Event

47 10 5
                                    

Aku melihat jam di tangan ku yang berubah otomatis mengikuti waktu negara yang ku singgahi, negara Korea.

Jam setengah 6 pagi. Aku menarik koper ku setelah yang lain sudah mendapatkan kopernya masing-masing. Kami semua berjalan dengan santai. Hening. Para bodyguard menjaga dari tiap sisi. Aku menyeringai kecil sembari menyenggol Blaze dan Duri di sisi ku.

"Are you ready guys?" Aku tersenyum miring dengan pikiran konyol di kepala ku. Blaze dan Duri mengangguk semangat seakan mengerti isi kepala ku.

Kami menyatukan ketiga koper kami. Menjadikannya menjadi satu lalu mengikatnya di satu kereta dorong. Blaze dan aku mendorong kereta dorong tersebut dengan Duri duduk di atas koper.

Dalam hitungan ketiga, kami mendorong kereta tersebut dengan cepat lalu menerjang Solar yang berjalan santai dengan kopernya hingga Solar terduduk di atas koper dengan wajah piasnya.

"INNALILLAHI KALIANN!" teriak Solar kaget. Kami bertiga menghiraukan teriakan kaget Solar, lantas terus mendorong kereta dorong tersebut hingga sampai berpapasan dengan Halilintar, Gempa dan Ais yang kalau jalan kaya kura-kura diletakkan di atas treadmill yang ada di tempat gym. Cepat sekali!!

"Nyebut, Lar! Nyebut! Waktu kita tinggal beberapa menit lagi!" seru Blaze memanas-manasi. Kini entah bagaimana caranya si Blaze sudah ikutan naik di atas koper yang sudah meluncur begitu cepat. Membuat Solar meloncat kaget.

Mata Solar membulat sempurna saat melihat tembok mulus di hadapannya. Solar duduk paling depan membuatnya menjadi sasaran empuk dinding di depannya jika tidak sigap menyelamatkan diri.

"AWASSS!" Solar menutup mata panik. Ia lantas menjatuhkan dirinya ke samping membuat suara gedebuk terdengar renyah. Dan di beberapa detik kemudian, kereta koper yang kami dorong menabrak tembok mulus di hadapan kami. Blaze dan Duri saling menindih dan apesnya lagi tertindih 3 koper sekaligus. Aku jatuh terduduk akibat tidak dapat menahan tawa ku lagi. Aku terus tertawa sampai merasakan telinga ku di tarik oleh Gempa.

"A-aduh, Gem! Sakitt!" adu ku sambil mengusap telinga ku yang dijewer oleh jeweran maut milik Gempa.

Solar bangun dengan tertatih akibat kakinya yang terhantam lantai lebih dulu. Ia mengambil kopernya yang terlempar begitu saja. Wajahnya kusut. Menatap tajam ke arah ku juga Blaze dan Duri.

Blaze yang paling apes. Dia tertindih oleh tubuh Duri. Tiga koper yang kami ikat ikut jatuh menimpa mereka berdua. Karena itu akhirnya mendapat memar dijidatnya.

"Kak Blaze? Kakak di mana?" Duri linglung menatap ke sana ke mari setelah menyingkirkan tiga koper yang jatuh ke arahnya. Ia panik saat tidak melihat kehadiran Blaze.

"Huhuhu, Duri .... Jangan tindihin tubuh ku! Kau berat!" Blaze meringis saat merasakan tubuhnya serasa mau hancur setelah ditindih Duri.

Duri mendengarnya mendelik kaget lantas menyingkir dari tempatnya terjatuh. Dapat ia lihat Blaze jatuh dengan tidak elitnya dengan tangan dan kepala yang membentur tembok. "Ma-maaf, Kak!" cicitnya. Duri panik lantas membantu Blaze untuk bangkit.

"Tanggung jawab sudah buat anak orang kesakitan." Hari apes itu selalu ada. Setelah dijewer Gempa, sekarang ditambahi dengan sentilan semut dari Halilintar. Kalian tau semut, kan? Gigitannya kecil, tapi sakitnya luar biasa.

"Mereka anak aku, kok. Jadi tidak perlu tanggung jawab," ujar ku santai yang mendapatkan tatapan garang Solar yang kacamatanya sudah retak. "Lihat! Ini gara-gara kalian! Padahal aku sudah menjaganya lebih dari 5 tahun biar tidak keluar banyak biaya untuk gonta-ganti kacamata!" Aku meringis setelahnya. Sepertinya aku harus say bye dengan uang yang hanya ku bawa di dompet untuk mengganti kaca mata Solar. Karena sekarang aku bingung untuk mencari bank terdekat.

TAUFAN?! : New Adventure [Tamat] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang