang lewat jalur udara membuat Om Rimba juga ayah ku kaget melihatnya. Katanya, Taufan mau membuat toko kue di pusat kota, jadi dia datang untuk membicarakan ini.

Gila juga anak itu!

Yah, kerja kerasnya tidak sia-sia. Maksud ku, kerja keras ku. Kini, seperti yang dilihat, toko kue ku sudah banyak peminatnya. Bahkan pembelinya tidak pernah absen sedikit pun untuk datang setiap harinya.

"Kita sudah sampai!" Gempa berseru senang. Lihat lah, belum saja membuka toko, para pembeli sudah mengantri di depan pintu toko. Aku menggeleng gemas melihatnya. Masuk lewat pintu belakang, lantas membuka toko. Jangan lupa, di toko ini tersedia banyak karyawan untuk membantu ku membuat kue. Dari yang tampan hingga yang cantik siap untuk melayani pembeli kue dengan baik.

"Kau tidak pulang?" Aku menatap heran ke arah Gempa yang duduk di meja kasir. Anak itu menggeleng malas. "Aku bosan," katanya.

"Terus, mau ngapain di sini? Tidak boleh ganggu yang lain kerja!" Aku menatap tajam anak itu menyuruhnya untuk pulang. Tak disangka yang didapat hanya penolakan.

"Aku mau melamar kerja di sini." Gempa menatap antusias pada ku. Heh, enak aja!

"No, no! Mana ada mau melamar kerja tapi tidak bawa surat lamaran?" cibir ku kesal. Aku mengibaskan tangan ku mengusirnya untuk pergi. Tapi seperti namanya yang terdapat unsur tanah, dia keras kepala seperti batu.

"Ayolah, kau pasti tau aku bagaimana tanpa membawa surat lamaran ku." Gempa menatap sendu kepada ku. Aku menaikkan satu alis ku menatapnya. Sudah ku bilang dia keras kepala. "Tidak! Sudah sana pergi, hush! Hush!" Seperti mengusir ayam tetangga atau lebih tepatnya mengusir ayam milik Blaze, tapi Gempa masih kekeuh untuk tidak pergi dari toko ku.

"Ayolah, aku bosan di rumah!" Gempa mengayun-ayunkan tangan ku berusaha membujukku. Aku mendelik geli. Ini bukan Gempa yang aku kenal!

"Sepertinya kau harus di rukiyah, Gem! Aku tidak menerima mu bekerja. Pasti ada alasan lain kenapa kau ingin bekerja di sini. Tidak mungkin karena bosan, kan?" Gempa terkekeh mendengar ocehan ku. Dia mengangguk pelan kala aku menebaknya tepat sasaran.

"Karena apa?" tanya ku. Gempa tersenyum kecil. Sudah ku duga ada yang tidak beres. "Aku butuh uang. Right now," jawabnya. Aku terdiam apa maksud anak batu ini?

TAUFAN?! : New Adventure [Tamat] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang