Berita

65 17 18
                                    

Taufan's pov end

"Taufan! Ayolah angkat telfonnya!" seru Halilintar panik setengah mati. Ia tidak bisa diam. Pikirannya kacau balau saat ini. Sayangnya tidak ada jawaban sama sekali dari orang yang ditelfonnya.

~Maaf, nomor yang ada tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, silahkan coba beberapa saat lagi.~

Saat ini kabar Taufan menghilang menjadi huru-hara. Terlebih lagi maraknya berita Frostfire yang bersaksi telah disiksa dan mendapatkan ancaman yang didukung oleh luka lebam sehabis disiksa membuktikan semuanya. Ditambah lagi dengan bukti CCTV di tempat kejadian, ini benar-benar begitu nyata.

Video klarifikasi Frostfire yang bahkan sampai menangis menyedihkan mengatakan bahwa Taufan lah pelaku pembunuhan selama ini, dia sempat akan dibunuh oleh Taufan. Video rekaman CCTV itu nyata tidak tampak seperti habis direkayasa. Video itu menyebar begitu cepat dalam semalam hingga sampai ke rumah yang berisi 8 orang yang tengah mencari keberadaan Taufan yang hilang selama 2 hari berturut-turut.

Halilintar merutuk diri di dalam hati. Dia tidak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi. "Bodoh! Dengan kau tidak menjawab telfon, itu seperti kau membenarkan kasus ini!" hardik Halilintar sembari mengusak rambutnya kasar.

Blaze sendiri terdiam. Tubuhnya membeku, tangan dan kakinya gemetar. Pikirannya kalut. Bibirnya komat-kamit merapalkan kata penenang. "Taufan tidak mungkin melakukan itu, tidak mungkin!"

Di sisi lain Hangkasa dan Solar ricuh menahan Kuputeri yang mulai memasuki fase depresif, salah satu fase dari pesakit Bipolar Disorder yang akan membuat penderitanya merasa depresi. Kuputeri menangis hingga berlutut di dapur. Mendengar kabar anaknya yang menghilang lalu terdengar kabar bahwa Taufan lagi-lagi tertuduh menjadi pembunuh berantai membuatnya merasa sengsara.

"Hangkasa, aku gagal menjaga anak ku sendiri. Aku gagal Hangkasa, aku gagal," rancaunya sembari memeluk Hangkasa, suaminya.

"Tidak. Kau tidak gagal, Puteri. Kau tidak gagal." Hangkasa dan Solar terus berusaha menenangkan Kuputeri. Berita ini terlalu mendadak membuat hati mereka terasa tercabik.

Duri juga sudah berpelukan dengan Gempa. Mereka saling menguatkan, menenangkan diri.

"Tenang, Duri, tidak mungkin itu Taufan, oke, tenang." Kendati begitu Gempa terus menangis tersedu-sedu. Mukanya sembab. Dia merasa begitu cengeng. Berkali-kali dia mengusap air matanya berusaha menenangkan diri.

"Kak Gempa juga jangan menangis," ucap Duri saling menguatkan.

Ais sendiri diam membeku. Dia begitu syok. Sangking syoknya, tatapan matanya semakin menggelap akan ketakutan. Jantungnya berdentam gila membuatnya ngilu. Dia mencengkram bonekanya sendiri untuk menyalurkan rasa ngilunya. Tatapan matanya mengarah kepada Blaze yang tengah gemetar tidak karuan.

"Aku tau kau sudah memperhitungkan kejadian ini, kan, Blaze?" tanya Ais lirih. Dia tidak tahan lagi. Bahkan kalau harus menghantam Blaze untuk yang kedua kalinya dia bersedia.

"Sudah, Ais, jangan bicarakan ini sekarang," jawab Blaze yang masih panik. Dia membuka ponselnya berusaha mencari kabar lebih lanjut.

"Taufan tidak ketemu. Bahkan para elit intel terbaik sekali pun tidak menemukannya di mana pun. Aku sudah mencarinya di hutan, Ayahnya sendiri bilang kalau Taufan tidak pulang sama sekali. Cuma ada motornya aja katanya," oceh Halilintar yang sedang kena serangan panik. Beberapa kali dia mengambil napas berusaha menenangkan diri.

"Apa saja yang kau alami malam itu?" tanya seorang wartawan di sebuah video yang Blaze tonton. Blaze mengartikannya menggunakan bahasa Indonesia membuat semuanya penasaran.

TAUFAN?! : New Adventure [Tamat] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang