Motif

51 12 8
                                    

"Nih, makan!" Halilintar mencekoki ku dengan Kimchi super pedas buatannya. Padahal masih banyak makanan lain di atas meja makan, tapi ia malah meremas Kimchi di salah satu piring dan memasukkannya paksa ke dalam mulut ku.

Aku mendelik kaget. Tersedak Kimchi. Aku menggeliat bak cacing kepanasan. Memang benar-benar panas. Rasa panas dari bumbu Kimchi yang pedas membuat ku ricuh. Halilintar tersenyum miring merasa menang. Emosi ku jadi menggebu-gebu. Dasar pendendam!

Aku yang masih menggeliat kepanasan itu langsung saja seperti dihisap dengan kuat. Pemandangan dapur dengan Halilintar yang tersenyum sinis mengabur lantas menggelap. Gelap. Aku merasa kehilangan oksigen. Yang tadinya menggeliat kepanasan, kini menggeliat mencari pasokan oksigen. Aku tidak merasa menapak di sudut mana pun hingga akhirnya kesadaran ku direnggut paksa.

"Hahh!" Aku mengambil napas dengan rakus. Tempat gelap tadi berubah tempat menjadi kamar villa. Aku berdiri melihat Halilintar menarik tangannya dari wajah ku, lalu menatap ku yang baru saja terbangun dengan tatapan datar.

"Jam berapa sekarang?" tanya Hali sembari mengetuk pergelangan tangannya yang terdapat jam tangan. Aku yang masih syok itu terdiam sejenak. Mengambil napas karena merasa sesak napas. Aku masih memproses apa yang terjadi. Di sisi lain terlihat Blaze yang datang untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.

"Baru bangun, Fan? Dah jam 9 ini." Setelah mengatakan itu Blaze langsung keluar tanpa menunggu jawaban dari ku.

Halilintar turun dari kasur. Ia menarik selimut dan melipatnya. "Makanan ada di dapur." Setelahnya ia ikut keluar. Di dalam kamar aku masih mencerna dengan baik. Jadi, yang tadi itu mimpi?

Setelah pikiran ku sadar sepenuhnya, aku lantas berlari untuk mandi lalu sarapan.

Aku melihat yang lain tengah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Aku memilih berjalan menuju dapur untuk makan. Di atas meja terdapat kerang rebus dan dua makanan yang tidak ku ketahui namanya. Seluruh makanan tersebut terdapat unsur seafood.

Aku duduk di salah satu kursi. Di depan ku terdapat Gempa yang memainkan ponselnya dengan malas. Ada Halilintar yang duduk sembari membaca buku. Duri dan Solar bermain teka-teki bersama Blaze. Lalu Ais? Ia menelungkupkan tangannya di atas meja makan, tertidur.

"Ini siapa yang buat?" tanya ku saat merasakan kerang yang ku makan begitu nikmat. "Em, yang masak sekarang Kak Hali semua. Tadi aku kebablasan tidur," jawab Gempa yang langsung mematikan ponselnya.

"Hali? Halilintar?" Gempa mengangguk. "Iya. Kak Halilintar."

"Halilintar yang ini?" Aku menunjuk Halilintar yang tengah membaca buku. Namun, lagi-lagi Gempa mengangguk. "Iya Kak Hali yang itu."

"Keajaiban dari 2500 keajaiban di muka bumi ini! Halilintar yang pegang panci Gempa aja langsung gosong, sekarang justru masak ini semua!" seru ku tidak percaya. Dari dulu, Halilintar tidak pernah menyentuh dapur. Sekali waktu itu, ia memasak spageti, tapi dibayar dengan panci yang gosong karena menggunakan panci berwarna pink milik Gempa yang ternyata sebagian bahannya menggunakan melamin. Yang jelas panci itu hanya digunakan sebagai pajangan saja, tidak lebih.

"Aku mana tau kalau panci itu hanya untuk pajangan. Lagi pula tidak ada kerjaan buat panci pakai melamin," sanggah Hali yang tidak terima dijadikan bahan ejekan. Aku merollingkan mata ku tidak peduli. Gempa terkekeh melihatnya. "Tadi juga ada Kimchi. Tapi dihabiskan Blaze sama Solar yang ketagihan. Padahal sudah dibilang sisihkan sedikit untuk Kak Taufan, tapi mereka tidak mendengarkan." Aku jadi teringat mimpi ku yang baru saja hinggap. Aku mencebikkan bibir ku kala mengingatkan.

"Eh, jangan marah, Kak. Nanti Gempa buatkan lagi buat Kakak, ya? Jangan sedih," kata Gempa yang merasa tidak enak pada ku. Halilintar menyenggol lengan Gempa menyudutkan anak itu. "Seharusnya kau tidak memberitahu ada Kimchi padanya," ucap Hali membuat Gempa semakin tidak nyaman.

TAUFAN?! : New Adventure [Tamat] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang