[Libur Musim Panas, 2016. SMA kelas 1.]
Ha-yoon menatap dua orang di hadapannya dengan tatapan tidak suka. Evan dan Hae-rin. Hae-rin si sahabat Irene yang Ha-yoon tidak suka. "Aku tidak menerima ekstra," katanya tajam kepada Evan.
"Kekanakan sekali bocah ini."
"Jadi kamu berpikir saat Irene memasukkan garam dalam botol minumku, dia tidak ikut andil? Dia jelas-jelas berada di kelasku, tentu dia pasti membantu Irene."
"Aku hanya datang mengembalikan buku Travis yang aku pinjam, Ha-yoon. Aku benar-benar tidak tahu perbuatan Irene itu," kata Hae-rin dengan tatapan memelas. "Aku hampir tidak pernah lagi berbicara dengannya bahkan sebelum kejadian itu."
Ha-yoon memutar matanya dan melihat Catherine yang sudah sampai di depan rumahnya. Datang menghampiri sembari ikut bingung dengan kehadiran Hae-rin.
"Hai, Catherine."
"Hai," balas Catherine dengan senyum kepada Hae-rin. Matanya menatap sekilas Evan yang juga sedang menatapnya.
"Evan tiba-tiba mengajaknya, padahal kita selalu pergi ke sana bertiga. So, no, I'm not accepting this."
Ya, mereka bertiga sudah dua kali mengunjungi area permainan besar yang berlokasi dekat area camping mereka dulu. Karena itu melihat Evan membawa teman lain, terutama seseorang yang Ha-yoon kurang percayai, membuatnya kesal.
Evan balik menatap Ha-yoon dengan kesal. Ia menghela nafasnya. Alasan dirinya mengajak Hae-rin adalah karena ia tidak sengaja memberi tahu rencananya Jumat ini dan Hae-rin berharap ikut, mengatakan ia sudah di depak dari kelompok pergaulannya dengan Irene. Karena itu Evan merasa kasihan.
"Dia sudah tidak berteman lagi dengan Irene sejak lama. Lagipula kita pergi dengan mobilku, kenapa kamu yang bermasalah?"
Dengan ekspresi terperangah Ha-yoon lalu berkata, "I've told you she's telling lies. Baiklah, gampang. Aku dan Catherine akan berangkat ke sana dengan mobilku. I have four cars available here anyways. Dan Pak Han akan dengan senang hati mengantarku. Ayo, Catherine. Kalian pergilah ke tempat lain."
Ha-yoon lalu menggenggam tangan Catherine untuk pergi namun tangan Evan juga langsung menahan tangan Catherine yang lain. Membuat Catherine tertarik di kedua sisi.
"Lepaskan tangan Catherine," kata Ha-yoon menyadari kelakuan Evan.
"Tidak mau."
"Mori yang akan menentukan apa Hae-rin boleh ikut atau tidak," lanjut Evan.
Ha-yoon mendengus kuat dan pasrah karena pendapat Catherine juga butuh diketahui di sini. "Baiklah, Cath. Ungkapkan pendapatmu."
Catherine menatap ketiganya secara bergantian. Menatap Ha-yoon yang sangat percaya diri Catherine akan berpihak padanya. Lalu Hae-rin yang menatapnya dengan tatapan penuh harap. Dan Evan yang menatapnya penasaran.
Ia mengambil nafas dalam sebelum berkata, "Aku ikut dengan yang Ha-yoon katakan."
Karena lagipula perasaan Ha-yoon yang lebih ia kenal baik lebih valid baginya untuk dibela. Ia sendiri pun tidak begitu percaya dengan Hae-rin. Setelah kejadian garam itu, Catherine melihatnya dan Irene masih tertawa bersama di belakang lapangan basket. Jadi ia bingung ketika Evan mengatakan keduanya tidak lagi berteman sejak lama.
Catherine berpikir, apakah semua lelaki yang sedang menyukai seseorang menjadi gampangan seperti itu kepada temannya. Kenapa ia lebih percaya dengan Hae-rin daripada Ha-yoon yang sudah lebih dulu menjadi temannya sejak zaman batu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MORE THAN YESTERDAY | DDEUNGROMI
RomanceCatherine tidak menyangka ia akan bertemu kembali dengan Evan, seseorang yang pernah ia kenal dulu. Dan mungkin seseorang yang pernah ia suka dulu. Kali ini keduanya bukan lah anak SMP lagi. Catherine, seorang aktris yang menjadi sorotan karena kehe...