PTSD

104 18 57
                                    

"Solar, ini beritanya Kakak mu masih belum berhenti-berhenti. Padahal berita-berita di media sosial sudah dihapus tapi masih aja terus dibahas." Sori mengoceh banyak hal. Termasuk yang ini, sampai misuh-misuh tidak jelas di sepanjang lorong Fakultas Kedokteran.

Sori itu beda Fakultas dengan Solar dan Duri. Jelas sekali Sori harus berjalan jauh dari fakultasnya sampai ke Fakultas Kedokteran. Dan Sori selalu melakukannya setiap hari. Entah apa yang anak itu pikirkan, semenjak pengenalan lingkungan kuliah, pertemuan tidak disengaja antara Sori dengan Solar dan Duri membuat anak itu selalu mampir ke Fakultas Kedokteran setiap kali memiliki jam kelas yang bersamaan.

"Mereka itu tidak ada kerjaan sampai terus mengusut masalah ini," celetuk Solar kesal.

"Tapi, Lar, mereka itu bahas tentang kedekatan mu dengan Kak Taufan. Juga tentang obat bius mu," sahut Duri membuat Solar menghentikan langkahnya. "Obat bius ku? Memangnya ada yang salah?" tanya Solar.

"Itu karena di setiap tubuh korban pembunuhan terdapat indikasi obat bius mu, Solar!" seru Sori membuat Solar melebarkan matanya. Dulu, saat ia ingin menjelaskan tentang penemuan obat biusnya, Taufan hampir tidak pernah mendengarkannya. Bukan karena apa, tapi Taufan memang memiliki banyak pekerjaan dan Solar memaklumi itu sampai ia lupa ingin menjelaskannya kepada Taufan sampai sekarang. Maka tidak mungkin Taufan yang membocorkannya.

Taufan saat itu masih menjadi mahasiswa tahun kedua. Banyak kesibukan yang ia jalani. Dari mengikuti ekstra Futsal, mengikuti banyak lomba Futsal, tawuran sama anak fakultas lain karena menjaga Gempa yang dibuli. Mencarikan uang untuk membayar biaya hidup Blaze dan Adik-adiknya juga uang kuliah Blaze. Yah, walaupun Blaze juga ikut mencari uang dengan cara bekerja. Untung saja hanya Blaze yang masih dibayari oleh Taufan, Ais saat itu berhasil mendapatkan beasiswa sehingga dapat meringan beban Taufan saat itu. 

Blaze saat itu merasa tidak enak dengan Taufan. Anak itu terus membantunya dan Adik-adiknya sampai membuat Blaze berpikir untuk putus kuliah ditengah jalan saja. Tapi Taufan memarahinya habis-habisan ingin Blaze dan Ais menempuh pendidikan lebih lanjut. Karena itu Blaze masih melanjutkan pendidikannya sampai selesai. Tapi di akhir semester, anak itu malah mengeluarkan uang untuk membayar Ais menyelesaikan tugas akhirnya. Anak itu memang tidak patut untuk ditiru.

Untuk masalah uang sekolah Solar dan Duri, Hangkasa dengan senang hati memasukkan mereka berdua di sekolah miliknya, jadi Taufan tidak perlu memikirkan tentang sekolah dua anak itu.

Karena itu, Solar memaklumi Taufan yang tidak ada waktu untuk mendengarkan penjelasannya. Dan jika ada yang membocorkan tentang obat biusnya, maka yang patut dicurigai adalah Blaze, Ais dan Kakak kembarnya sendiri.

"Kau tidak mengatakannya pada siapa pun, kan, Duri?" tanya Solar. Duri mendelik kesal. Tentu saja tidak! Secerewet apa pun Duri itu, dia tidak pernah membocorkan rahasia penting yang ada di antara mereka. "Masa Blaze? Kalau Kak Ais tidak mungkin! Orang itu mengeluarkan suara aja susah!" seru Solar sembari berpikir.

"Siapa lagi yang tau memangnya?" tanya Sori. Solar menggeleng. "Cuma Duri, Blaze dan Kak Ais. Taufan itu, tidak ada waktu untuk mendengarkan ku setiap aku memberitahunya. Walaupun sekali aku memberi tahu padanya, tapi dia kaya sibuk tidak fokus dengan penjelasan ku," jelas Solar membuat Sori dan Duri saling pandang.

"Sekarang kau banyak ditag di media sosial minta klarifikasi dari mu," ucap Duri. Membuat Solar mengambil ponselnya. Dia tidak membuka ponselnya sama sekali dari semalam. Karena itu lah dia tidak tau kalau berita ini masih terus diungkit.

"Eh, Blaze chat aku suruh ambil alih media. DARI JAM 9 MALAM WEH!" seru Solar sembari melotot kaget.

Bang Barongsai : Woi! Ambil alih media! Ini krn obat bius mu!

TAUFAN?! : New Adventure [Tamat] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang